Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka

Pram langsung memerintahkan Bayu menjalankan mobilnya setelah menutup panggilan telepon. Raut wajahnya panik dan tegang. Dia sendiri tidak yakin apa yang terjadi dengan Kailla, hanya diminta datang ke lokasi yang di kirim si penelepon.

“Bay, buruan!” perintah Pram. Laki-laki tampan itu sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan istrinya, memastikan kalau Kailla baik-baik saja.

Mobil Pram, tiba di sebuah lapangan bola tidak terlalu jauh dari komplek perumahannya. Kendaraan beroda empat itu belum berhenti sempurna, tapi Pram sudah membuka sabuk pengaman dan meloncat turun.

Mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan sang istri. Tak butuh waktu lama, lapangan kosong itu tidak bisa menyembunyikan sosok cantik istri manjanya.

Netranya menangkap Kailla yang masih mengenakan pakaian yang sama dengan terakhir pertemuan mereka tadi siang, sedang duduk di rumput menikmati gulali bersama beberapa anak-anak yang duduk mengerubunginya. Senyumnya cerah, secerah mentari sore yang siap bersembunyi di balik petang.

Deg—

Jantungnya berdetak kencang, amarahnya bergemuruh seketika. Pandangannya tertuju pada Bentley hitam, salah satu mobil kesayangnya terparkir tidak jauh dari Kailla dan kerumunan anak-anak. Ada banyak mobil sport hitam berbagai merek di garasi mobilnya, tapi kenapa Kailla harus membawa keluar mobil yang paling disayanginya.

Raut wajah Pram makin berubah saat jarak keduanya semakin dekat. Mobil sport itu bukan hanya terparkir, tapi menghantam pohon mangga. Bagian depan mobil itu hancur tak berbentuk, kacanya pecah.

Dia masih mengingat jelas, mobil yang sama juga pernah mengalami hancur serupa saat dia menabrakannya pada gerbang pagar rumah Andi saat penculikan Kailla empat tahun silam.

Dan sekarang terulang kembali, bukan dia tapi Kailla.

“Kai, apa yang terjadi?” tanya Pram berkacak pinggang di depan Kailla.

“Tidakkah kamu bisa melihat. Kenapa harus bertanya lagi?” tanya Kailla tetap menikmati gulalinya, tidak menghiraukan Pram yang sudah mulai menampakan wajah kekesalannya.

“Pak, ini pemilik mobilnya! Kamu bisa meminta ganti rugi padanya!” teriak Kailla, sambil tetap duduk di rumput bersama anak lainnya. Tidak mempedulikan kehadiran Pram yang menatap tajam padanya.

“So..sore Pak!” sapa seorang laki-laki setengah abad dengan tampilan sederhana. Kelihatannya laki-laki itu adalah orang baik, terlihat dari kesopanan dan bahasa tubuhnya yang membungkuk saat menyapa Pram.

“Apa yang terjadi Pak?” tanya Pram, mengalihkan pandangannya pada laki-laki asing itu.

“Be..begini Pak,” ucap si laki-laki terlihat ragu, menatap ke arah Kailla.

“Ada apa Pak?” tanya Pram yang sudah tidak sabar.

“Saya yang menghubungi Bapak tadi. Maaf sebelumnya... “ Laki-laki itu memandang ke arah Kailla kembali.

“Sudah-sudah! Aku saja yang bicara,” ucap Kailla dengan santainya. Berdiri dan menghampiri Pram.

“Jadi begini Sayang.” Kailla membuka pembicaraan.

“Aku sengaja menabrakan mobil kesayanganmu pada pohon mangga kesayangan Bapak ini,” jelas Kailla.

Kata sengaja yang disematkan Kailla di kalimatnya, membuat mata Pram membulat.

“Nah, aku menawarkan ganti rugi padanya,” jelas Kailla, melanjutkan kembali. Tidak memberi kesempatan Pram mengemukakan pendapat.

“Maaf Pak, sebenarnya saya tidak meminta ganti rugi. Lagipula Bapak lebih banyak mengalami kerugian. Pohon mangga juga tidak kenapa-kenapa.” Pemilik pohon mangga menyela.

“Iya, tapi aku yang menawarkan ganti rugi!” Kailla menjelaskan. Raut wajah melukiskan bagaimana perasaannya saat ini.

