LiNW eps 5

Pagi ini suasana di sebuah rumah terlihat ramai dan sedikit heboh. Dikarenakan dua bocah kecil lucu yang menjadi pusat perhatian seluruh anggota keluarga tersebut. Mereka terlihat berebut boneka pinokio kecil lucu yang pas di gendongan salah satu gadis kecil tersebut.

“Ndaaa,,, abang iihh,,, nakall.” Celoteh si balita 4 tahun tersebut yang merasa kesal karena diganggu sang Abang.

“Bayuu, jangan ganggu adeknya terus.”  Ujar Shanty yang tengah memotong apel.

“nggak, Bunda. Abang Cuma ngajakin adek main kok. Adeknya aja yang nggak mau.”

Lalu, tiba-tiba terdengar suara telapak sepatu menuruni anak tangga mengalihkan perhatian  dua bocah kecil itu. Bayu pun segera berlari menyongsong om nya itu.

Gian, lelaki itu sudah rapi dengan setelan kemeja dan celana kerjanya. Ia pun menyambut keponakan sulungnya itu dengan merentangkan tangan dan mengangkat Bayu ke gendongannya. Tak lupa ia memberondong bocah itu dengan ciuman bertubi-tubi.

Gelak tawa mewarnai pergelutan dua lelaki beda usia itu yang tak luput dari perhatian gadis kecil yang tak lain  adalah Sakina, keponakan Gian yang kecil.

“Ooooom,,,, jangan dendong dendong Abang. Iihh,,, ndak boleh..” pekik gadis itu  sambil berlari mengahmpiri mereka.

Sakina marah melihat Gian menggendong Bayu. Ia tak suka dan hanya dirinya yang boleh digendong oleh Gian. Ia adalah gadis kecil lucu yang cemburuan dengan apa yang menurutnya miliknya, jika diganggu.

“awas.. tuluun abaaang... hwaaa,,, Ndaaa.. Abang nakaaalll.” Adunya pada sang Bunda.

Gian pun segera menurunkan Bayu dari gendongannya dan beralih menggendong Sakina sebelum bocah kecil itu benar-benar mengamuk.

“ayo sini Kina. Jangan nangis dong sayang.” Gian mencoba menenangkannya.

“dasar cengeng banget.” ledek Bayu yang lebih memilih duduk di samping sang Bunda.

“Sssttt,,, jangan gitu, deh.  Nggak baik. Adek kamu itu kan masih kecil.”  Shanty  mengelus kepala anak sulungnya itu dengan sayang.

Gian pun ikut duduk di sofa ruang tengah dekat kakaknya. Sakina terlihat sudah tersenyum  kembali sambil menciumi pipi Omnya itu. Hal yang sering ia lakukan ketika digendong oleh orang yang ia suka.

“udah dong adek, Om nya jangan dicium terus. Ntar bau adek nempel loh, kan Om Giannya mau ke kantor.” Kata Shanty yang sudah selesai dengan apel yang dipotongnya tadi.

Sudah dua hari ini Shanty dan kedua anaknya menginap di rumah Mamanya, karena suaminya  harus ke luar kota. Memang biasanya mereka akan menginap dan juga kehebohan  akan tercipta karena dua bocah kecil itu.

Setelah menurunkan Sakina dari gendongannya,  Gian berjalan ke arah ruang makan. Disana sudah tersaji sarapan yang dimasak oleh Mamanya dan dibantu oleh Bi Sumi.

“pagi, mah.” Sapanya sambil mencium pipi sang Mama yang dibalas dengan senyum oleh wanita paruh baya tersebut.

“udah rapi aja kamu.”

“iya. Mau ngurusin semua urusan di kantor sebelum ke Pesantren”

"oh ya. Titip salam buat keluarga Ustadz Bandi yah.” Ucap Mamanya sambil ikut duduk di seberang Gian.

Setelah semua anggota keluarga berkumpul, mereka sarapan bersama. Bayu terlihat sangat  lahap menyantap makanannya yang membuat Gian tersenyum geli melihatnya. Tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat gemas melihat keponakan tersayangnya itu.

