Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan

Percakapan ringan antara ibu dan anak itu terhenti saat Kinar menyela. Berdiri tepat di depan keduanya sambil menunduk.

“Ma, Mas, makanan sudah dipanaskan,” ucap Kinar. Berdiri kaku dan gugup di sana, mencuri tatap pada laki-laki matang yang bahkan tidak melirik sedikit pun padanya.

Hanya Ibu Citra yang menyambutnya dengan seulas senyum hangat.

“Ayo, Sayang,” ajak Bu Citra menarik tangan Pram yang berdiri dengan malas-malasan menuju meja makan.

Kinar mengekor di belakang, hanya sanggup menatap punggung kekar itu, tanpa bisa menyentuh.

“Kinar memasak semua untukmu,” jelas Ibu Citra tersenyum menatap Kinar yang berdiri di sampingnya. Dengan sudut mata, sang mama memberi kode pada calon menantunya untuk duduk tepat di sisi Pram.

Kinar menurut, dengan ragu menarik kursi di samping Pram.

“Mas, selamat ulang tahun, ya,” ucap Kinar pelan, menatap wajah Pram yang sedang menunduk.

“Dia masih setampan dulu. Saat pertama kali aku melihatnya di depan pintu rumah,” batin Kinar.

Hampir 3,5 tahun kepindahan mereka ke Jakarta, laki-laki ini tetap tidak tersentuh. Tidak jarang, ia menebar jerat di setiap temu, tetapi tidak satu pun berbuah hasil. Pram adalah sesuatu yang sulit dijangkau. Dalam mimpi pun rasanya mustahil. Laki-laki itu membentengi dirinya sebegitu rapat. Bahkan sang mama kandung saja sudah hampir putus asa.

Banyak kecewa yang harus ditelannya, sebuah senyuman tulus saja terasa langka untuknya. Terkadang ingin rasanya menyerah, berhenti menunggu. Namun, sang mama memupuk kembali semangat dan harapan di dalam dirinya.

Ya, Kinar juga memanggil Mama, sama seperti Pram atas permintaan khusus dari Ibu Citra.

“Cepat lambat kamu akan menjadi menantuku. Memanggil sekarang atau nanti sama saja.”

Kata-kata yang diucapkan Ibu Citra padanya kala itu. Membuatnya terpacu untuk menjadi wanita Pram. Wanita dari laki-laki yang hampir sempurna. Kaya, tampan dan bertanggung jawab. Apalagi Pram penyayang keluarga. Lamunan Kinar terhenti saat Ibu Citra mengeluarkan suara.

“Pram, Kinar mengucapkan selamat untukmu,” ucap Ibu Citra, setelah menunggu reaksi Pram. Putranya tidak menanggapi ucapan Kinar sama sekali.

“Hm ... thanks,” sahut Pram menatap piring keramik yang masih telungkup di hadapannya.

“Bicara pun tidak mau menatapku. Sekali menatap, hanya melotot saja penuh amarah,” ucap Kinar dalam hati.

“Pram, menginaplah di sini malam ini,” pinta Ibu Citra, menatap sedih ke arah gadis yang menunduk di sisi Pram. Kinar sedang memainkan serbet putih di tangan kanannya.

“Maaf, aku tidak bisa, Ma,” tolak Pram, mengangkat pandangannya.

“Selalu saja. Apa susahnya Pram,” keluh sang mama. Hampir menyerah pada putra satu-satunya. Takdir mempertemukan mereka kembali, setelah terpisah hampir 40 tahun lamanya.

“Aku punya rumah, punya keluarga sendiri,” sahut Pram, membentang piring di atas meja, bersiap meraih centong nasi.

“Pram ....” Ibu Citra memohon.

“Ma, posisi kita masih sama-sama di Jakarta. Aku akan pulang setelah mama tertidur,” sahut Pram lagi.

Pandangan Ibu Citra beralih ke tangan Pram. Senyum terukir di bibir dengan niat terselubung di hatinya. Ia akan memberi kesempatan Kinar menunjukkan kelayakannya sebagai seorang istri, supaya Pram tidak meragu lagi.

“Kinar, tolong siapkan untuk Pram,” perintah Ibu Citra, saat melihat Pram bermaksud mengisi nasi ke dalam piringnya.