“Ayo sebutkan saja angkanya Pak. Bapak mau minta ganti rugi berapa? Jangan sungkan-sungkan, aku istri dari lelaki tua yang sedang melotot di hadapanmu ini,” jelas Kailla, dengan santainya.

“Kailla, apa-apaan ini!” omel Pram.

“Sayang, itu pohon mangga kesayangannya. Sama seperti mobil kesayanganmu juga. Bukan masalah hanya sebatang pohonnya. Itu kesayangan!” Kailla berusaha menjelaskan.

“Ganti saja kerugiannya. Kasihan bapak ini. Apalagi menurut cerita Bapak ini, pohon mangganya berbuah semangka. Bisa saja setelah aku tabrak, pohonnya ngambek dan tidak mau lagi berbuah semangka,” ucap Kailla mengada-ada.

“Ma-maaf Pak, tidak begitu,” sela sang pemilik pohon mangga.

“Ssssttt..., Bapak diam saja. Biarkan saya yang memperjuangkan hak Bapak,” ucap Kailla menempelkan telunjuknya di bibir, memberi tanda agar laki-laki itu diam dan menurut.

“Sudah Sayang, ganti saja kerugiannya,” pinta Kailla pada Pram.

Pram menggelengkan kepala, istri nakalnya kembali lagi setelah sekian tahun menghilang.

“Sepuluh juta Pak. Cukup?” tanya Kailla membuka harga menawar pada si pemilik pohon, membuat mata Pram membulat.

Pemilik pohon mangga hanya diam saja. Tidak enak dan juga tidak mau mengikuti permainan Kailla.

“Ah, aku mengerti. Masih kurang ya. Tidak sebanding dengan nilai mobilnya. Lima puluh juta, bagaimana?” tawar Kailla lagi.

“Laki-laki menyebalkan ini. Aku harus memiskinkannya, jadi dia baru tahu rasa!”

Tidak ada jawaban. Pram juga memilih menatap Kailla tanpa membuka suara lagi. Istrinya sedang berontak dan protes seperti biasanya.

“Ayo Sayang. Bayar ganti rugi untuk bapak ini. Ini masih belum seberapa. Tadinya aku mau menabrak gerombolan sapi yang sedang makan rumput di pojok sana,” cerita Kailla, menunjuk ke arah kawanan sapi yang sedang di jaga pengembalanya.

Pram menggelengkan kepalanya. Tidak bisa berkata apa-apa.

“Sayang sudah,” pinta Pram, menatap Kailla dengan memohon. Dia tidak mau memperpanjang masalah dengan istrinya. Bahkan dia sudah menutup mata, walaupun mobil mewahnya dihancurkan Kailla.

“Aku masih berbaik hati padamu, Sayang. Aku memilih menabrak pohon mangga ini. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibmu, kalau beneran sapi yang aku tabrak,” lanjut Kailla lagi.

“Kamu tidak lihat, celurit dan kumis pemilik sapi itu sama melengkungnya. Bisa dipastikan dia sama galaknya sepertimu. Kalau aku menabrak sapinya, aku yakin nafas Reynaldi Pratama akan berakhir di celuritnya.”

“Kai, sudah. Maafkan aku,” ucap Pram setelah lelah melihat Kailla mengoceh.

Pram mengeluarkan kartu nama di dompetnya, menyerahkan kepada sang Bapak.

“Saya Reynaldi Pratama, ini kartu nama saya. Maafkan istri saya sudah ceroboh,” ucap Pram, membungkuk dan menyerahkan kartu namanya.

“Tidak apa-apa Pak,” ucap pemilik pohon tersenyum.

“Bisa tinggalkan nomor ponsel Bapak, nanti orangku akan menghubungi Bapak mengenai ganti rugi,” ucap Pram, menatap ke arah Kailla. Berharap istrinya melunak.

“Ayo Kai, kita pulang,” ajak Pram, menatap Kailla yang masih menikmati gulali merah mudanya.

Terlihat Pram mengeluarkan dompetnya kembali, menarik lembaran uang kertas berwana merah dan menyerahkan kepada Kailla.

“Mari anak-anak, Tuan baik hati ini memberi kalian uang jajan,” ucap Kailla membagi lembaran uang seratusan itu kepada anak-anak yang menemaninya.

