Empat tahun Pram dan Kailla lewati bersama, ada banyak senyum, tawa, duka bahkan air mata. Tidak jarang mereka bertengkar sepanjang hari, tapi pada akhirnya mereka akan saling memeluk di tengah malam.
Kailla banyak berubah. Walau terkadang masih sering nakal dan menyusahkan Pram. Tapi dia sudah banyak belajar.
“Kai, mulai besok Ricko akan bersamaku dan Bayu akan bersamamu,” ucap Pram tiba-tiba.
“Aku tidak mau!” tolak Kailla. Wajahnya berubah cemberut, melepas piring nasi gorengnya.
“Sayang kenapa?” tanya Pram, berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya.
Suami mana yang tidak cemburu, disaat istrinya begitu tergantung dan tidak mau berpisah dengan laki-laki lain selain dirinya.
“Aku tidak mau dengan Bayu, aku mau Ricko, Sayang,” pinta Kailla.
“Sesekali, biarkan aku melihat kinerjanya Sayang,” jelas Pram, berusaha menahan cemburu yang sebentar lagi akan meledak di dalam dadanya. Semakin mendengar Kailla merengek padanya, semakin menyesakan dada Pram.
Kailla tidak menjawab, hanya mendengus kesal.
“Kenapa tidak mau Bayu? Kenapa harus Ricko. Sesekali kan tidak apa-apa,” tanya Pram masih berusaha memancing.
“Aku tidak mau. Aku sudah nyaman dengan Ricko!” sahut Kailla dengan tegas.
Pram hanya bisa tersenyum kecut. Saat ini dia sedang mengukur, sedalam apa perasaan Kailla pada asistennya itu.
“Aku hanya meminjamnya sebentar, kenapa kamu jadi begini posesif Kai.” Pram mengemukakan pendapatnya, tapi pada kenyatannya dia sedang menyembunyikan kecemburuannya.
“Tidak, aku tidak akan meminjamkan Ricko pada siapun, termasuk padamu. Dia orangku!” jelas Kailla dengan yakin.
“Tukar saja dengan Donny, asisten daddy. Tapi jangan milikku!” tegas Kailla.
“Kalau aku, boleh ditukar tidak?” tanya Pram, akhirnya dia menyerah. Menyodorkan dirinya sendiri, apakah istrinya akan seposesif itu juga menjaganya.
Maksudmu, kamu mau ditukar dengan Ricko atau bagaimana, Sayang?” tanya Kailla bingung.
Mendengar pertanyaan Kailla, ide cemerlang pun muncul di benak Pram. Mungkin dia bisa msnguji seberapa pentingnya, seorang Pram di hidup Kailla. Apa bisa digantikan dengan Ricko.
“Iya...” Pram mencoba mengiyakan.
Kailla tampak berpikir, memandang Pram dari atas sampai ke bawah. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ibu jari dan telunjuknya sedang menjepit ujung dagu. Dahinya berkerut, memikirkan pertukaran antara suami dan sang asisten.
“Memang bisa ditukar Sayang? Kamu tidak keberatan?” tanya Kailla, balik menggoda sang suami.
“Aku akan membuatmu hamil sekarang, kalau berani menukarku dengannya!” omel Pram kesal, tanpa menunggu jawaban Kailla. Cemburunya sudah di ubun-ubun, tapi istrinya semakin mempermainkannya.
“Aku mau Sayang!” jawab Kailla sambil tertawa cekikikan.
“Kailla! Keterlaluan kamu!” omel Pram.
“Beraninya kamu menukarku dengan asisten itu!” lanjut Pram mengomel.
Kailla sudah bergegas pergi, menjauh dari jangkauan tangan Pram.
“Sayang, jangan mendekat!” pinta Kaila mengarahkan telunjuknya, saat melihat Pram mulai berlari menuju ke arahnya.
Kailla sudah berlari naik ke atas ranjang empuk mereka.
“Sayang, jangan coba-coba mendekat,” pinta Kailla, meraih sebuah guling dan melemparnya pada sang suami.
“Sini kamu!” perintah Pram, tersenyum usil.
Pram sudah lama sekali tidak menjahili Kailla. Dia terlalu sibuk mengurusi pekerjaan kantor dan mamanya, sampai tidak punya waktu lagi untuk sekedar mengusili istri kecilnya yang manja ini.
“Jangan mendekat Sayang. Kamu curang! Langkahmu lebar-lebar. Aku tidak mungkin menang lari denganmu!” gerutu Kailla, melempar habis semua yang ada di atas ranjang mereka.
Brukk!!!
Kailla sudah meloncat turun dari ranjang, tujuannya saat ini adalah pintu kamar mereka. Berada di dalam kamar yang sempit ini sudah bisa dipastikan Pram akan menangkapnya dengan mudah.
Kailla berlari, meraih gagang pintu dan tertawa karena berhasil keluar dengan selamat, tanpa terjamah suaminya yang juga mulai mengekor di belakangnya.
“Sam! Tolong aku!” teriak Kailla tertawa lepas, berlari menuruni tangga. Menuju ke ruang tv tempat Sam dan Ricko sedang menikmati pertandingan sepakbola.
