Istri Sang Presdir
Novel ini adalah lanjutan dari Novel “ISTRI KECIL SANG PRESDIR”. Untuk pembaca baru disarankan membaca judul sebelumnya.
Gadis kecil berbando putih berlari masuk ke dalam gedung RD Group milik sang Daddy. Mengekor di belakangnya, seorang asisten mengejar dengan napas tersengal-sengal.
Kailla, nama gadis kecil yang nakalnya di atas rata-rata. Berlari, membuka ruang demi ruang mencari sosok Daddy yang dirindukannya. Langkah kakinya terhenti, saat mata indah bermanik hitam pekat itu, menangkap sosok tampan dan gagah berdiri sambil memegang berkas di tangannya, di salah satu ruangan yang dibukanya paksa.
“Om ....” panggilnya manja, tersenyum usil bin centil sekaligus menggemaskan. Siapa saja yang melihat pasti ingin mencubit pipi gembul bak buah persik, putih kemerahan.
Laki-laki dewasa yang disapanya Om, ikut tersenyum menatap kehadirannya yang tiba-tiba.
“Kai, apa yang kamu cari di sini?” tanya laki-laki yang biasa disapa Pram.
Melepas berkas di tangan, menghampiri si mungil yang nakal dan manja, pembuat onar di keluarga Riadi Dirgantara. Gadis kecil putri tunggal pemilik perusahaan.
“Kai, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Pram, berjongkok di hadapan Kailla kecil. Menyejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil yang hanya setinggi pinggang orang dewasa.
“Kamu ke sini dengan siapa?” tanya Pram lagi, menarik Kailla duduk di atas pahanya. Pram tidak bertanya lagi, saat melihat asisten gadis kecil itu sedang mengatur napasnya di tengah pintu.
“Non Kailla mengamuk di rumah. Minta bertemu Bapak,” jelas asisten dengan napas naik-turun. Lelah mengejar bocah nakal yang larinya sekencang cheetah.
“Om, aku mau bertemu Daddy,” rengek Kailla terdengar, menarik tangan Pram. Mengajak laki-laki dewasa itu menemui sang ayah yang sudah seminggu ini tidak ditemuinya.
“Kai, Daddy masih rapat. Nanti saja, ya,” bujuk Pram ikut berdiri, mengusap lembut puncak kepala Kailla kecil.
Gadis kecil itu bukannya menurut, tingkah lucunya semakin menjadi. Dengan wajah cemberut dan bibir mengerucut, Kailla memilih berjongkok di pojok ruangan sambil terisak. Mengusap kasar kedua bola matanya yang basah dengan air mata, sesekali menarik ingus yang keluar dari hidung mancungnya.
Lelah menangis, Kailla kecil menatap tajam Pram dengan wajah khas anak-anak nan lucu. Seolah mengertak laki-laki dewasa itu, yang umurnya terpaut 20 tahun lebih tua darinya.
Pram terkekeh.
“Mau es krim?” tawar Pram, ikut berjongkok di hadapan Kailla.
Kailla menggeleng, walau dalam hati ia sangat menginginkannya. Bersembunyi menelan ludah, takut Pram melihat betapa ia sudah menginginkan es krim yang ditawarkan padanya.
“Mau lolipop?” tanya Pram lagi, berusaha menghancurkan kekerasan hati Kailla.
Gadis kecil itu diam sesaat. Otaknya sedang menghitung untung rugi, menimbang mana yang lebih menguntungkan untuknya. Mata sendu memerah itu menatap Pram beberapa detik, sebelum akhirnya mengukir senyum di bibir mungil.
Kepala berbando renda itu mengangguk, tersenyum lebar. Berdiri mengangkat tangannya ke atas, bersiap menyambut uluran tangan Pram. Seperti biasa, Pram akan mengangkat dan menggendongnya.
“Aku mau es krim cokelat, Om,” pinta Kailla dengan lucu dan menggemaskannya.
“Aku juga mau lolipop yang banyak, Om,” lanjut Kailla lagi, membentangkan kedua tangannya lebar-lebar di dalam gendongan Pram.
“Mau apa lagi?” tanya Pram, tersenyum menatap gadis kecil yang selalu manja padanya.
“Mau Daddy ...." sahutnya dengan wajah menyedihkan. Merengkuh leher Pram, menyembunyikan wajahnya di balik pundak kekar Pram. Gadis kecil itu siap merengek, membujuk Pram supaya mengabulkan keinginannya.
“Sebentar saja, tetapi kita melihat Daddy dari luar ruang rapat, ya. Tidak boleh masuk ke dalam. Hari ini Daddy ada rapat penting.” Pram menjelaskan.
Tanpa menunggu jawaban, Pram mengajaknya berlari menuju ke lantai paling atas gedung RD Group. Lantai di mana rapat sedang digelar para petinggi perusahaan. Gelak tawa terdengar jelas dari bibir mungil gadis kecil dalam gendongan Pram. Sesekali ia mengecup pipi Pram.