“Ayo, kita permisi. Mari Pak,” pamit Pram, meraih tangan Kailla.

Baru saja akan masuk ke dalam mobil, Kailla berulah kembali.

“Aku tidak mau pulang ke rumahmu!” Kailla menolak masuk ke dalam mobil.

“Kai, maafkan aku,” pinta Pram. Memohon Kailla menyudahi semua kemarahan dan protesnya.

“Aku tidak mau pulang ke rumahmu!” ucap Kailla menegaskan kembali.

“Itu rumah kita, bukan rumahku.” Pram meralat kata-kata Kailla.

“Aku sudah lelah denganmu. Kita bercerai saja, Sayang.”

Ucapan Kailla membuat Pram terbelalak. Sedikit pun tidak terpikir akan mendengar Kailla mengucapkan satu kata mengerikan itu di hadapannya.

“Tidak, aku tidak akan menceraikanmu!” tolak Pram.

“Pulang denganku atau aku akan memecat Sam dan Ricko bersamaan!” ancam Pram.

“Tidak masalah, mereka akan ikut denganku! Kapan kamu akan memecatnya?” tanya Kailla menantang.

“Kai, ini hanya salah paham. Kenapa harus bawa-bawa perceraian,” sahut Pram, memohon.

“Kamu menyembunyikan hal begini penting dariku. Apa pantas disebut salah paham,” todong Kailla.

“Kita pulang, bicara di kamar kita. Jangan disini. Banyak yang menonton pertengkaran kita,” pinta Pram.

“Tidak mau. Kamu akan mengurungku lagi seperti biasa, sampai aku memaafkanmu. Aku tidak mau lagi Sayang,” tolak Kailla.

“Jadi kamu maunya bagaimana?” tanya Pram lagi.

“Kita pisah saja, Sayang.”

“Tidak akan! Jangan berharap terlalu tinggi,” ucap Pram menarik paksa Kailla, menggendongnya di pundak seperti masa kecilnya.

“Ah...! lepaskan aku!!” teriak Kailla, memukul kencang punggung Pram.

“Jangan banyak bergerak, kalau tidak aku akan menjatuhkanmu di gerombolan sapi tadi, supaya kamu jadi santapan mereka,” ancam Pram, memukul bokong Kailla.

***

Terimakasih

Love you all.

