LiNW eps 16

.

.

Detak jarum jam yang terus berputar mengisi keheningan di dalam ruangan bernuansa biru itu. Terlihat seorang gadis berhijab tengah duduk melamun di sofa kecil yang menghadap ke jendela. Gadis itu memandang lurus ke luar jendela.

Hanya diam yang bisa ia lakukan. Gadis itu Rania. Gadis malang yang kisah kasihnya benar-benar miris. Kisah cintanya begitu rumit.  Mengingat apa yang baru saja terjadi padanya, membuat siapapun seakan tak percaya dengan sikapnya saat ini.

Sudah beberapa hari semenjak kebenaran itu terungkap. Dan selalu seperti ini, ia selalu melamun saat teringat kenyataan yang sudah terjadi.

Rania benar-benar patut dijuluki sebagai wanita kuat dan sabar. Ia masih bisa bersikap tenang setelah mengalami patah hati berkali-kali.

Meskipun ia tak marah pada Kevin atau pun pada keadaan, tapi ketahuilah bahwa ia benar-benar rapuh saat ini. Hanya saja ia berusaha untuk menahan selagi hatinya masih bisa bertahan dengan keadaan.

Ia menarik napas dalam seraya tersenyum dan memejamkan matanya.

" aku ikhlas dengan apa yang terjadi, Ya Rabb. Apapun itu, aku yakin sudah Engkau tetapkan sebaik-baiknya . Engkau lah yang Maha Tahu segalanya Ya Allah.." ia tersenyum tipis menahan gejolak di dadanya.

Ia memang tersenyum, tapi hati dan matanya tak bisa berbohong. Setetes bulir bening jatuh di pipinya setelah menggenang tertahan oleh ketegarannya.

Segera ia menghapusnya setelah ia menyadari sesuatu. Hari ini ia ada janji dengan pelanggan. Ia harus segera berangkat ke butik. Jam pun sudah menunjukkan pukul 10 kurang 7 menit.

.

.

Sementara di tempat lain, Gian sedang dalam perjalanan menuju Resto 3R untuk menemui sahabatnya Reno.

Awalnya ia terlupa akan kenyataan bahwa Rania adalah adik kandung sahabatnya, Reno. Namun, disaat ia kalut setelah berpikir cukup lama bagaimana caranya menyelesaikan masalah yang ia alami dengan Rania, akhirnya ia teringat bahwa Reno lah orang yang tepat untuk ia temui saat ini.

Langsung saja ia menyambar kunci mobil dan ia bergegas untuk menuju ke Resto milik Reno.

Sesampai disana, ia menanyakan Reno pada Lula yang sedang bertugas di Kasir. Kemudian Lula mengantarnya ke ruang kerja Reno.

"Silahkan, mas." Ujar Lula setelah memberitahukan pada Reno ada temannya yang ingin bertemu.

"Iya. Makasih."ucapnya dan kemudian memasuki ruangan dihadapannya.

"Assalamu'alaikum."ucapnya tatkala sudah melewati pintu berwarna coklat tersebut.

"Wa'alaikumsalam. Gian. Ternyata elo." Reno tersenyum hangat menyambut kedatangan Gian.

Mereka berjabat tangan dan saling berpelukan. Kemudian, Reno memprsilahkan Gian untuk duduk.

"Rame terus ya." Kata Gian berbasa-basi.

"Ya, alhamdulillah. Oh, ya. Lo gimana? Kerjaan lancar kan?"

"Alhamdulillah juga sih. Sekarang lagi banyak proyek." Kata Gian yang diangguki Reno.

Suasana hening sesaat dan terlihat Gian yang berubah tegang.

"Oh ya. Gue kesini ada yang mau gue omongin sama lo." Kata Gian dengan tatapan gugup, hal itu membuat Reno menatapnya penasaran.

"Gue minta maaf sebelumnya, No. Kalau lo gak bakal suka sama apa yang gue katakan."

