Baru saja Pram mendorong pintu, dari arah dalam muncul Kinar tersenyum menyambutnya.
“Mas,” sapa Kinar tersenyum.
“Mama mana?” tanya Pram tanpa membalas senyuman. Melewati perempuan yang sudah berdandan cantik dari biasanya. Pram bisa melihat, hari ini Kinar mengenakan gaun dan memoles wajahnya. Beda dari biasanya.
“Mama keluar sebentar,” sahut Kinar, mengekor di belakang Pram.
Pram langsung berbalik, menatap tajam pada perempuan yang berdiri menunduk, sedikit ketakutan.
“Maaf, Mas ... tadi Mama pergi berdua dengan sopir. Mama tidak mengizinkanku ikut,” sahut Kinar.
Pram berbalik arah, memilih keluar. Bayu yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah, keheranan menatap Kinar dengan pandangan penuh tanda tanya.
Kinar mengangkat bahu, memberi jawaban dengan gerak tubuhnya. Ia sendiri tidak mengerti, yang ia tahu hanyalah perasaannya saat ini kecewa. Ia sudah memupuk harapan setinggi bintang di langit, belum lagi semangat dan dorongan Bu Citra yang membuatnya semakin yakin. Namun, Pram malah meninggalkannya, menatapnya pun tidak mau.
Tangan Pram membuka kembali pintu mobil, menjatuhkan tubuhnya di kursi mobil tanpa banyak bicara. Bersandar dan memejamkan matanya.
Bayu mengekor, berjalan ke mobil, menunggu instruksi Pram selanjutnya.
“Bos, kita pulang?” tanyanya, setelah lelah menunggu Pram yang tetap diam.
“Nanti saja. Aku tidak mau Mama mengomeliku lagi,” sahut Pram singkat, melirik jam di ponselnya. Senyum terukir saat screensaver ponselnya menyala, ada Kailla bertahta di sana.
Berlama-lama menatap foto di ponselnya, membuat rindu pada sang istri semakin membuncah Jalan satu-satunya ketika rindu itu datang adalah mendengar suaranya. Suara Kailla mau mendesah atau mengomel, tetap saja terdengar indah di telinga Pram.
“Sayang ...." sapa Pram, saat panggilan ponselnya terhubung.
“Hmmm, kenapa menelepon?” tanya Kailla masih sibuk dengan pisau dan talenan.
“Aku merindukanmu,” jawab Pram terkekeh. Entah sejak kapan ia menjadi selemah ini terhadap wanita. Ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Bisa tersenyum seperti orang gila hanya karena sekelebat visual yang muncul di layar.
Belum lagi kata-kata menjijikan, setiap detik, setiap menit selalu keluar dari mulut saat berhadapan dengan istrinya.
“Aku masih sibuk menyiapkan kadomu. Kamu harus cepat pulang,” pinta Kailla.
“Hmm ...." gumam Pram.
“Sayang, kamu mendengarkanku?” tanya Kailla lagi.
“Ya, istriku yang bawel!” jawab Pram terkekeh.
“Aku tidak akan memulai tanpamu,” ucap Kailla.
“Ya, Sayang,” sahut Pram, melonggarkan dasi di kerah kemeja dan membukanya. Kemudian jari-jari itu dengan lincahnya sudah membuka tiga kancing teratas kemeja, membiarkan udara segar meniup di dada bidangnya.
“Sayang, kamu di mana?” tanya Kailla.
“Dihatimu!” jawab Pram tergelak.
“Aku serius, Sayang,” protes Kailla.
“Temanku belum pulang, jadi aku menunggu di mobil,” jawab Pram.
“Sayang, jangan pulang terlalu malam. Nanti aku mati kelaparan menunggumu.” ucap Kailla.
“Ya ...." sahut Pram singkat.
“Kenapa semakin hari kamu jadi semakin cerewet, Kai?” tanya Pram tertawa.
“Ish ... sudah. Matikan, ya. Aku mau memasak dulu,” potong Kailla.
“Jangan dimatikan. Temani aku,” pinta Pram, dengan nada memelas. Seperti anak kecil yang tidak mau berpisah dari ibunya.
“Kamu boleh bicara sepuasmu, aku siap mendengar. Kalau aku sudah tidak menjawab artinya suamimu ini ketiduran,” lanjut Pram lagi.
Selanjutnya Pram memilih memejamkan mata, sambil mendengar suara Kailla yang bercerita banyak hal. Istrinya sedang menunjukkan bakat story telling di depannya. Terkadang Pram tersenyum, tiba-tiba mengerutkan dahi. Ada banyak ekspresi saat mendengar cerita Kailla.
“Sayang, kamu tidur?” tanya Kailla, setelah beberapa menit tidak mendengar suara Pram.
“Hampir tertidur,” jawab Pram dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
“Matikan saja, Sayang,”pinta Kailla.
“Jangan ... aku masih merindukan suaramu,” tolak Pram.
“Ayo bercerita lagi, aku masih ingin mendengarnya,” lanjut Pram.
Kailla berceloteh sambil memasak seperti orang gila. Sampai akhirnya, laki-lakinya pun terlelap.
Pekerjaan kantor yang tidak pernah ada habisnya ditambah mengerjai istrinya hampir setiap malam, membuat energi Pram terkuras. Pram baru terjaga saat suara Bayu menggema, memanggil di telinganya.