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

mantap kai

2022-09-30

0

Indah Fajar Surya

Indah Fajar Surya

jadi ingat Bella Ama bara ngidam mangga berbuah semangka

2022-02-14

0

Hana Sumiyawati

Hana Sumiyawati

🤣🤣🤣

2021-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2 Bab 2. Perjuangan Kailla
3 Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4 Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5 Bab 5. Mi Panjang Umur
6 Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7 Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8 Bab 8 : Restui Dia
9 Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10 Bab 10 : Maafkan Aku
11 Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12 Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13 Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14 Bab 14 : Terbongkar
15 Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16 Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17 Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18 Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19 Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20 Bab 20 : Godaan Kailla
21 Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22 Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23 Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24 Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25 Bab 25 : Makan Malam
26 Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27 Bab 27. Mama Citra Mengalah
28 Bab 28 : Nasehat Bayu
29 Bab 29 : Visual 2
30 Bab 30 : Pram Mengamuk
31 Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32 Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33 Bab 33 : Mencoba Jujur
34 Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35 Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36 Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37 Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38 Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39 Bab 39 : Segeralah Hamil
40 Bab 40 : Siapakah Dia?
41 Bab 41 : Dion Satrio
42 Bab 42 : Ide Sam
43 Bab 43 : Hukuman Sam
44 Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45 Bab 45 : Bekal Makan Siang
46 Bab 46 : Emosi Pram
47 Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48 Bab 48 : Diamnya Pram
49 Bab 49 : Isi Hati Kailla
50 Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51 Bab 51 : Perlawanan Kailla
52 Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53 Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54 Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55 Bab 55 : Menemui Mama
56 Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57 Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58 Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59 Bab 59 : Pulang Sekarang
60 Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61 Bab 61 : Mengerjai Kinar
62 Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63 Bab 63 : Aku Minta Maaf
64 Bab 64 : Permainan Kailla
65 Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66 Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67 Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68 Bab 68 : Di Sini Saja!
69 Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70 Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71 Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72 Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73 Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74 Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75 Bab 75 : Arjuna
76 Bab 76 : Menghitung Kerutan
77 Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78 Bab 78 : Pram vs Ditya
79 Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80 Bab 80 : Siasat Kailla
81 Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82 Bab 82 : Hukuman Sam
83 Bab 83 : Hukuman Kailla
84 Bab 84 : Austria
85 Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86 Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87 Bab 87 : Nasi Goreng
88 Bab 88 : Suami pilihan daddy
89 Bab 89 : Maafkan aku
90 Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91 Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92 Bab 92 : Merindukan Kailla
93 Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94 Bab 94 : Maafkan Aku
95 Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96 Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97 Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98 Bab 98 : Boneka dari India
99 Bab 99 : Kantor KRD
100 Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101 Bab 101 : Tutup Panci
102 Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103 Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104 Bab 104 : Making love di siang bolong
105 Bab 105 : Bungkamnya Pram
106 Bab 106 : Kamu mencintainya?
107 Bab 107 : Bekal Makan Siang
108 Bab 108 : Kita berpisah saja
109 Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110 Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111 Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112 Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113 Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114 Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115 Bab 115 : Aku mencintaimu
116 Bab 116 : Menolak Berpisah
117 Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118 Bab 118 : Aku akan berjuang
119 Bab 119 : Pram pergi
120 Bab 120 : Hamil?
121 Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122 Bab 122 : Kailla dirawat
123 Bab 123 : Kailla Sadar
124 Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125 Bab 125 : Perjuangan Pram
126 Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127 Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128 Bab 128 : Istriku hamil
129 Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130 Bab 130 : Bukan Terminal
131 Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132 Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133 Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134 Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135 Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136 Bab 136 : Kembali manja
137 Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138 Bab 138 : Harus rajin disiram
139 Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140 Bab 140 : Virus bermutasi
141 Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142 Bab 142 : Digoda Lolita
143 Bab 143 : Sugar Baby
144 Bab 144 : The one and only
145 Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146 Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147 Bab 147 : Kailla hilang
148 Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149 Bab 149 : Maling Kesiangan
150 Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151 Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152 Bab 152 : Aku merindukanmu
153 Bab 153 : Tahan Dia
154 Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155 Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156 Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157 Bab 157 : Memaafkan Riadi
158 Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159 Bab 159 : Sarapan Spesial
160 Bab 160 : Memberi maaf
161 Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162 Bab 162 : Sarapan kesiangan
163 Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164 Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165 Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166 Bab 166 : Masa lalu Riadi
167 Bab 167 : Pemakaman
168 Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169 Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170 Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171 Bab 171 : Panggilkan Bayu
172 Bab 172 : Congratulation, Bro
173 Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174 Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175 Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176 Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177 Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178 Bab 178 : Pram koma
179 Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180 Bab 180 : Keputusan Kailla
181 Bab 181 : Ada apa gerangan?
182 Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183 Bab 183 : Di mana Kailla?
184 Bab 184 : Temani aku malam ini
185 Bab 185 : Berbagi ranjang
186 Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187 Bab 187 : Bandung
188 Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189 Bab 189 : Amarah Pram
190 Bab 190 : Semua baik-baik saja
191 Bab 191 : Kisah Lama
192 Bab 192 : Bagaimana ini?
193 Bab 193 : Maaf
194 Bab 194 : Berbagi ketakutan
195 Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196 Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197 Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198 Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199 Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200 Bab 200 : Dennis Joseph
201 Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202 Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203 Bab 203 : THE END
204 Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205 Extra chapter
206 Pengumuman
207 Pengumuman
208 My Beloved bodyguard
209 SEUNTAI IMPIAN SERUNI
Episodes