“Maaf, Mas,” ucap Kinar, mengambil alih centong nasi dari tangan Pram. Tangannya sempat menyentuh tangan Pram. Hanya dengan begitu saja, jantungnya sudah berdegup kencang, berdetak tidak karuan.

Pram langsung melepas, pandangannya menyorot tajam pada Kinar. Ia merelakan Kinar menguasai piringnya, mengisi nasi lengkap dengan lauk.

Sesekali perempuan itu bertanya padanya. Sambil tersenyum menunggu jawaban Pram.

“Mas, mau pakai ayam goreng?”

“Mas, mau saya ambilkan udang saos padangnya?”

“Mas, mau sapi lada hitam?”

“Mas, supnya aku pisah di mangkuk, ya?” tanya Kinar dengan nada manja dan penuh kelembutan.

Pram semakin kesal, bangkit dan mendorong kursinya ke belakang.

“Apa saja. Dia tidak cerewet dengan makanan,” sahut Pram, membingungkan kedua wanita di meja makan. Saling berpandangan dengan wajah keheranan.

“Bay!Bay!” teriak Pram. Memanggil sang asisten, supaya segera mendekat.

Bayu sedang menikmati secangkir kopi di ruang tamu. Tangannya pun tengah sibuk mengusap layar ponselnya, saat teriakan Pram terdengar dari ruang makan.

“Ya, Bos,” sahut Bayu, terengah-engah. Buru-buru dengan setengah berlari, menghampiri sang majikan.

“Duduk!” perintah Pram, menarik kursi yang tadi di tempatinya. Memberi isyarat untuk Bayu mengambil alih kursi miliknya, berikut makanan yang tadi disiapkan Kinar untuknya.

“Tapi Bos ....” Bayu ragu, melangkah maju dengan raut kebingungan.

Menatap Ibu Citra yang melotot padanya. Pandangan beralih pada Pram, tidak kalah menyeramkan. Bola mata Pram hampir jatuh keluar.

“Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara melototnya saja bisa sama persis begini,” ucap Bayu dalam hati.

“Bay!" panggil Pram, masih sekeras sebelumnya.

“Duduk di sini! Aku akan memberimu bonus. Sanggup menghabiskan makanan itu, dobel bonus di akhir bulan,” jelas Pram tersenyum, telunjuknya mengarah pada sepiring nasi lengkap dengan lauk yang sudah disiapkan Kinar untuknya.

“Pram, kelewatan kamu. Hargai Kinar!” ucap Ibu Citra, keras.

“Hargai aku dulu!” jawab Pram, tidak kalah tegasnya.

“Bahkan pembantu di rumahku saja, tidak selancang ini. Mengambil alih tugas dan hak istriku.”

“Walau aku membayar mereka mahal untuk melayaniku. Mereka cukup tahu diri,” lanjut Pram

“Bos, tenang. Aku akan menuruti perintahmu,” bisik Bayu berusaha menengahi. Memilih duduk dan menikmati makanan yang sudah lengkap di hadapannya. Berharap Pram tenang dan tidak melanjutkan perang dengan ibu kandungnya sendiri.

Bayu tahu, Pram sangat mencintai ibunya. Rasa cinta yang sama juga untuk istrinya. Pram mencintai keduanya.

Ibu Citra menunduk terisak. Sedih, kecewa dan bercampur malu.

“Maafkan aku. Aku salah membentak Mama di depan semua orang. Maaf, aku tidak sengaja melakukannya,” ucap Pram setelah melihat mamanya menangis.

Terlihat ia berjongkok di sisi Ibu Citra. Meraih tisu dan menghapus air mata yang mengalir karena perbuatannya.

Pram tahu, tidak seharusnya mengeraskan suara di depan mamanya, terlebih ada orang lain di depan mereka.

“Bay, Kinar, bisa tinggalkan kami,” pinta Pram.

Tanpa bicara, keduanya memilih menyingkir, membiarkan ibu dan anak itu menyelesaikan masalahnya. Masalah yang sama setiap keduanya bertemu. Tidak ada yang mau mengalah. Bahkan Bayu dan Kinar, sudah hafal benar.

“Non Kinar, sebaiknya jangan berharap lebih dari Bos. Aku sudah sering cerita ke Non, Pak Pram sudah punya istri, yang seumur hidup tidak akan ditinggalkannya,” jelas Bayu.

