Senyum terukir di bibir laki-laki tampan itu menatap istrinya yang berlari dengan tubuh polos, menghilang di balik pintu kamar mandi. Tubuh indah menggoda yang setiap malam ada di dalam pelukannya. Saling berbagi cerita, berbagi rasa, sekaligus berbagi kehangatan.
Senyuman itu memudar, bahkan menghilang saat ponsel hitam metalic miliknya berdering. Menjerit tanpa henti, minta segera disentuh sang pemilik. Bibir datar itu berubah melengkung terkesan kesal saat melihat nama si penelepon yang muncul di layar.
"Kinar."
Segera Pram meraih kaus dan celana tidurnya yang teronggok di lantai, mengenakannya dengan buru-buru.
“Mau apa lagi dia?” keluh Pram, berbisik. Dengan wajah ditekuk, terpaksa menggeser logo hijau di layar, menempelkan ponsel itu di telinga. Berjalan menjauh supaya pembicaraannya tidak terdengar Kailla.
Istrinya sampai sekarang tidak tahu apa-apa. Pram menyembunyikan banyak hal dari Kailla. Ia harus memastikan mamanya sudah melupakan dendam masa lalu terlebih dulu. Dengan begitu, ia baru bisa mengenalkan Kailla sebagai istrinya.
Pram tidak mau kejadian lama terulang kembali. Pram tidak mau, istrinya menjadi korban masa lalu Riadi atau masa lalunya. Biarlah untuk saat ini Kailla hidup dengan tenang bersamanya. Tidak mau mengirim luka di saat Kailla mendapati kenyataan kalau mertuanya sendiri sangat membencinya.
“Ya, ada apa?” tanya Pram ketus pada Kinar di seberang telepon.
“Mas, Mama meminta Mas Pram datang ke rumah,” jawab Kinar pelan.
“Berikan ponselnya pada Mama,” perintah Pram. Ia tidak mau berbicara dengan Kinar. Pram yakin, mamanya yang meminta Kinar menghubunginya.
Tak lama sudah terdengar suara nyaring setengah mengomel dari seberang ponsel.
“Pram, sudah berapa lama kamu tidak ke tempat Mama?” tanya Ibu Citra dengan nada tinggi
“Ma, aku sedang banyak pekerjaan.” Pram menjawab, beralasan. Ia memang sengaja tidak pergi mengunjungi mamanya. Yang dibahas adalah Kinar dan Kinar lagi.
“Perempuan mana lagi?” tanya Ibu Citra.
“Tidak ada perempuan,” sahut Pram berbohong seperti biasanya.
“Pram, kamu itu sudah 44 tahun. Mau menunggu apa lagi? Mau menunggu sampai kapan?” Kembali Ibu Citra mengomel dengan kencang. Sontak Pram menjauhkan telinganya dari ponsel yang tadinya menempel. Suara nyaring Ibu Citra membuat kepala Pram pusing seketika.
“Ma," panggil Pram sedikit kencang.
“Ini hidupku. Mama tidak berhak mengaturnya. Aku bukan anak kecil lagi,” sahut Pram.
“Mau aku menikah atau tidak. Aku yang memutuskan. Nanti sepulang kantor, aku mampir,” lanjut Pram, memutuskan panggilan teleponnya.
“Tu ... tunggu! Kamu harus datang. Jangan menipu seperti yang sudah-sudah. Kinar sudah memasak banyak untukmu. Jangan sampai mengecewakannya,” jelas Ibu Citra.
“Ya,” sahut Pram lesu.
“Hari ini ulang tahunmu, Pram. Mama mau melewatkannya bersamamu,” ucap Ibu Citra mengejutkan Pram. Pram bahkan melupakan ulang tahunnya.
“Ya, aku akan ke sana!” ucap Pram mematikan ponselnya.
Senyum usil terukir di bibir, bersiap menjahili Kailla. Ia yakin Kailla sama sepertinya, melupakan hari ulang tahunnya.
Tak lama, Kailla keluar dari kamar mandi, dengan buru-buru berlari menuju walk in closet. Tempat di mana pakaian dan tas mahalnya tersusun rapi.
Tanpa berpikir panjang, ia sudah menelanjangi dirinya sendiri. Melucuti dan melempar handuk sekaligus bathrobe itu asal menimpa kaki Pram yang sedang menatapnya seperti serigala kelaparan yang tidak makan berhari-hari. Kailla tidak menyadari, Pram sudah mengekor di belakangnya sejak tadi.