Updated 209 Episodes

1
Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2
Bab 2. Perjuangan Kailla
3
Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4
Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5
Bab 5. Mi Panjang Umur
6
Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7
Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8
Bab 8 : Restui Dia
9
Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10
Bab 10 : Maafkan Aku
11
Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12
Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13
Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14
Bab 14 : Terbongkar
15
Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16
Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17
Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18
Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19
Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20
Bab 20 : Godaan Kailla
21
Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22
Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23
Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24
Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25
Bab 25 : Makan Malam
26
Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27
Bab 27. Mama Citra Mengalah
28
Bab 28 : Nasehat Bayu
29
Bab 29 : Visual 2
30
Bab 30 : Pram Mengamuk
31
Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32
Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33
Bab 33 : Mencoba Jujur
34
Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35
Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36
Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37
Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38
Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39
Bab 39 : Segeralah Hamil
40
Bab 40 : Siapakah Dia?
41
Bab 41 : Dion Satrio
42
Bab 42 : Ide Sam
43
Bab 43 : Hukuman Sam
44
Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45
Bab 45 : Bekal Makan Siang
46
Bab 46 : Emosi Pram
47
Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48
Bab 48 : Diamnya Pram
49
Bab 49 : Isi Hati Kailla
50
Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51
Bab 51 : Perlawanan Kailla
52
Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53
Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54
Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55
Bab 55 : Menemui Mama
56
Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57
Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58
Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59
Bab 59 : Pulang Sekarang
60
Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61
Bab 61 : Mengerjai Kinar
62
Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63
Bab 63 : Aku Minta Maaf
64
Bab 64 : Permainan Kailla
65
Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66
Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67
Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68
Bab 68 : Di Sini Saja!
69
Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70
Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71
Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72
Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73
Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74
Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75
Bab 75 : Arjuna
76
Bab 76 : Menghitung Kerutan
77
Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78
Bab 78 : Pram vs Ditya
79
Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80
Bab 80 : Siasat Kailla
81
Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82
Bab 82 : Hukuman Sam
83
Bab 83 : Hukuman Kailla
84
Bab 84 : Austria
85
Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86
Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87
Bab 87 : Nasi Goreng
88
Bab 88 : Suami pilihan daddy
89
Bab 89 : Maafkan aku
90
Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91
Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92
Bab 92 : Merindukan Kailla
93
Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94
Bab 94 : Maafkan Aku
95
Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96
Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97
Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98
Bab 98 : Boneka dari India
99
Bab 99 : Kantor KRD
100
Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101
Bab 101 : Tutup Panci
102
Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103
Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104
Bab 104 : Making love di siang bolong
105
Bab 105 : Bungkamnya Pram
106
Bab 106 : Kamu mencintainya?
107
Bab 107 : Bekal Makan Siang
108
Bab 108 : Kita berpisah saja
109
Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110
Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111
Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112
Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113
Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114
Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115
Bab 115 : Aku mencintaimu
116
Bab 116 : Menolak Berpisah
117
Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118
Bab 118 : Aku akan berjuang
119
Bab 119 : Pram pergi
120
Bab 120 : Hamil?
121
Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122
Bab 122 : Kailla dirawat
123
Bab 123 : Kailla Sadar
124
Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125
Bab 125 : Perjuangan Pram
126
Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127
Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128
Bab 128 : Istriku hamil
129
Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130
Bab 130 : Bukan Terminal
131
Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132
Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133
Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134
Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135
Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136
Bab 136 : Kembali manja
137
Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138
Bab 138 : Harus rajin disiram
139
Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140
Bab 140 : Virus bermutasi
141
Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142
Bab 142 : Digoda Lolita
143
Bab 143 : Sugar Baby
144
Bab 144 : The one and only
145
Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146
Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147
Bab 147 : Kailla hilang
148
Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149
Bab 149 : Maling Kesiangan
150
Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151
Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152
Bab 152 : Aku merindukanmu
153
Bab 153 : Tahan Dia
154
Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155
Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156
Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157
Bab 157 : Memaafkan Riadi
158
Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159
Bab 159 : Sarapan Spesial
160
Bab 160 : Memberi maaf
161
Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162
Bab 162 : Sarapan kesiangan
163
Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164
Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165
Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166
Bab 166 : Masa lalu Riadi
167
Bab 167 : Pemakaman
168
Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169
Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170
Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171
Bab 171 : Panggilkan Bayu
172
Bab 172 : Congratulation, Bro
173
Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174
Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175
Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176
Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177
Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178
Bab 178 : Pram koma
179
Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180
Bab 180 : Keputusan Kailla
181
Bab 181 : Ada apa gerangan?
182
Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183
Bab 183 : Di mana Kailla?
184
Bab 184 : Temani aku malam ini
185
Bab 185 : Berbagi ranjang
186
Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187
Bab 187 : Bandung
188
Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189
Bab 189 : Amarah Pram
190
Bab 190 : Semua baik-baik saja
191
Bab 191 : Kisah Lama
192
Bab 192 : Bagaimana ini?
193
Bab 193 : Maaf
194
Bab 194 : Berbagi ketakutan
195
Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196
Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197
Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198
Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199
Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200
Bab 200 : Dennis Joseph
201
Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202
Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203
Bab 203 : THE END
204
Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205
Extra chapter
206
Pengumuman
207
Pengumuman
208
My Beloved bodyguard
209
SEUNTAI IMPIAN SERUNI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!