“Mah, aku mau beli kebaya baru buat acara minggu depan. Kasih alamat butik langganan mama itu ya.” ujar Shanty saat teringat niatnya yang ingin membeli kebaya baru untuk acara pernikahan adik sepupu suaminya.

“iya. abis ini mama kasih tau. pokoknya kamu nggak bakalan nyesel deh kalo fittingnya disana.” Jawab sang mama antusias.

“kamu anterin kakak ya, Ian.” pinta Shanty pada Gian.

“oke. siap..”

Setelah selesai sarapan mereka segera beranjak dari meja makan. Gian menuntun Bayu untuk berjalan bersamanya menuju teras depan.  Sedangkan Shanty menggendong Sakina yang masih asik dengan susu formula miliknya.

"ya udah. Kita berangkat ya Mah. Assalamu’alaikum” ucap Shanty yang kemudian mencium tangan  sang mama.

Mobil melesat  membelah  jalanan yang masih  sepi,  hingga  setengah jam  kemudian, Gian  menepikan mobilnya di depan sebuah butik Islami. Ia memarkir mobil miliknya tepat di samping sebuah mobil jazz silver di depan butik  tersebut.

Shanty kemudian turun dan mematut tampilan bangunan di depannya  ini dengan senyum tipis. “Hidayah Collection”,  terpampang jelas di atas papan reklame di depan butik tersebut. Mereka kemudian masuk,  dan  langsung disambut baik oleh pelayan tokonya.

Gian melirik sebentar  jam tangan miliknya, ia teringat dengan rencananya  hari ini. dan waktu  pun  sudah berlalu sekian  lama. Ia pun pamit pada Shanty untuk segera berangkat ke Kantor. Tanpa  pikir panjang lagi, Gian segera bergegas  ke mobilnya dan berlalu meninggalkan toko  busana muslimah tersebut.

Ia bingung sendiri. Entah kenapa hatinya merasa tak rela untuk pergi, seakan ada sesuatu yang menahannya agar tinggal. Namun, fikirannya berkata lain. Tetap pada  rencana awalnya.

Mobil Gian pun berlalu ke arah pusat kota, bertepatan dengan keluarnya seorang  gadis berhijab dari mobil putih yang terlihat  seperti orang bingung menatap kepergian mobil itu.

Rania, gadis itu baru saja sampai di depan butik ketika sebuah mobil berjalan  mundur hendak meninggalkan pelataran butik tersebut. Ia terdiam heran ketika sebelumnya tak sengaja melihat sekilas seseorang yang  baru  saja memasuki mobil  tersebut. Entah kenapa ia bingung sendiri, seperti ada  magnet  yang menariknya untuk memastikan sesuatu.

Namun, dengan segera ia menggelengkan kepala menepis segala prasangka tidak jelas di pikirannya. Ia kemudian menyusul Yanti yang sudah lebih dulu masuk ke toko pakaian muslim itu.

“Assalamu’alaikum. Pagi semua.” Sapa Rania saat sudah melewati pintu kaca besar tersebut.

“Wa’alaikumsalam.” Jawab semua yang ada di dalam sana.

“eh, ada tamu ya. Selamat datang mbak.” Sapanya lagi pada wanita berhijab yang sedang menggendong balita perempuan. Ibu muda itu membalasnya dengan senyum manis.

"loh, mbak bukannya yang kemaren di kedai Pak Agus ya? yang dedeknya jatuh.” Tambah Rania setelah teringat sesuatu.

“iya. Kamu manager butik ini kan?” jawabnya sambil bertanya balik.

Rania kemudian duduk di sofa yang ada di tengah ruang lepas itu. Ia bergabung dengan Dini yang sudah dari tadi mengobrol dengan pelanggan barunya itu.

Rania tersenyum melihat balita perempuan digendongan sang Ibu yang menggeliat di gendongan karena terlihat ingin lepas. Shanty pun melepaskan Sakina yang langsung berlari menghampiri abangnya yang tengah sibuk dengan mainan mobil-mobilan miliknya.