“Astaga Rick, kenapa supporter bola tawurannya sampai di sini!” celetuk Sam, mengamati Kailla yang berlari menuruni tangga dan Pram mengekor di belakangnya.
“Sam, tolong aku! Dia akan menerkamku,” ucap Kailla tertawa menunjuk ke arah suaminya, sambil meraih lengan Sam dan mendorong tubuh asistennya itu maju.
“Non, aku tidak berani kalau dengannya,” sahut Sam ragu. Memilih mundur kembali.
“Rick, ayo giliranmu!” perintah Kailla, meminta asisten tampannya maju melawan Pram.
“Siapa yang berani menentang macan tua ini!”
Kedua asisten Kailla hanya bisa saling berpandangan, tanpa ada yang berani maju.
Serahkan istriku, Sam. Dobel bonus di akhir bulan,” pinta Pram seketika membuat Sam tersenyum.
“Non, mendingan menyerah saja.” Sam membujuk Kailla. Bayangan rekeningnya yang bakal menggendut di akhir bulan, membuat senyumnya merekah.
“Kurang ajar kamu Sam. Harga dirimu hanya sebatas dobel bonus saja!” gerutu Kailla kesal.
Kailla berjalan lemas, menghampiri Pram yang tersenyum padanya.
“Aku tidak mau main lagi Sayang,” ucap Kailla, memeluk erat lengan Pram.
“Biarkan mereka melanjutkan menonton bolanya dan kita melanjutkan pertandingan bola kita yang sempat tertunda,” ucap Pram, menaikkan kedua alisnya.
“Sayang, besok aku akan menjenguk daddy,” ucap Kailla berjalan menaiki tangga, sembari menyandarkan kepalanya pada lengan kekar Pram.
“Kalau begitu, kita jenguk daddy bersama. Bagaimana?” tanya Pram menawarkan.
“Baiklah!”
“Sayang, minggu ini kita juga ke makam mama ya. Aku sudah merindukannya,” pinta Kailla masih bergelayut manja.
“Iya...,” sahut Pram tersenyum.
“Mau apa lagi?” tanya Pram.
Kailla menggeleng. “Aku sudah tidak mau apa-apa lagi. Hidupku sudah sempurna karena kalian bertiga,” jawab Kailla, tersenyum.
***
Pagi itu Pram dan Kailla sudah bersiap. Kailla dengan asistennya akan berangkat ke kampus, Pram sendiri dengan pengawalan Bayu berangkat ke kantor.
Kailla baru saja masuk ke dalam mobil mengambil posisi ternyaman, saat Pram tiba-tiba ikutan masuk dan duduk di sebelahnya.
“Sayang, apa yang kamu lakukan disini?” tanya Kailla heran.
“Mengantarmu ke kampus,” jawab Pram dengan santainya.
“Bayu?” tanya Kailla heran.
“Tuh!” menunjuk ke arah belakang mobil, tampak mobil yang dikendarai Bayu mengekor.
“Kurang kerjaan!” omel Kailla.
“Sayang, kemarilah,” pinta Pram menarik Kailla bersandar di pundaknya seperti biasanya. Mata Pram saat ini sedang melirik ke arah Ricko yang sedang menyetir di depan.
“Kamu lupa menciumku tadi pagi Sayang,” ucap Pram mengingatkan. Dia sengaja berbicara lumayan keras, memastikan Ricko bisa mendengar ucapannya.
Kailla tampak berpikir. “Sepertinya sudah, Sayang. Aku masih mengingat jelas,” ucap Kailla, masih berusaha mengingat.
“Baiklah kalau begitu.”
Cup! Sebuah kecupan ringan dilabuhkan Kailla di bibir Pram. Kecupan sekilas, hampir tidak terasa.
“Sudah Sayang,” jawab Kailla.
“Kenapa kamu jadi aneh begini?” tanya Kailla lagi, keheranan.
“Tidak ada yang aneh Sayang,” sahut Pram menegaskan kembali.
Pandangan Pram tidak pernah lepas dari Ricko. Dari awal masuk ke mobil, dia sudah memperhatikan semua gerak gerik Ricko.
Bagaimanapun, dia harus menjaga sang istri supaya tidak terjerat dengan pesona asisten tampannya.
To be continued
****
Next :
Pram dan Kailla baru saja keluar dari sebuah restoran, saat Ibu Citra memanggil nama Pram.
“Pram...,” sapa Ibu Citra yang mengenali putranya.
Ibu Citra yang saat itu sedang berdua dengan Kinar terkejut melihat Kailla yang sedang bergelayut manja di lengan Pram.
“Bukankah perempuan ini juga yang dibawa Pram saat bertemu di rumah sakit,” batin Ibu Citra.
“Ma....,” sapa Pram pada sang mama yang sedang menatap tajam pada Kailla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Nur Lizza
,mantap
2022-09-30
0
Arsy Azzahira
Jan nasib a orang ganteng kaya si Riko mah apes jadi obyek cemburuan y tuan nya.. dulu bara gara gara Riko mantan a Bella,jadi di oper ke pram.eh sekarang si Pram yg selalu kebakaran jenggot gara gara riko.sabar y ada Riko
2022-09-04
0
Hana Sumiyawati
semoga bu citra mau menerima kailla sebagai menantunya
2021-10-30
0