"Maksud lo apa sih, Ian?" Reno mengernyit bingung.

Gian menghela napas, entah kenapa ia tiba-tiba menjadi sangat gerogi.

"Gue.. gue.. mau ngelamar adik lo, No." Ucap Gian dengan mata terpejam di akhir kalimatnya.

Reno menatapnya tak percaya. Ia tak menyangka kalau perasaan adiknya akan berbalas. Tapi, tunggu dulu. Ia belum tau apa inisiatif Gian yang tiba-tiba ingin melamar adiknya.

Dan juga, ia belum tau adiknya yang mana yang dimaksud oleh Gian. Ia tak mau gegabah dengan pikirannya sendiri. Cukup sekali saja kesalahpahaman itu terjadi.

"Gue nggak tau siapa yang lo maksud mau lo lamar. Dan gue nggak akan marah juga. Tapi, tolong lo katakan dengan jelas, Ian."

Jujur saja, saat ini Reno benar-benar berdebar. Ia cemas jika yang ingin dilamar Gian adalah Clara. Karena, jika memang, pasti Rania akan semakin kecewa.

"Reno. Gue suka sama Rania. Dan gue udah yakin mau nikahin dia. Gue tau sudah terlambat. Tapi, gue ..." perkataan Gian terpotong karena suara gagang pintu yang terbuka.

Gian dan Reno menoleh ke arah pintu. Mereka terdiam mendapati Rania yang menatap mereka. Rania menatap Gian sendu.

Namun, sesaat kemudian ia kembali menutup pintu dan berlalu pergi. Gian dan Reno hanya bisa saling pandang sebelum Gian tiba-tiba bangkit dan berlari ingin mengejar Rania.

Reno bersandar di sofa sambil mengusap wajahnya gusar. Di satu sisi ia senang, namun di sisi lain, ia cemas akan munculnya masalah baru melihat bagaimana reaksi Rania saat melihat Gian barusan.

Ia memejamkan matanya karena tiba-tiba pusing melandanya.

.

.

Rania sedang berdiri mematung di belakang pintu toilet Restoran. Satu-satunya tempat yang ada di pikirannya saat ingin menghindar dari Gian dan Reno. Ia tak yakin apakah diantara kedua lelaki itu ada yang mengejarnya. Namun, yang pasti pikirannya tadi langsung tertuju pada toilet yang terletak berseberangan dengan ruang kerja Reno.

Ia menatap kosong dinding di depannya. Jantungnya berdetak tak karuan. Ingin rasanya ia berteriak saat ini juga, namun rasanya itu tak berguna.

"Kenapa dia ada disini?" Gumamnya terdengar sangat pelan.

Dadanya sesak. Bagaimana bisa seperti ini. Jika saja boleh memilih, ia tidak akan membuat janji dengan kliennya tadi di sini. Mungkin di butik atau di kafe lain.

Tapi, apa ini takdir dari Allah, ia harus bertemu dengan Gian?. Rasanya ia ingin menangis, namun air matanya saja sudah tak bisa keluar.

.

.

Gian kebingungan mencari keberadaan Rania. Ia sempat bertanya pada Lula apakah Rania tadi keluar dari Resto ini. Namun, jawaban Lula membuatnya kecewa. Ia tak melihat Rania keluar.

Kini ia sedang di mobil hendak menuju ke butik Rania. Satu-satunya tempat yang ia harapkan ada gadis itu disana.

Gian mengambil ponsel di saku celananya hendak menelfon gadis itu, tapi satu hal yang ia sesali, dirinya tidak memiliki nomor ponsel gadis tersebut. Ia mengeram kesal. Segera ia menekan nomor Reno.

"Gimana, Ian? Ketemu?"  Tanya Reno begitu panggilan terjawab.

"Nggak, No. Gue minta tolong lo kirimin nomor HP Rania sekarang, ya." Pintanya.