Hal itu tak luput dari perhatian Rania dan Yanti, serta Shanty yang juga gemas sendiri melihat tingkah anaknya yang sok dewasa itu. Tanpa membuang waktu, mereka langsung membahas tujuan utama Shanty datang ke butik tersebut.

Ia meminta mereka untuk menunjukkan desaign baju kebaya yang ingin ia pesan. Dini pun mengajak Shanty masuk ke ruang desaign.

Rania mengecek ponselnya, tak ada notifikasi dari abangnya. Padahal sudah hampir satu minggu Reno di Lampung tapi ia tak memberi kabar kapan akan kembali ke Bandung. Hal itu tentu saja membuat Rania cukup kesal. Karena ia juga membebankan tanggung jawab lain padanya disaat satu pekerjaannya saja sudah sulit untuki ia handle.

Brukk’’  

Perhatian Rania teralihkan pada pemandangan disampingnya. Balita perempuan itu kini tergolek disamping sofa yang ia duduki. Entah sejak kapan ia berada disana, Rania pun tak tau.

Sepertinya bocah kecil itu terjatuh saat hendak berpegangan pada tangan sofa yang sudah jelas tak sampai untuk ia jangkau.

“sssttttsstts,,  sayang. Kenapa? Kok bisa jatuh sih.” Ujar Rania sambil menggendong anak tersebut.

“akit,,” katanya dengan bahasa yang belum tepat.

“uluuluu,, kasihan banget.” Rania yang gemaspun mencubit pelan pipi nya.

“namanya siapa?” tanyanya sambil menatap lucu anak itu.

“Ina.” Jawabnya lucu

“Ina?” tanyanya memastikan yang dibalas anggukan oleh Sakina.

“Ina kok gemesin banget sih?” Kata Rania yang tidak tahan untuk tidak menciumnya.

Tak  ada respon dari anak itu, ia hanya memperhatikan dengan seksama wajah Rania. Ia terus menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Hal itu membuat Rania sendiri bingung. Ia kemudian tertawa sambil mencubit kembali pipi gembil anak itu.

“Ina kenapa liatin Aunty begitu?” tanya Rania membuat gadis  kecil itu menggeleng pelan.

“onty cantik.” jawabnya asal.

“Ina juga cantik. bikin Aunty pengen nyium terus.” Ia pun mendusel-dusel pipi Sakina membuat anak itu tertawa geli.

Tak bisa dipungkiri, Rania memang sangat suka melihat anak kecil. ditambah lagi diusianya yang bisa dikatakan sudah cukup untuk menjadi seorang Ibu pun ia masih belum menikah. Tak salah memang, dikarenakan kakaknya sendiri belum melepas masa lajangnya. Jadi, tak masalah jika ia belum menikah.

Di dalam keluarganya pun kini belum ada cucu. Karena memang belum ada dari saudara sepupunya yang punya anak. Namun, ia sendiri sangat menyukai anak kecil. ingin rasanya ia membawa anak di pangkuannya ini ke rumah dan mengajaknya untuk tinggal bersama dirinya.

Hahh,, yang benar saja. mana mungkin Ibu nya mau memberikan anak kesayangannya. Apalagi untuk wanita yang tidak ia kenal. Rania tersenyum sendiri  membayangkan kekonyolan fikirannya.

...~@~...

Pukul 10.27 wib. Seorang pria tampan dengan setelan jasnya terlihat  menghembuskan nafas lega sambil membereskan meja nya yang sudah dipenuhi tumpukan berkas.

Gian baru saja selesai menandatangani laporan kantor. Karena, hari ini ia akan berangkat ke Pandeglang untuk berkunjung ke Pesantren Darus Salam. Sekaligus ingin melihat perumahan yang baru saja dibangun.

Gian mengalihkan pandangannya pada jalanan diluar sana melalui jendela kaca disebelah kirinya. Ingatan kembali mengingat kejadian di 5 tahun yang lalu saat dirinya pertama kali menyadari perasaannya pada seorang gadis yang baru saja mmengakhiri masa SMA nya. ia pun tersenyum  sendiri mengingatnya.