Tangan Kailla sibuk mencari pakaian yang cocok untuk dikenakannya berangkat ke kampus. Ia ada janji dengan Sam, sepulang kuliah mau mampir ke toko buku.
“Sayang, hari ini tidak perlu ke kampus, ya,” pinta Pram, tidak memberi kesempatan sang istri berpakaian. Tangan nakalnya sudah membelit perut rata Kailla, memeluk tubuh indah itu sambil memberi kecupan di pundak terbuka yang basah karena tetesan air dari rambut indah Kailla.
“Aku harus ke kampus, Sayang,” jawab Kailla, tersenyum.
“Kamu melupakannya, Sayang,” ucap Pram tersenyum. Menyeret Kailla dan mendorong tubuh istrinya supaya berbaring di atas ranjang.
“Kamu benar-benar tidak mengingatnya, Sayang?” tanya Pram heran. Tubuh kekarnya sudah mengunci tubuh istrinya.
“Aku mau meminta kado ulang tahunku yang ke 44 tahun.” Pram berkata lagi.
Deg—
Raut wajah Kailla berubah. Dari memohon dilepaskan menjadi memohon untuk dimaafkan. Ia benar-benar lupa, hari ini ulang tahun Pram.
“Sayang, maafkan aku,” pinta Kailla memohon. Ia sudah hafal dengan arti tatapan Pram.
“Bukankah kita sudah sepakat. Setiap ulang tahunku atau ulang tahunmu kita akan menghabiskannya seharian di dalam kamar.
“Nanti malam saja, ya,” tolak Kailla.
“Aku harus bersiap ke kampus. Aku ada janji dengan Sam. Lagi pula sebentar lagi aku wisuda. Aku ingin menikmati detik-detik terakhir di kampus,” lanjut Kailla tersenyum, memohon.
“Kalau nanti malam, kamu harus melayaniku double, Sayang,” jawab Pram, melepaskan istrinya kali ini.
Pram mengerti, hampir semalaman Kailla berada di pelukannya. Lagi pula ia ada rapat penting hari ini, tidak bisa ditinggal atau diserahkan pada David.
“Ya, aku milikmu nanti malam,” sahut Kailla, bangkit dari posisi tidurnya dan berlari menuju walk in closet. Pram ikut menyusul, menatap Kailla yang sedang berganti pakaian.
“Lepaskan tanganmu. Aku belum menyiapkan sarapanmu, Sayang,” jelas Kailla, menepuk pelan tangan Pram yang tiba-tiba sudah membelit di perutnya.
“Aku masih tidak rela melepasmu ke kampus,” ucap Pram, menyibak rambut panjang tergerai itu dan mengecup basah leher istrinya.
“Sayang, jangan dimerah-merahin,” pinta Kailla.
Beberapa hari yang lalu, aku lupa menutupnya dengan bedak. Hasilnya, aku ditertawakan teman-teman kampus,” adu Kailla cemberut.
“Haha ... benar, kah?” tanya Pram memastikan.
“He em,” sahut Kailla mengangguk.
“Mereka jadi tahu, seberapa hebat suamimu di ranjang,” bisik Pram pelan di telinga Kailla, menggigit kecil daun telinga menggemaskan. Sama seperti istrinya yang selalu terlihat menggemaskan.
“Sudah. Lepaskan pelukanmu,” pinta Kailla, membuka tangan Pram yang masih saja memeluk pinggangnya dari belakang.
Kailla sudah beralih menuju lemari pakaian Pram, mengeluarkan kemeja biru muda dipadukan dengan jas biru tua. Warna kesukaan Pram. Lalu beralih memilihkan salah satu dasi dari puluhan koleksi Pram yang tersusun rapi di tempat penyimpanannya.
“Sudah!” ucap Kailla, berjalan sambil menenteng semua pakaian Pram, meletakkan dengan rapi di atas tempat tidur.
“Sayang, aku ke bawah. Pakaianmu sudah siap,” pamit Kailla pada Pram yang masih mematung.
***
Sampai di dapur, duo ratu dapur sudah terlihat sibuk menyiapkan sarapan. Bu Ida dan Bu Sari terlihat sibuk dengan peralatan tempurnya masing-masing.
“Masak apa, Bu?” tanya Kailla melangkah mendekati kompor.
Melihat sang majikan yang sudah bersiap membuat sarapan untuk suaminya, Ibu Sari dan Ibu Ida menyingkir.