“Bos, Ibu Citra sudah kembali,” panggil Bayu, sembari mengguncang pelan pundak Pram.
“Hmmm,” gumam Pram, mengerjap.
Ia berusaha beradaptasi dengan cahaya redup di sekelilingnya.
“Jam berapa, Bay?” tanya Pram, melihat hari sudah menggelap pekat. Tidak tampak matahari lagi di langit, semua didominasi hitam menggelap.
“Jam tujuh, Bos,” sahut Bayu meluruskan tubuhnya yang membungkuk saat memanggil Pram.
Pram keluar dari mobil, merentangkan kedua tangan, merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Bergegas menuju ke rumah, siap menerima omelan seperti biasanya.
“Ma ...." sapa Pram, tersenyum pada Ibu Citra yang sedang cemberut. Duduk di sofa menatap tajam pada Pram dengan tangan terlipat di dada.
“Mau mengomeliku apa lagi?” tanya Pram, mengecup kedua pipi mamanya.
“Kamu, ya!”
Plak! Sebuah pukulan mendarat di pundak Pram. Tidak terlalu kencang tapi lumayan berasa.
“Kelihatannya mama bertambah sehat.” Pram berkata sambil tertawa lepas.
“Anak tidak tahu diri. Apa maumu?” gerutu Ibu Citra, menatap Pram dengan wajah kesal.
“Kenapa memukulku?” tanya Pram, tersenyum menggoda Ibu Citra.
“Sudah berapa lama tidak mengunjungiku?” omel Ibu Citra.
“Aku sibuk, Ma.” Pram menjawab singkat.
“Sibuk dengan perempuan mana lagi?” tanya Bu Citra kesal. Setiap saat Ibu Citra meminta Pram menikahi Kinar, putranya itu selalu menolak dengan berbagai alasan. Dari yang masuk akal sampai di luar akal sehat.
“Tidak ada perempuan. Memang Mama kira putramu ini murahan?” tanya Pram kesal. Setiap saat yang ada di otak sang Mama hanya menikah.
“Ya sudah, nikahi Kinar!” pinta Ibu Citra. Kata-katamya sudah seperti perintah saja.
“Tidak! Aku hanya ingin menua bersamamu,” jawab Pram memeluk erat sang mama dari belakang.
“Pram, Mama serius. Apa yang kamu pikirkan sampai tidak mau menikah?”
“Tidak ada. Aku sudah menikah. Jadi jangan memaksaku lagi,” sahut Pram, kembali mencium pipi sang mama, memamerkan cincin yang tersemat di jari manisnya.
“Kamu sengaja menghindar! Katakan pada Mama, apa yang tidak kamu sukai dari Kinar?” tanya Ibu Citra.
“Aku tidak suka semua yang ada di Kinar. Intinya aku tidak menyukainya. Dia bukan tipeku.”
Kinar cantik, keibuan, anak baik-baik, penyayang dan mengurus Mama dengan telaten,” jelas Ibu Citra, membanggakan Kinar.
“Anggap saja dia putrimu, tapi jangan memintaku menikahinya,” sahut Pram tegas.
“Pram!" seru Ibu Citra kesal.
“Ya, ma,” jawab Pram dengan santainya. Beralih duduk di sisi sang mama.
“Anak nakal! Kenapa tadi tidak menunggu di dalam?” tanya Ibu Citra, menunggu jawaban.
“Mama tidak ada di rumah,” sahut Pram.
“Kan ... ada Kinar,” ucap sang mama.
“Aku takut Mama menghubungi Pak RT, nanti aku tertangkap basah orang sekampung berduaan dengan Kinar di dalam rumah, dipaksa menikahi Kinar,” sahut Pram seadanya.
“Kamu benar-benar Pram,” gerutu Ibu Citra.
“Pram, Mama serius. Kamu sudah tidak muda lagi.”
“Lalu masalahnya?” tanya Pram menoleh, menatap Ibu Citra.
"Mama juga ingin memiliki cucu. Tetangga sebelah rumah, perasaan belum lama lahiran, sudah lahiran lagi. Mama iri. Cucunya sudah dua orang,” jelas Ibu Citra.
“Sirik itu dosa, Ma. Tuhan tidak suka,” jawab Pram usil.
Plak! Pukulan di lengan Pram kali ini lebih kencang dari sebelumnya.
“Aku serius, Ma. Sementara ini mama pinjam cucu tetangga saja dulu. Nanti aku buatkan cucu, langsung dua sekaligus untuk Mama,” sahut Pram sambil tertawa, semakin membuat Ibu Citra kesal.
“Kenapa nanti, sekarang saja!” Mama Pram serius menatap putranya.
“Baiklah, aku pulang dulu kalau begitu,” ucap Pram, sudah bangkit bersiap melangkah keluar rumah.
“Pram!” panggil Ibu Citra.
“Katanya tadi disuruh buatkan cucu untuk Mama sekarang. Masalahnya, istriku di rumah. Aku harus pulang dulu,” sahut Pram, dengan wajah seriusnya.
***
Tbc
Terima kasih.
Love You all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Nur Lizza
cpt bt kay hamil dong thor.klu bs ankny kembar.jgn lama2 kshn pram uda tua
2022-09-30
0
Retno
asal jangan plin plan aja om pram
2022-01-11
0
I Gusti Ayu Widawati
Lucu Pram mamanya dikerjain,padahal mamanya sedang serius.
2021-11-26
0