Tutt,, tutt,,,,

Deringan ponsel di atas meja membuyarkan lamunan Gian. ia menatap sejenak benda pipih itu dan kemudian menjawab panggilannya.

“wa’aaikumussalam. Iya kak.”

“...............”

"iya ini baru mau pulang.”

“.......................”

“oke. aku jalan sekarang.” Ia mengakhiri telfonnya dan kemudian bangkit dari kursi kebesarannya.  

Ia menyambar  kunci mobil di atas meja. Tanpa pikir lagi ia pergi dari ruangan itu berniat untuk pulang karena akan menjemput kakaknya dan mengantar  pulang.

Dengan langkah berwibawa ia berjalan menyusuri koridor kantor. Tak butuh waktu  lama ia pun langsung masuk ke mobil dan melesat menyusuri jalanan. 10 menit waktu yang dibutuhkan Gian untuk sampai ke tempat tujuannya.

Dan kini mobil hitam  itu menepi di depan “Hidayah Butik”. Tempat yang tadi pagi ia datangi dan entah kenapa ada perasaan aneh menhinggapinya.

Tanpa turun dari mobil, Gian menulis pesan singkat pada Shanty bahwa ia sudah sampai. Ia menunggu sebentar hingga tiga orang wanita muncul  dari balik pintu kaca didepannya bersama dua anak kecil. Shanty bersama wanita  yang tadi pagi ia temui saat datang ke sini.

Yang membuat nya terpaku adalah  sosok wanita satunya lagi yang mengiringi sang  kakak, gadis itu... Dia,, hatinya bergetar. Belum sampai  setengah jam ia menggalaukan gadis itu yang selama ini benar-benar ia rindukan.

Dan kini ia sudah berada di depannya. Ingin rasanya Gian menghampirinya. Namun, ia sendiri tak tau untuk apa.

Rumit memang. Ketika sama-sama memiliki perasaan yang sama, saling  merindukan tapi ego masih tetap ingin diam.

Bukannyaa ia tak mau mengungkapkan kerinduannya. Hanya saja Gian merasa belum saatnya ia untuk menjumpai gadis itu.

Gian masih setia memandangi Rania saat Shanty sudah masuk dan menutup kembali pintu mobil. Gian terlihat terkejut dengan yang baru saja dilakukan kakaknya itu.

“kenapa kamu?” tanya Shanty heran.

“ngeliatin apa sih? Kamu suka?” tanya nya dengan nada meledek yang hanya dibalas tatapan bingung oleh Gian. Ia mendadak merasa bodoh, tak tau harus menjawab apa.

“yang mana??” sekali lagi ucapan yang dilontarkan Shanty kembali membuatnya bingung.

“dia,,,”  katanya  seperti orang linglung. Namun, ia segera tersadar dari kebingungannya.

“hah,, apa sih kak” ucapnya malu  bercampur kesal.

Shanty tertawa melihat  tingkah  adiknya itu. Entah kenapa ia merasa ada yang aneh dengan sikap Gian  saat ini. Namun, ia tak mau ambil pusing. Itu urusan adiknya. Gian pun memundurkan mobilnya sebelum melesat pergi dari tempat itu.

...~@~...

Hello readers!!!

Up lagi nih aku..

Maaf banget kalau ceritanya kurang seru karena mikirin idenya susah. Jadi, harap dimaklumi. 😊

Jangan bosan bacanya ya...