"Oke. Lo tunggu sebentar."

Beberapa saat setelah panggilan berakhir, sebuah pesan masuk dari Reno. Benar, isinya adalah nomor kontak Rania. Segera saja, Gian mendial nomor tersebut.

Tepat setelah nada tunggu ketiga, panggilannya dijawab. Terdengar suara seorang wanita di seberang sana tengab mengatur napasnya.

"Assalamu'alaikum. Maaf Mbak, saya agak telat. Tapi, saya sudah pesan meja nomor 12 tadi. Mbak tunggu saya sebentar ya."  Kata wanita di seberang sana yang terdengar menahan gugup.

Gian hanya diam mendengarkan tanpa berniat membalas. Ia langsung mematikan panggilannya dan memutar kemudi mobil kembali ke Restoran.

"Jadi, dia belum pergi dari sana." Gumam Gian dengan senyum miringnya.

.

.

Rania pov

Aku benar-benar tak menyangka akan bertemu dengannya di sini. Padahal aku sudah berusaha untuk melupakannya.

Yang ada di pikiranku tadi hanya toilet saat melihat pintunya yang terbuka. Segera saja aku berlari memasuki toilet yang tak jauh dari ruangan Bang Reno. Hanya untuk menenangkan diri saja. Karena aku juga tak berharap untuk dikerjar oleh mereka berdua seperti di film-film.

Aku nggak tau lagi harus gimana. Mau nangis, tapi air mataku sudah tak bisa lagi untuk keluar. Sejenak aku memejamkan mata untuk menetralkan detak jantungku yang sudah seperti habis lari maraton.

Setelah cukup lama berdiri, aku mencuci muka agar pikiranku juga kembali lebih segar. Setelahnya, aku memberanikan diri untuk keluar, bagaimanapun keadaannya nanti.

Toh, juga Bang Gian nggak tau kan kalau selama ini aku menyukainya diam-diam. Dan juga Bang Reno nggak mungkin bilang sama dia.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, panggilan dari nomor tak dikenal. Aku teringat dengan klien yang sudah janjian dengan ku hari ini. Langsung saja aku mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum. Maaf Mbak, saya agak telat. Tapi, saya sudah pesan meja nomor 12 tadi. Mbak tunggu saya sebentar ya." Kataku langsung tanpa menunggu dia mengomeliku karena sudah menunggu lama.

Namun, tak ada jawaban. Hanya keheningan dan tiba-tiba panggilan diputus. Aku hanya mengangkat bahu acuh. Mungkin gangguan jaringan.

Aku merapikan penampilanku sebentar. Kemudian, dengan mantap aku keluar dari toilet.

Sesampai di luar, aku memandang sekeliling dan melihat belum ada yang mengisi meja nomor 12.

Aku pun berjalan kesana. Dan tiba-tiba ponselku kembali berdering. Ada notifikasi pesan wa yang kulihat isinya ternyata dari klienku tadi. Ternyata ia tidak bisa datang karena harus ke rumah sakit mengantar Ibunya yang baru saja terkena serangan jantung.

Aku hanya bisa menghembuskan napas lelah. Tak boleh mengeluh.

"Lebih baik sekarang aku ke tempat Debby aja." Gumamku sendiri.

Akupun menyetop taksi yang lewat. Namun, saat taksinya sudah hampir sampai di depanku, aku melihat sebuah mobil berhenti di depan Resto. Kulihat Bang Gian yang keluar dari sana dan memanggilku.

Aku tak menghiraukannya dan segera memasuki taksi. Entah kenapa aku tak ingin bertemu dengannya saat ini. Dan menjauh mungkin adalah pilihan yang tepat.

.

.

Debby sedang memantau perkembangan toko rotinya ketika Rania muncul memasuki toko. Ia tersenyum memandang langkah demi langkah sahabatnya itu menghampiri.

"Assalamu'alaikum." Sapa Rania setelah berhadapan dengan Debby.

