Mentari pagi sudah menampakkan sinarnya. Cuaca hari ini pun terlihat sangat cerah. Rania sudah siap untuk pergi ke butik. Tetapi ia ingat harus ke Resto terlebih dahulu sesuai pesan abangnya untuk mencek apakah baik-baik saja atau mungkin ada kendala yang terjadi.
Namun, sebelum berangkat Rania mengirim pesan pada Dini kalau ia tidak dapat datang awal karena harus mengurus kafe terlebih dahulu.
Ia sudah memesan taksi online tadinya. Dan taksi yang dipesannya itu sudah nampak stand by di depan gerbang rumahnya.
Sedangkan di Resto sudah ada Lula, kasir disana yang kini tengah menyusun kursi-kursi dan meja bersama pelayan-pelayan lainnya.
“pagi semua.” Sapa Rania sambil berjalan memasuki Resto.
“pagi, mbak.”
“Lula, gimana hari ini? Nggak ada masalah kan?” tanya Rania pada Lula.
“hmm, semuanya aman mbak. Tapi, kalau masalah keperluan dapur tadi Sari bilang hari ini jadwal belanja.”
“oke. Nanti ambil uang nya sama aku ya. Aku masuk dulu.” Rania tersenyum sekilas kemudian berlalu.
Sesampai di ruangan yang biasa ditempati abangnya itu, Rania menaruh tas nya dan menduduki kursi yang juga biasa diduduki abangnya. Perhatiannya tertarik pada foto yang terpajang diatas meja
Ada dua foto disana dan satu yang membuat mata gadis itu terpaku. Reno dan teman-temannya saat di pesantren dulu.
Matanya jelas menyiratkan kerinduan. Orang itu, yang berdiri di sisi kanan abangnya. Dia yang selama ini menghilang dari hadapan Rania.
Entahlah, Rania merasa mood nya sudah sedikit buruk. Tak tau kenapa ia hanya merasa sedih saat mengingat lelaki itu. Padahal sudah lama mereka tak bertemu, tapi rasa itu masih saja seperti dulu. Bodoh memang, tapi ia tak bisa berbohong bahwa ia masih mencintainya.
Cinta dalam diam. Begitulah yang sering diledeki oleh teman-temannya. Karena memang orang yang disukainya tak tau mengenai perasaannya.
Tok tok tok.... ketuka pintu membuyarkan lamunannya.
"Masuk!!"
Cklek,, “permisi, mbak.” sahut Lula masuk.
Rania langsung merubah raut wajahnya menjadi tersenyum. “ya, La.”
Lula kemudian memberikan catatan keperluan dapur yang sudah habis beserta dengan biaya yang dibutuhkan. Rania mengambil alih buku tersebut dan membacanya.
Ia meneliti satu persatu rincian catatan keuangan Resto. Kemudian ia mengambil uang dari laci dan memberikannya pada Lula. Lalu, setelah pamit Lula keluar dari ruangan itu. Rania hanya menatap kepergian Lula sampai sosok tersebut hilang dibalik pintu.
Ia mengingat kembali kejadian 5 tahun lalu, saat dirinya melihat kakak sepupunya bersama lelaki yang ia idam-idamkan. Sakit,, jika mengingat kejadian itu. Apalagi saat Ayu yang terlihat sangat dekat dengannya.
...~@~...
Flash back.
Hari ini adalah hari kelulusan bagi siswa-siswi kelas 12 SMA Bakti. Rania dan teman-temannya merayakan kelulusan mereka dengan makan bersama di Resto keluarganya.
Mereka terlihat bahagia, tak terkecuali Rania. Tak henti-hentinya senyuman terukir di wajah mereka.
Namun, senyum kebahagiaan itu hilang begitu saja dari wajah Rania saat melihat kedatangan kakak Sepupunya, Ayu. Hatinya serasa membeku melihat sosok yang berjalan disamping sang kakak.
Dia.. Orang yang selama ini telah berhasil mencuri hatinya. Gian Hasbi Pranata.
Jantungnya terasa berdetak lebih cepat. Dan juga, hatinya mencelos melihat tawa sumringah mereka berdua. Ia cemburu.
Mereka terlihat sangat bahagia. Seperti sepasang kekasih. Begitulah fikir Rania.
Tanpa ia duga, kini lelaki itu berada di hadapannya. Harusnya ia senang bisa berhadapan langsung dengan pangeran tampan yang selama ini ia kagumi. Bukan kagum lagi, tetapi rasa itu telah melebihi kekaguman.
“hai...” sapa Ayu menghampiri Rania dan teman-temannya. “kalian udah lulus,ya. selamat ya.” kata Ayu dengan senyum tulusnya.
Mereka hanya membalas perkataan Ayu dengan senyum kikuk. Mereka bingung dan heran melihat kedekatan Ayu dan Gian. Apakah mungkin mereka pacaran? Itulah pertanyaan yang berputar di fikiran mereka.
Sedangkan Rania, ia hanya diam menatap makanan yang ada di depannya. Terlihat tak peduli. Namun, Elina dan Dini sudah melayangkan tatapan geram mereka padanya.