“Aku tidak berharap banyak. Kalau dia melirik sedikit saja padaku, aku tidak masalah berbagi. Ini juga demi Mama,” ucap Kinar pelan.

Itu namanya bukan berbagi. Itu namanya memaksa. Berbagi itu kalau keduanya ikhlas. Kalau hanya Non saja yang mau. Itu merebut. Mau merebut sebagian atau semuanya, tetap saja merebut milik orang lain.”

Kinar tertunduk lemas. Ia sudah terlanjur memupuk harapan lebih pada Pram. Bahkan getar-getar di hatinya tumbuh tepat pada pandangan pertama, saat pertama kali ia melihat sosok Pram. Jauh-jauh hari, sebelum ia tahu Pram sudah menikah.

Kinar tahu semuanya, hanya saja menolak untuk menerima kenyataan. Tepat saat pertama kali Ibu Citra meminta Pram menikahinya, Pram menolak tegas. Dan diam-diam mendatangi Kinar, menjelaskan keberadaan Kailla di dalam hidup sekaligus hatinya

Perempuan itu tidak banyak bicara, walau sakit. Tidak ada tempat untuknya di hati Pram. Ia masih berusaha menerima, sambil berharap keajaiban itu ada. Baginya tidak masalah menjadi yang kedua.

Kata-kata yang terus di tanam di pikiran dan hatinya. Ia sendiri tidak mengetahui banyak tentang Kailla. Ia hanya mengenal namanya saja. Pram tidak mau bercerita banyak tentang istrinya.

Namun, Kinar bukan orang bodoh. Sosok istri yang selama ini disembunyikan Pram, pasti memiliki cacat di depan Ibu Citra. Dan itu adalah senjatanya. Untuk mendapatkan posisi di hidup Pram, walau bukan di hati Pram.

Kinar tahu, melunakkan Pram tidak bisa dengan keras atau memaksa. Ia cukup menonton di pinggir, membiarkan sang mama yang bekerja untuknya.

***

Terima kasih..

Love You All

Masih setia dengan Om Pram dan Kailla kan

Happy Weekend

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

pusing lht kelakuan ibu pram dn kinar

2022-09-30

0

Sifa Nasrullah

Sifa Nasrullah

iiisshh..si kinar GK laku yaa..mw rebut misua orng..dsr cewek gatel bnyk ngarep ke misua orng..serasa pngn jambak

2021-12-19

0

I Gusti Ayu Widawati

I Gusti Ayu Widawati

Kinar ibarat pungguk merindukan bulan.
Jangan begitu ah jadi wanita dak punya harga diri.
Bu Citra 40 thn dak ketemua anak ,baru ketemu kok mau dominan sih pakai maksa2, mukul2, apa dak kangen begitu,bersyukur baru ketemu sekian lama.