"Wa'alaikumussalam. Apa kabar Ran?" Sapa gadis cantik berhijab pasmina krem itu sambil memeluk Rania.

Mereka memang jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Debby sangat sibuk akhir-akhir ini karena ia sudah membuka 2 toko cabang.

Setelah taksi yang ia tumpangi tadi melaju, Rania mengarahkan kepada supir taksi untuk mengantarnya ke Sweet Day Cake and Bakery. Akan lebih baik baginya jika ia ke tempat Debby. Toh, Gian tak akan mengejarnya.

"Kamu mau pesan kue atau roti gitu?" Tanya Debby.

Rania tersenyum,  Ia pun bingung harus melakukan apa disini.

"Mm,, aku pesan sepiring coklat cake aja." Jawabnya yang diangguki oleh Debby.

"Oke, tunggu bentar ya." Rania balas mengangguk.

Ia kemudian memilih duduk di salah satu meja dengan 2 kursi yang berhadapan. Jujur saja ia sangat bimbang.  Tak tau harus berbuat apa.

Harusnya ia senang karena Gian menyapanya. Dan bahkan lelaki itu seperti ingin berbicara dengannya. Tapi, sikapnya malah sebaliknya. Ia lebih memilih menghindar.

Debby datang dengan nampan berisi sepiring coklat cake dan dua gelas susu coklat hangat. Ia sudah hafal minuman yang disukai Rania. Dan saat ini yang tepat adalah susu coklat, karena akan ditemani coklat cake.

"Nih, Ran. Silahkan dinikmati tuan putri.." canda Debby menghangatkan suasana.

"Makasih." Jawab Rania sedikit manja.

Debby duduk memilih duduk di bangku yang berada di depan Rania.  Mereka mulai mengobrol.

"Kamu kenapa sih, Ran? Murung gitu. Ada masalah lagi?" Tanya Debby yang terlihat heran dengan sikap Rania.

"By. Aku,, aku nggak baik-baik aja sekarang." Ujar Rania pelan.

Ia menatap Debby sendu. Debby menyentuh tangan sahabatnya itu. Ia berniat menguatkan Rania akan masalah yang dihadapinya. Ia mengerti kondisi Rania saat ini.

"Aku ngerti Ran. Tapi, coba cerita sekarang masalahnya apa lagi? Apa yang bikin kamu jadi semakin terpuruk begini?" Tanya Debby prihatin.

"Setelah pernikahanku batal, aku pikir semua masalahnya udah selesai. Tapi, ternyata nggak By. Hatiku malah makin sesak. Rasanya aku makin nggak kuat By." Jelasnya yang mulai serak.

"Dia tiba-tiba muncul di depan aku. Aku merasa takdir seakan menginginkan aku selalu bertemu dengannya. Aku nggak sanggup By. Aku harus gimana lagi sekarang?" Bulir bening menetes di pipi Rania.

"Kamu yang sabar ya Ran. Kamu pasti bisa ngelewatin semua ini. Kita bakalan selalu ada buat kamu. Kamu tenang aja." Kata Debby menguatkannya.

"Makasih ya By." Katanya.

.

.

Bersambung....

Adakah yang lebih sakit dari patah hati. Walaupun ada, tetap saja semua kesakitan itu adalah rasa. Rasa yang Allah berikan untuk menguji seberapa kuat manusia itu. Akan kah ia mampu melewatinya.....

.

.