“Mau lagi, Om?” pintanya dengan lucu. Berlarian dengan Pram mengelilingi kantor membuatnya melupakan es krim dan lolipopnya.
“Mau, Om,” rengek Kailla mengeratkan rengkuhan tangan di leher sang Om.
“Om capek, Kai,” sahut Pram dengan napas tersengal-sengal saat sudah berdiri di depan ruang rapat.
Pram mendekatkan Kailla yang masih di gendongannya pada kaca pembatas ruang rapat, menatap wajah-wajah asing yang sedang serius duduk mengitari meja oval. Tumpukan kertas berantakan di dalam sana. Kailla sedang mengabsen wajah-wajah yang tidak dikenalnya mendominasi di dalam sana, sampai akhirnya netra gadis itu menangkap bayangan yang dirindukannya selama seminggu ini.
Senyum kecil terukir di bibir mungilnya. Tangannya sudah mengetuk kaca, berharap sang Daddy mendengar dan menatap ke arahnya.
“Daddy tidak melihat ke arahku, Om,” ucapnya dengan tertunduk. Menatap nanar pada sosok gagah sang daddy, Riadi Dirgantara.
Usahanya sia-sia, Kailla kecil harus menelan kecewa. Matanya sudah mengkristal kembali. Bulir-bulir itu hampir jatuh.
“Ayo kita beli es krimnya!” ajak Pram, berusaha menyingkirkan rona kesedihan dari wajah gadis kecilnya.
Kailla mengangguk.
Pram mengajak Kailla berkeliling gedung RD Group, membujuk, merayu bahkan harus menerima cubitan Kailla karena sudah menipu seorang anak kecil yang polos dan tidak tahu apa-apa. Tidak ada es krim apalagi lolipop. Pram hanya membohonginya.
Lelah merengek, Kailla akhirnya tertidur pulas di pundak Pram. Kedua tangan Pram mengusap lembut punggung mungil itu, membiarkan Kailla terlelap dalam hangat dekapannya.
- Sepenggal kisah masa lalu Pram dan Kailla -
***
Beberapa tahun berlalu, Kailla kecil tumbuh menjadi gadis remaja. Di usianya yang ke 18 tahun, sang Daddy sendiri mendatangi Pram. Memohon pada laki-laki yang bernama asli Reynaldi Pratama itu untuk menikahi putri satu-satunya, putri kesayangannya Kailla Riadi Dirgantara.
Pram bukanlah orang lain, ia anak yang diangkat dari jalanan, diasuh Riadi Dirgantara sejak berumur 10 tahun. Diberi fasilitas dan disekolahkan sampai jauh ke luar negri, kemudian dijadikan pewaris kerajaan bisnis RIADI DIRGANTARA GROUP, sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta.
Pram terdiam sesaat sebelum menerima tawaran itu, bukan hanya karena balas budi, tetapi ia juga menyayangi Kailla. Menyayangi bayi merah yang dulu dipeluknya saat Kailla pertama kali hadir di dunia.
Baiklah."
Terlihat Pram menghela napas sebelum menjawab.
“Tapi, bisakah memberi kami sedikit waktu, khususnya Kailla. Kailla masih terlalu muda untuk menerima pernikahan ini,” pinta Pram.
“Setidaknya menunggu Kailla menyelesaikan kuliah. Sekarang Kailla baru 18 tahun. Aku mau Kailla menikmati masa remajanya sama seperti remaja lainnya. Bukan menghabiskan waktu melayaniku, suaminya dan melahirkan anak- anak kami.
“Dan ....” Pram ragu untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya.
“Katakanlah, Pram!” Riadi seolah mengerti ada yang mengganjal di pikiran anak angkatnya.
“Bisakah selanjutnya aku memegang tanggung jawab penuh atas Kailla, calon istriku?” tanya Pram
“Aku ingin Kailla belajar bertanggung jawab. Belajar menjadi seorang istri,” lanjut Pram.
Riadi mengangguk, tersenyum.
“Setidaknya, Kailla bisa mengurangi sikap manja dan kekanak-kanakannya. Perlahan, aku akan meraih hatinya. Aku tidak mau, dia kecewa dengan pernikahan ini. Aku ingin memberinya kesempatan belajar mencintaiku dan sebaliknya. Aku juga mau belajar mencintainya,” jelas Pram.
Dua tahun berlalu dari kesepakatan Riadi dan Pram. Banyak peristiwa terjadi. Orang-orang dari masa lalu yang mulai bermunculan. Belum lagi, Riadi yang tiba-tiba koma dan harus terbangun dengan kondisi stroke, menghabiskan sisa umur di atas kursi roda.
Di saat itulah Pram menjadikan Kailla istrinya, mengambil tanggung jawab penuh untuk menjaga perusahaan, sang ayah angkat dan Kailla.
Pernikahan sederhana, hanya sebuah pengesahan secara agama dan negara. Peresmian pernikahan di hadapan Tuhan dan hukum negara. Tidak ada pesta, tidak ada resepsi. Bahkan tidak ada cinta untuk Pram.