2021-11-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2 Bab 2. Perjuangan Kailla
3 Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4 Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5 Bab 5. Mi Panjang Umur
6 Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7 Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8 Bab 8 : Restui Dia
9 Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10 Bab 10 : Maafkan Aku
11 Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12 Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13 Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14 Bab 14 : Terbongkar
15 Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16 Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17 Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18 Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19 Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20 Bab 20 : Godaan Kailla
21 Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22 Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23 Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24 Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25 Bab 25 : Makan Malam
26 Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27 Bab 27. Mama Citra Mengalah
28 Bab 28 : Nasehat Bayu
29 Bab 29 : Visual 2
30 Bab 30 : Pram Mengamuk
31 Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32 Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33 Bab 33 : Mencoba Jujur
34 Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35 Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36 Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37 Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38 Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39 Bab 39 : Segeralah Hamil
40 Bab 40 : Siapakah Dia?
41 Bab 41 : Dion Satrio
42 Bab 42 : Ide Sam
43 Bab 43 : Hukuman Sam
44 Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45 Bab 45 : Bekal Makan Siang
46 Bab 46 : Emosi Pram
47 Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48 Bab 48 : Diamnya Pram
49 Bab 49 : Isi Hati Kailla
50 Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51 Bab 51 : Perlawanan Kailla
52 Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53 Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54 Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55 Bab 55 : Menemui Mama
56 Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57 Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58 Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59 Bab 59 : Pulang Sekarang
60 Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61 Bab 61 : Mengerjai Kinar
62 Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63 Bab 63 : Aku Minta Maaf
64 Bab 64 : Permainan Kailla
65 Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66 Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67 Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68 Bab 68 : Di Sini Saja!
69 Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70 Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71 Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72 Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73 Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74 Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75 Bab 75 : Arjuna
76 Bab 76 : Menghitung Kerutan
77 Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78 Bab 78 : Pram vs Ditya
79 Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80 Bab 80 : Siasat Kailla
81 Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82 Bab 82 : Hukuman Sam
83 Bab 83 : Hukuman Kailla
84 Bab 84 : Austria
85 Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86 Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87 Bab 87 : Nasi Goreng
88 Bab 88 : Suami pilihan daddy
89 Bab 89 : Maafkan aku
90 Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91 Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92 Bab 92 : Merindukan Kailla
93 Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94 Bab 94 : Maafkan Aku
95 Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96 Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97 Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98 Bab 98 : Boneka dari India
99 Bab 99 : Kantor KRD
100 Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101 Bab 101 : Tutup Panci
102 Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103 Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104 Bab 104 : Making love di siang bolong
105 Bab 105 : Bungkamnya Pram
106 Bab 106 : Kamu mencintainya?
107 Bab 107 : Bekal Makan Siang
108 Bab 108 : Kita berpisah saja
109 Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110 Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111 Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112 Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113 Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114 Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115 Bab 115 : Aku mencintaimu
116 Bab 116 : Menolak Berpisah
117 Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118 Bab 118 : Aku akan berjuang
119 Bab 119 : Pram pergi
120 Bab 120 : Hamil?
121 Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122 Bab 122 : Kailla dirawat
123 Bab 123 : Kailla Sadar
124 Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125 Bab 125 : Perjuangan Pram
126 Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127 Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128 Bab 128 : Istriku hamil
129 Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130 Bab 130 : Bukan Terminal
131 Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132 Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133 Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134 Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135 Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136 Bab 136 : Kembali manja
137 Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138 Bab 138 : Harus rajin disiram
139 Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140 Bab 140 : Virus bermutasi
141 Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142 Bab 142 : Digoda Lolita
143 Bab 143 : Sugar Baby
144 Bab 144 : The one and only
145 Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146 Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147 Bab 147 : Kailla hilang
148 Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149 Bab 149 : Maling Kesiangan
150 Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151 Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152 Bab 152 : Aku merindukanmu
153 Bab 153 : Tahan Dia
154 Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155 Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156 Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157 Bab 157 : Memaafkan Riadi
158 Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159 Bab 159 : Sarapan Spesial
160 Bab 160 : Memberi maaf
161 Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162 Bab 162 : Sarapan kesiangan
163 Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164 Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165 Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166 Bab 166 : Masa lalu Riadi
167 Bab 167 : Pemakaman
168 Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169 Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170 Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171 Bab 171 : Panggilkan Bayu
172 Bab 172 : Congratulation, Bro
173 Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174 Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175 Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176 Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177 Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178 Bab 178 : Pram koma
179 Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180 Bab 180 : Keputusan Kailla
181 Bab 181 : Ada apa gerangan?
182 Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183 Bab 183 : Di mana Kailla?
184 Bab 184 : Temani aku malam ini
185 Bab 185 : Berbagi ranjang
186 Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187 Bab 187 : Bandung
188 Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189 Bab 189 : Amarah Pram
190 Bab 190 : Semua baik-baik saja
191 Bab 191 : Kisah Lama
192 Bab 192 : Bagaimana ini?
193 Bab 193 : Maaf
194 Bab 194 : Berbagi ketakutan
195 Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196 Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197 Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198 Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199 Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200 Bab 200 : Dennis Joseph
201 Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202 Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203 Bab 203 : THE END
204 Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205 Extra chapter
206 Pengumuman
207 Pengumuman
208 My Beloved bodyguard
209 SEUNTAI IMPIAN SERUNI
Episodes