Episodes
1 LiNW eps 1
2 LiNW eps 2
3 LiNW eps 3
4 LiNW eps 4
5 LiNW eps 5
6 LiNW eps 6
7 LiNW eps 7
8 LiNW eps 8
9 LiNW eps 9
10 LiNW eps 10
11 LiNW eps 11
12 LiNW eps 12
13 LiNW eps 13
14 LiNE eps 14
15 LiNW eps 15
16 LiNW eps 16
17 LiNW eps 17
18 LiNW eps 18
19 LiNW eps 19
20 LiNW eps 20
21 LiNW eps 21
22 LiNW eps 22
23 LiNW eps 23
24 LiNW eps 24
25 Episode 25
26 LiNW Episode 26
27 Episode 27
28 LiNW Eps 28
29 LiNW Eps 29
30 Just Info
31 LiNW Eps 30
32 LiNW Eps 31
33 LiNW Eps 32
34 LiNW Episode 33
35 LiNW eps 34
36 Episode 35
37 LiNW Eps 36
38 LiNW Eps 37
39 LiNW Eps 38
40 LiNW Eps 39
41 LiNW Eps 40
42 Episode 41
43 Episode 42
44 Episode 43
45 Episode 44
46 Episode 45
47 Episode 46
48 Episode 47
49 Episode 48
50 Episode 49
51 Episode 50
52 Episode 51
53 Episode 52
54 Episode 53
55 Episode 54
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 Episode 85
87 Eps 86
88 Eps 87
89 Episode 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 95
97 Eps 96
98 Eps 97
99 Eps 98
100 Eps 99
101 Eps 100
102 Eps 101
103 Eps 102
104 Eps 103
105 Eps 104
106 Eps 105
107 Eps 106
108 Eps 107
109 Eps 108
110 Eps 109
111 Eps 110
112 Eps 111
113 Episode 112
114 Episode 113
115 Eps 114
116 Eps 115
117 Eps 116
118 Eps 117
119 Eps 118
120 Eps 119
121 Eps 120
122 Eps 121
123 Eps 122
124 Eps 123
125 Eps 124
126 Eps 125
127 Eps 126
128 Eps 127
Episodes

Updated 128 Episodes

1
LiNW eps 1
2
LiNW eps 2
3
LiNW eps 3
4
LiNW eps 4
5
LiNW eps 5
6
LiNW eps 6
7
LiNW eps 7
8
LiNW eps 8
9
LiNW eps 9
10
LiNW eps 10
11
LiNW eps 11
12
LiNW eps 12
13
LiNW eps 13
14
LiNE eps 14
15
LiNW eps 15
16
LiNW eps 16
17
LiNW eps 17
18
LiNW eps 18
19
LiNW eps 19
20
LiNW eps 20
21
LiNW eps 21
22
LiNW eps 22
23
LiNW eps 23
24
LiNW eps 24
25
Episode 25
26
LiNW Episode 26
27
Episode 27
28
LiNW Eps 28
29
LiNW Eps 29
30
Just Info
31
LiNW Eps 30
32
LiNW Eps 31
33
LiNW Eps 32
34
LiNW Episode 33
35
LiNW eps 34
36
Episode 35
37
LiNW Eps 36
38
LiNW Eps 37
39
LiNW Eps 38
40
LiNW Eps 39
41
LiNW Eps 40
42
Episode 41
43
Episode 42
44
Episode 43
45
Episode 44
46
Episode 45
47
Episode 46
48
Episode 47
49
Episode 48
50
Episode 49
51
Episode 50
52
Episode 51
53
Episode 52
54
Episode 53
55
Episode 54
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
Episode 85
87
Eps 86
88
Eps 87
89
Episode 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 95
97
Eps 96
98
Eps 97
99
Eps 98
100
Eps 99
101
Eps 100
102
Eps 101
103
Eps 102
104
Eps 103
105
Eps 104
106
Eps 105
107
Eps 106
108
Eps 107
109
Eps 108
110
Eps 109
111
Eps 110
112
Eps 111
113
Episode 112
114
Episode 113
115
Eps 114
116
Eps 115
117
Eps 116
118
Eps 117
119
Eps 118
120
Eps 119
121
Eps 120
122
Eps 121
123
Eps 122
124
Eps 123
125
Eps 124
126
Eps 125
127
Eps 126
128
Eps 127

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!