"Nia,,” Dini memanggilnya agar gadis itu menatapnya.
"iiihhh, sumpah ya gua nggak ngerti sama lo. Hebat banget lo bisa kaya tadi.” Ujarnya terdengar menyindir.
Rania tersenyum sambil memasang tampang cueknya. Benar-benar membuat sahabatnya geram. Mereka tak habis pikir dengan kepintaran Rania menyembunyikan perasaannya.
Flashback off
...~@~...
Nada dering dari ponselnya membuyarkan lamunan Rania. Ia mengeluarkan ponsel tersebut yang masih tersimpan cantik ditasnya. Disana tertera notifikasi panggilan dari Yanti.
"Assalamu’alaikum, Yan.”
“.......................”
“oh, itu. Kemaren aku taruh di laci meja aku. Kamu ambil aja, kuncinya nggak aku bawa, kok.”
“......................”
"iya. wa’alaikumussalam.”
Rania mencek laporan sebentar, kemudian menyimpannya. Ia lalu berangkat ke butik.
Sesaat setelah menutup pintu, ia dikejutkan dengan Hilmi yang tiba-tiba ada di belakangnya.
"astaghfirullah. Kamu ngapain,sih? Kalau aku jantungan gimana?” ujar Rania sedikit kesal.
Hilmi hanya tersenyum, “kalau jantung kamu kenapa-kenapa, ya aku kasih aja jantung aku buat kamu.”
Rania hanya memutar bola matanya jengah. Ia sudah bosan mendengar gombalan-gombalan receh dari sahabatnya itu. Ia melewati Hilmi yang masih berdiri di tempatnya begitu saja.
Hilmi hanya menatap Rania dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah ia kesal karena dicueki Gadis itu. Ia kemudian mengikuti langkah Rania hingga sampai ke depan.
"Ran. Aku anterin kamu ke butik,ya?”
Rania menautkan alisnya. Ia kemudian menghela napas panjang.
"nanti pacar-pacar kamu marah lagi. Datangin aku, terus jambak-jambak,,,, hahhh,, aku nggak mau lagi berhadapan sama mereka-mereka yang kamu php-in”
"aku nggak pernah php-in mereka Ran. Tapi mereka aja yang kepedean. Aku juga nggak pernah suka sama mereka.”
Rania mendelik jengah. Akhirnya ia menerima tawaran Hilmi untuk mengantarnya, hitung-hitung hemat biaya. Toh jika menunggu ojol akan lama.
“ya udah.” Ia kemudian memasuki mobil Hilmi tanpa disuruh.
Hilmi tersenyum puas. Setidaknya ia bisa bersama dengan Rania walaupun gadis itu tak pernah menanggapi perasaannya. Ia menyusul Rania untuk masuk ke mobil dan mereka berangkat ke Butik. Rania hanya diam sepanjang perjalanan.
"kamu kenapa tadi datang?” tanya Rania
“aku mau ketemu Reno. Ada perlu sih sebenarnya. Eh, nggak taunya malah ketemu kamu. Mungkin kita jodoh kali ya.” ujarnya tanpa memperhatikan raut wajah Rania.
“Hilmi iihh... modus kamu"
“iya, iya. bercanda kali ah. Sewot amat.”
Rania menghembuskan napas kasar sambil melipat tangan di dada. “serius deh.” Ujarnya jutek. “kamu nggak tau emangnya, kalau bang Reno ke Pekanbaru tadi malam?”
“hah,, beneran?” tanya nya bingung. “wah, trus ngapain dia nyuruh aku kesana?"
“mana aku tau.” jawab Rania sambil mengedikkan bahunya.
Hilmi terlihat bingung dan kesal. Ia bingung kenapa Reno memintanya untuk datang pagi ini. Dan ia kesal tak mendapati Reno di Resto sahabatnya tersebut.
Bahkan di waktu yang biasanya ia masih asik duduk santai di pinggir kolam ikan miliknya. Hilmi memang penyuka binatang. Terutama ikan dan kucing.
Sesampai di butik, Rania pamit setelah mengucapkan terima kasih pada Hilmi. ia hanya membalasnya dengan menggombali Rania lagi.
Setelah gadis itu menjauh Hilmi mengambil ponselnya dan mendial kontak Reno. Dan panggilan tersambung setelah dua detik.
“woii, lo ngapain sih nyuruh gua ke Resto sementara lo di Pekanbaru. Bikin kesal gua aja lo.” Ujar nya langsung mendumel pada sahabatnya di seberang telepon.
“Gua mau minta tolong sama lo buat ngehandle Resto gua sementara. Gua ada urusan nih di kampung nenek. Lo kan sahabat gua Mi. Please ya.” jelas Reno di seberang.
“hahhh, giliran begini aja lo nyuruh gua.”
...~@~...
Hallooooo.........
Okey.. buat para readers mohon di like ya. Dan kalau ada masukan atau apapun silahkan dikoment..
Karena komentar dan masukan dari kalian itu sangat penting untuk ku...
Okey. Terima kasih... 🤓🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Foni radja
keren lnjt thor
2024-01-11
0