Jangan lupa like ya..🌝

~silvifuji

Terpopuler

Comments

AdeOpie

AdeOpie

ko jadi cowok ngga ada maco' nya si, apa harus se egois itu mengelak sama perasaan sendiri 🤔

2021-04-17

2

lihat semua
Episodes
1 LiNW eps 1
2 LiNW eps 2
3 LiNW eps 3
4 LiNW eps 4
5 LiNW eps 5
6 LiNW eps 6
7 LiNW eps 7
8 LiNW eps 8
9 LiNW eps 9
10 LiNW eps 10
11 LiNW eps 11
12 LiNW eps 12
13 LiNW eps 13
14 LiNE eps 14
15 LiNW eps 15
16 LiNW eps 16
17 LiNW eps 17
18 LiNW eps 18
19 LiNW eps 19
20 LiNW eps 20
21 LiNW eps 21
22 LiNW eps 22
23 LiNW eps 23
24 LiNW eps 24
25 Episode 25
26 LiNW Episode 26
27 Episode 27
28 LiNW Eps 28
29 LiNW Eps 29
30 Just Info
31 LiNW Eps 30
32 LiNW Eps 31
33 LiNW Eps 32
34 LiNW Episode 33
35 LiNW eps 34
36 Episode 35
37 LiNW Eps 36
38 LiNW Eps 37
39 LiNW Eps 38
40 LiNW Eps 39
41 LiNW Eps 40
42 Episode 41
43 Episode 42
44 Episode 43
45 Episode 44
46 Episode 45
47 Episode 46
48 Episode 47
49 Episode 48
50 Episode 49
51 Episode 50
52 Episode 51
53 Episode 52
54 Episode 53
55 Episode 54
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 Episode 85
87 Eps 86
88 Eps 87
89 Episode 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 95
97 Eps 96
98 Eps 97
99 Eps 98
100 Eps 99
101 Eps 100
102 Eps 101
103 Eps 102
104 Eps 103
105 Eps 104
106 Eps 105
107 Eps 106
108 Eps 107
109 Eps 108
110 Eps 109
111 Eps 110
112 Eps 111
113 Episode 112
114 Episode 113
115 Eps 114
116 Eps 115
117 Eps 116
118 Eps 117
119 Eps 118
120 Eps 119
121 Eps 120
122 Eps 121
123 Eps 122
124 Eps 123
125 Eps 124
126 Eps 125
127 Eps 126
128 Eps 127
Episodes

Updated 128 Episodes

1
LiNW eps 1
2
LiNW eps 2
3
LiNW eps 3
4
LiNW eps 4
5
LiNW eps 5
6
LiNW eps 6
7
LiNW eps 7
8
LiNW eps 8
9
LiNW eps 9
10
LiNW eps 10
11
LiNW eps 11
12
LiNW eps 12
13
LiNW eps 13
14
LiNE eps 14
15
LiNW eps 15
16
LiNW eps 16
17
LiNW eps 17
18
LiNW eps 18
19
LiNW eps 19
20
LiNW eps 20
21
LiNW eps 21
22
LiNW eps 22
23
LiNW eps 23
24
LiNW eps 24
25
Episode 25
26
LiNW Episode 26
27
Episode 27
28
LiNW Eps 28
29
LiNW Eps 29
30
Just Info
31
LiNW Eps 30
32
LiNW Eps 31
33
LiNW Eps 32
34
LiNW Episode 33
35
LiNW eps 34
36
Episode 35
37
LiNW Eps 36
38
LiNW Eps 37
39
LiNW Eps 38
40
LiNW Eps 39
41
LiNW Eps 40
42
Episode 41
43
Episode 42
44
Episode 43
45
Episode 44
46
Episode 45
47
Episode 46
48
Episode 47
49
Episode 48
50
Episode 49
51
Episode 50
52
Episode 51
53
Episode 52
54
Episode 53
55
Episode 54
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
Episode 85
87
Eps 86
88
Eps 87
89
Episode 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 95
97
Eps 96
98
Eps 97
99
Eps 98
100
Eps 99
101
Eps 100
102
Eps 101
103
Eps 102
104
Eps 103
105
Eps 104
106
Eps 105
107
Eps 106
108
Eps 107
109
Eps 108
110
Eps 109
111
Eps 110
112
Eps 111
113
Episode 112
114
Episode 113
115
Eps 114
116
Eps 115
117
Eps 116
118
Eps 117
119
Eps 118
120
Eps 119
121
Eps 120
122
Eps 121
123
Eps 122
124
Eps 123
125
Eps 124
126
Eps 125
127
Eps 126
128
Eps 127

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!