Ya, Kailla masih belum bisa mencintai Pram saat lonceng pernikahan itu berdenting, menggema di pinggir pantai. Tempat Pram dan Kaila melangsungkan pernikahan, mengucap janji suci yang mengikat mereka sebagai suami istri.
Pram masih mengingat jelas, bagaimana kata “Ya” terucap dari bibir Kailla. Gadis itu menikahinya hanya karena ingin membahagiakan ayahnya. Kailla menerima pernikahannya dengan Pram demi sang ayah.
“Kalau aku menikah dengan Om, apakah Daddy akan bahagia?” tanya Kailla pada saat itu. Pak Riadi, sang ayah hanya tersenyum dan mengangguk menatap putrinya. Riadi yakin pertahanan Kailla sebentar lagi runtuh. Tentu, ia sangat mengenal putrinya itu dengan baik.
Kailla menyusup ke dalam pelukan, memeluk erat tubuh renta daddy-nya sambil berucap.
“Kalau Daddy bahagia, aku setuju menikah dengan Om Pram.”
Pak Riadi hanya menjawab dengan anggukan tanpa suara. Dan Kailla tahu, Daddy-nya benar- benar menginginkan pernikahan ini terjadi.
- Sepenggal kisah masa lalu Pram dan Kailla -
****
Waktu terus berlalu, rasa terpaksa itu akhirnya berganti menjadi cinta. Perjuangan Pram tidak sia-sia. Kesabaran Pram akhirnya bisa meluluhkan hati Kailla. Pengorbanan Pram terbayar sudah.
Kailla pada akhirnya takluk dan mencintainya. Gadis manja dan nakal itu dengan sukarela menjadi milik Pram seutuhnya. Menyerahkan hati dan hidup pada suaminya.
“Ayo Sayang, aku akan menggendongmu,” bujuk Pram.
“Aku tidak mau. Ini memalukan, Sayang,” tolak Kailla, tersipu malu.
“Ayo. Tidak apa-apa. Kamu istriku sekarang, kenapa harus malu. Sudah lama aku tidak menggendongmu,” goda Pram, mengedipkan matanya.
Dahinya berkerut, berpikir dan menghitung. Sudah berapa lama sejak terakhir kali ia menggendong Kailla. Mungkin belasan tahun, ia sendiri lupa. Sejak hampir menamatkan sekolah dasarnya, Kailla sudah menolak berada dalam gendongan Pram.
Kailla mengalah, membiarkan Pram meraih tubuhnya. Menikmati rasanya digendong Pram, seperti masa kecilnya dulu.
“Aku mencintaimu istriku, Kailla Riadi Dirgantara.” ucap Pram pelan.
“Aku juga mencintaimu suamiku, Reynaldi Pratama,” sahut Kailla tersenyum.
Pernikahan membuat hidup keduanya menjadi berwarna. Rumah tangga dengan perbedaan usia 20 tahun itu memberi pengalaman baru untuk Pram dan Kailla. Pram dengan kesabaran tanpa batas, kedewasaan sekaligus kematangan berpikir yang luar biasa dan cinta yang begitu besar untuk istri kecilnya.
Sebaliknya Kailla yang labil, manja cenderung kekanak-kanakan, suka membuat kekacauan, tidak jarang membuat Pram pusing meladeninya.
Namun, mereka saling melengkapi. Di balik keras dan manjanya, Kailla selalu menjadi penurut di depan Pram. Dan sebaliknya di balik dewasa dan matangnya pola pikir Pram, pria itu juga bisa menjadi kekanak-kanakan di depan Kailla.
Kebahagiaan keduanya bertambah sempurna saat Kailla mengandung buah hati pertama mereka. Ada banyak cinta yang dicurahkan Pram untuknya. Bahkan Pram siap membawa dunia ke dalam genggaman Kailla.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama. Ibu kandung Pram datang di kehidupan mereka, membawa dendam masa lalu pada Kailla dan ayahnya. Membawa sumpah serapah dan kutukan pada Kailla, yang tidak diketahuinya sebenarnya adalah menantunya sendiri, istri dari putra kandungnya yang telah lama hilang.
Cobaan bertambah, saat Pram dan Kailla harus kehilangan calon anak yang masih di kandungan. Tiga bulan janin itu bertahan, berbagi hari dan kisah dengan Pram dan Kailla. Senyum keduanya berubah menjadi tangis, saat Kailla dinyatakan keguguran.
- Sepenggal kisah masa lalu Pram dan Kailla -
****
Ikuti perjalanan kisah rumah tangga Om Pram dan Kailla. Bagaimana Pram yang terjepit diantara kedua orang yang disayanginya.
Love you all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Heni Linda Oriflame
lanjut di seaosen ke 2 thor..tetap semangat 😍😍
2023-02-04
0
Evitariani
gemes sama visualnya
2022-11-22
1
Nur Lizza
aku mampir thor br siap bc td pagi ini plng krj aku cb mampir baca lg
2022-09-29
0