“Hari ini masak nasi goreng spesial, Non,” sahut Bu Ida, menyingkir ke arah bak cuci piring, memilih membersihkan sayuran segar yang baru dikeluarkannya dari kulkas.
Kailla sudah menyiapkan mangkuk, mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas. Tampak ia menuang oatmeal dan yogurt ke dalam mangkuk lalu mengaduknya rata. Terakhir, memberi topping pisang dan chia seed di atasnya.
“Sudah,” ucapnya pelan sambil tersenyum. Membawa semangkuk sarapan Pram ke atas meja makan.
Kailla sudah duduk menunggu Pram, sambil mengecek ponselnya. Sam dan Ricko pun sudah terlihat muncul di dapur memesan kopi pada Bu Sari.
Tak lama, terdengar langkah kaki Pram di tangga. Kailla mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, tersenyum menatap Pram. Suaminya sudah rapi, dengan jas tersampir di tangannya.
“Sayang, apa sarapanku pagi ini?” tanya Pram, ikut duduk di sisi Kailla.
“Itu!” Tangan Kailla menunjuk semangkuk bubur oatmeal yang sudah disiapkannya.
Wajah Pram berubah saat menatap sarapan Kailla yang lebih menggiurkan dibandingkan sarapannya. Di depan Kailla tersaji nasi goreng lengkap dengan telur goreng buatan Bu Ida.
“Istri macam apa yang membiarkan suaminya sarapan dengan bubur aneh ini,” gerutu Pram.
“Umurmu sudah tidak bisa sarapan sembarangan, Sayang,” jawab Kailla tersenyum.
“Aku tidak mau melihat roti sobek di perutmu menghilang,” lanjut Kailla mengusili Pram.
“Aaak. Buka mulutmu, Sayang,” pinta Pram, menyodorkan sendok berisi bubur ke depan mulut Kailla.
“Kamu juga harus merasakan bagaimana penderitaanku setiap pagi karena ulahmu,” ucap Pram, tersenyum.
“Rasanya aneh, Sayang,” ucap Kailla, dengan susah payah menelan bubur oatmeal yang disuapkan Pram.
“Sangat aneh, Sayang,” ucap Pram menimpali jawaban Kailla. Selanjutnya ia memilih diam dan menghabiskan sarapan yang disiapkan Kailla untuknya.
“Sayang, jangan pulang terlalu malam, ya,” pinta Kailla tiba-tiba.
“Kamu mau menyiapkan kado untukku?” tanya Pram.
Pram baru saja selesai dengan sarapannya. Sekarang pandangannya beralih menatap Kailla yang masih sibuk menghabiskan nasi gorengnya.
“Ya, kamu mau kado apa?” tanya Kailla, masih serius menatap nasi goreng.
“Kamu," sahut Pram tersenyum.
“Aahh, aku serius, Sayang,” ucap Kailla manja.
“Apa pun, asal itu darimu,” jawab Pram tersenyum.
“Baiklah, aku akan memikirkannya nanti,” jawab Kailla, sambil menyuapkan sendok terakhir ke dalam mulutnya.
“Selesaikan sarapanmu. Tugas terakhirmu menanti.” Pram mengingatkan. Meraih dasi dari saku kemejanya dan menyodorkan dasi ke tangan Kailla.
Tangan Kailla sudah cekatan memasang dasi leher Pram. Selama empat tahun rutin memasang dasi Pram, membuatnya semakin mahir.
“Sempurna!” ucap Kailla tersenyum, tangannya sedang merapikan ujung kerah kemeja Pram.
“Aku mencintaimu,” ucap Pram, mengecup bibir Kailla sekilas. Kemudian menggandeng tangan istrinya keluar.
“Sayang, aku berangkat,” pamit Kailla berjingkat mencium bibir Pram, sebelum masuk ke dalam mobilnya bersama Ricko dan Sam.
Pram sendiri masuk ke dalam mobilnya bersama Bayu. Sejak kejadian penculikan Kailla, Pram sudah tidak pernah mau menyetir mobil sendiri. Kehilangan calon anak yang ada di kandungan Kailla sampai sekarang masih membekas di ingatannya.
***
Tbc
Love You all
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Evitariani
mau ngucapin ultah sama om pram, tapi udah lewat jauh banget kayaknya tanggalnya 🤣🤣🤣
2022-12-06
0
Nur Lizza
happy birthday om pram
2022-09-30
0
Hana Sumiyawati
hbd pram... semoga apa yg kamu inginkan tercapai. amin 🙏
2021-10-30
0