Updated 209 Episodes

1
Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2
Bab 2. Perjuangan Kailla
3
Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4
Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5
Bab 5. Mi Panjang Umur
6
Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7
Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8
Bab 8 : Restui Dia
9
Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10
Bab 10 : Maafkan Aku
11
Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12
Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13
Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14
Bab 14 : Terbongkar
15
Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16
Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17
Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18
Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19
Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20
Bab 20 : Godaan Kailla
21
Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22
Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23
Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24
Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25
Bab 25 : Makan Malam
26
Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27
Bab 27. Mama Citra Mengalah
28
Bab 28 : Nasehat Bayu
29
Bab 29 : Visual 2
30
Bab 30 : Pram Mengamuk
31
Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32
Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33
Bab 33 : Mencoba Jujur
34
Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35
Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36
Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37
Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38
Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39
Bab 39 : Segeralah Hamil
40
Bab 40 : Siapakah Dia?
41
Bab 41 : Dion Satrio
42
Bab 42 : Ide Sam
43
Bab 43 : Hukuman Sam
44
Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45
Bab 45 : Bekal Makan Siang
46
Bab 46 : Emosi Pram
47
Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48
Bab 48 : Diamnya Pram
49
Bab 49 : Isi Hati Kailla
50
Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51
Bab 51 : Perlawanan Kailla
52
Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53
Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54
Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55
Bab 55 : Menemui Mama
56
Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57
Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58
Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59
Bab 59 : Pulang Sekarang
60
Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61
Bab 61 : Mengerjai Kinar
62
Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63
Bab 63 : Aku Minta Maaf
64
Bab 64 : Permainan Kailla
65
Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66
Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67
Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68
Bab 68 : Di Sini Saja!
69
Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70
Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71
Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72
Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73
Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74
Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75
Bab 75 : Arjuna
76
Bab 76 : Menghitung Kerutan
77
Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78
Bab 78 : Pram vs Ditya
79
Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80
Bab 80 : Siasat Kailla
81
Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82
Bab 82 : Hukuman Sam
83
Bab 83 : Hukuman Kailla
84
Bab 84 : Austria
85
Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86
Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87
Bab 87 : Nasi Goreng
88
Bab 88 : Suami pilihan daddy
89
Bab 89 : Maafkan aku
90
Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91
Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92
Bab 92 : Merindukan Kailla
93
Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94
Bab 94 : Maafkan Aku
95
Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96
Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97
Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98
Bab 98 : Boneka dari India
99
Bab 99 : Kantor KRD
100
Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101
Bab 101 : Tutup Panci
102
Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103
Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104
Bab 104 : Making love di siang bolong
105
Bab 105 : Bungkamnya Pram
106
Bab 106 : Kamu mencintainya?
107
Bab 107 : Bekal Makan Siang
108
Bab 108 : Kita berpisah saja
109
Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110
Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111
Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112
Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113
Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114
Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115
Bab 115 : Aku mencintaimu
116
Bab 116 : Menolak Berpisah
117
Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118
Bab 118 : Aku akan berjuang
119
Bab 119 : Pram pergi
120
Bab 120 : Hamil?
121
Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122
Bab 122 : Kailla dirawat
123
Bab 123 : Kailla Sadar
124
Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125
Bab 125 : Perjuangan Pram
126
Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127
Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128
Bab 128 : Istriku hamil
129
Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130
Bab 130 : Bukan Terminal
131
Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132
Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133
Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134
Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135
Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136
Bab 136 : Kembali manja
137
Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138
Bab 138 : Harus rajin disiram
139
Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140
Bab 140 : Virus bermutasi
141
Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142
Bab 142 : Digoda Lolita
143
Bab 143 : Sugar Baby
144
Bab 144 : The one and only
145
Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146
Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147
Bab 147 : Kailla hilang
148
Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149
Bab 149 : Maling Kesiangan
150
Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151
Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152
Bab 152 : Aku merindukanmu
153
Bab 153 : Tahan Dia
154
Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155
Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156
Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157
Bab 157 : Memaafkan Riadi
158
Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159
Bab 159 : Sarapan Spesial
160
Bab 160 : Memberi maaf
161
Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162
Bab 162 : Sarapan kesiangan
163
Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164
Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165
Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166
Bab 166 : Masa lalu Riadi
167
Bab 167 : Pemakaman
168
Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169
Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170
Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171
Bab 171 : Panggilkan Bayu
172
Bab 172 : Congratulation, Bro
173
Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174
Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175
Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176
Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177
Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178
Bab 178 : Pram koma
179
Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180
Bab 180 : Keputusan Kailla
181
Bab 181 : Ada apa gerangan?
182
Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183
Bab 183 : Di mana Kailla?
184
Bab 184 : Temani aku malam ini
185
Bab 185 : Berbagi ranjang
186
Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187
Bab 187 : Bandung
188
Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189
Bab 189 : Amarah Pram
190
Bab 190 : Semua baik-baik saja
191
Bab 191 : Kisah Lama
192
Bab 192 : Bagaimana ini?
193
Bab 193 : Maaf
194
Bab 194 : Berbagi ketakutan
195
Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196
Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197
Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198
Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199
Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200
Bab 200 : Dennis Joseph
201
Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202
Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203
Bab 203 : THE END
204
Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205
Extra chapter
206
Pengumuman
207
Pengumuman
208
My Beloved bodyguard
209
SEUNTAI IMPIAN SERUNI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!