LiNW eps 13

.

.

.

Gemerlap lampu-lampu jalan menghiasi keheningan malam. Tampak sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota. Sang pengemudi terlihat santai menyetir sambil memperhatikan suasana kota yang ia lewati.

Lelaki itu, Kevin yang tengah menyetir terlihat bimbang. Ia masih memikirkan bagaimana cara meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara keluarganya dan keluarga Rania.

Walau bagaimanapun juga hatinya telah terpikat pada Clara. Gadis cantik berhijab yang sudah berhasil membuatnya jatuh hati yang teramat dalam untuk pertama kalinya. Memang terdengar tak masuk akal karena ia belum mengenal gadis itu. Namun, hatinya yang memilih tanpa ia rencanakan.

Mungkin memang benar, jika ia menikah nantinya dengan Rania, ia bisa belajar mencintai Rania. Namun, jika harus setiap saat bertemu dengan Clara mungkin akan membuatnya semakin sulit melupakan gadis itu.

Maka dari itu ia memilih untuk meluruskan kekeliruan ini. Karena ia tak ingin nantinya membuat Rania terluka karena kenyataan bahwa suaminya tidak mencintainya. Lebih baik semua terungkap sebelum pernikahan yang sakral itu terjadi.

Kevin menggeram kesal karena ia hampir saja menabrak pengendara motor yang tiba-tiba menyeberang. Untung saja ia segera menginjak remnya dengan kuat.

"Akhhh..." geramnya sambil memukul setir mobil.

"Gue harus gimana?" Ujarnya pasrah. "Huff,, Nggak ada cara lain. Gue harus bilang ini sama Rania.  Lebih baik dia kecewa sekarang daripada nanti." Ucapnya sendiri dengan perasaan gusar.

Ia menghela napas panjang. Setelah merasa lebih tenang, Kevin segera melajukan kembali mobilnya. Ia berusaha untuk lebih fokus menyetir agar tidak terjadi hal membahayakan lagi.

...~@~...

"Assalamu'alaikum warahmatullah...."  Rania mengakhiri shalat sunatnya.

Ia baru saja melaksanakan shalat malam tahajjud. Seperti biasa ia memang selalu terbangun di sepertiga malam. Mungkin baginya ia merasa belum termasuk wanita sholehah yang menjalankan semua kewajiban dan sunnah Rasul. Namun, setidaknya ia selalu mendirikan shalat tahajjud dan dhuha disamping kewajiban shalat lima waktu.

Ia menengadahkan tangannya, berdo'a kepada Allah agar diberikan kelapangan didalam hatinya untuk menerima semua takdir yang digariskan Allah untuknya.  Serta memohon untuk dihilangkan keraguan yang semakin hari semakin ia rasakan.

Setelah selesai, ia membereskan perlengkapan shalat. Lalu dilihatnya jam di dinding yang baru menunjukkan pukul 02.40. Ia terbangun lebih cepat tadi. Mungkin tak apa jika kembali tidur sebelum shalat subuh. Karena tubuhnya juga terasa lelah setelah pekerjaan di butik yang sangat banyak.

Sekelebat ingatan tentang kejanggalan-kejanggalan sikap Kevin terhadap Clara kembali merasuki pikirannya tatkala Rania baru memejamkan mata. Langsung saja ia membuka matanya kembali.

"Ya Allah. Kenapa aku masih ragu? Bahkan sangat ragu. Jika ini yang terbaik, maka Yakinkan hamba untuk memilih Ya Allah." Ucapnya yang kemudian memejamkan mata kembali.

Biarlah semua berjalan semestinya. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depan.

.

Pagi ini cuaca sangat cerah. Tak ada hujan dan langit pun terang dihiasi awan. Hari ini Gian pergi ke kantor agak siang karena kebetulan pekerjaannya tak banyak. Jadi, ia bisa bersantai.

Saat ia hendak mengambil minuman ke dapur, ia tak sengaja mendengar obrolan Anggi dengan seseorang di seberang telepon. Awalnya ia acuh saja, namun mendadak ia tertarik untuk menguping ketika Anggi menyebut nama seseorang yang menggetarkan hatinya.

Ia pun menyimak apa saja yang dikatakan sang adik meskipun balasan dari seberang tak dapat ia dengar.

Gian masih berdiri disana ketika Anggi telah mengakhiri pembicaraannya di telepon. Saat gadis itu berbalik ia terkejut dengan kehadiran Gian disana.

"Abang? Abang ngapain disini?" Tanya Anggi terlihat terkejut.

Gian tersentak dan gugup karena tak tau harus menjawab apa. Tak mungkin juga ia mengakui kalau dirinya menguping pembicaraan sang adik.

"Nggak. Nggak ngapa-ngapain. Kamu,, abis telponan sama siapa?" Tanya Gian yang membuat Anggi teringat sesuatu.

"Sama Rania. Emang kenapa?" Anggi balik bertanya dengan wajah menantang karena mengerti dengan maksud Abangnya itu.

Anggi memang merasakan kecurigaan terhadap Gian semenjak lelaki itu bertanya mengenai Rania ketika mereka selesai merayakan hari kelulusan SMA. Jelas saja membuat Anggi curiga, karena mereka berbeda SMA dan Anggi tidak ikut berkumpul bersama Rania, Dini, Elina, Yanti, dan Debby. Namun, tiba-tiba Gian bertanya tentang Rania padanya.

Gian mendadak salting. Namun, ia berusaha menetralkan ekspresinya. Ia berlalu begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Anggi yang membuat gadis itu terperangah melihat sikap sang kakak.

"Gue yakin kalau abang memang ada perasaan sama Rania." Gumamnya berbisik dengan menatap sinis kepergian sang kakak.

Tak lama, Gian kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Anggi. Sedangkan sang adik hanya menatapnya aneh.

Anggi sedang berusaha memikirkan cara agar semua rasa penasarannya selama ini terjawab.

"Mmm, bang. Abang nggak ke kantor?" Tanya Anggi membuka suara.

"Nanti jam sepuluh. Kenapa?" Jawab Gian yang tetap fokus pada tab di tangannya.

"Mm, kebetulan. Aku tuh pengen ngobrol aja sama Abang. Aku mau cerita." Kata Anggi sambil menatap wajah datar Gian.

"Cerita apa? Tumben!" Jawab Gian datar.

"Yaa, nggak apa-apa."

Anggi terlihat berpikir. Ia menimbang-nimbang dan menerka bagaimana reaksi Gian saat ia beritahu jikalau Rania akan menikah.

"Aku tuh lagi bingung banget. Teman aku ada yang mau nikah." Anggi diam sejenak.

"Ya trus? Bagus dong." Kata Gian cuek.

"Masalahnya, dia nggak mau bang. Karena, dia cintanya sama orang lain. Tapi, papanya pengen banget dia nikah sama orang ini, karena papanya itu sahabatan sama papa cowok yg ngelamar dia."

Gian melongo mendengar penjelasan sang adik yang terdengar rumit menurutnya. Kasus ini mirip sama perjodohan. Masih ada aja ya perjodohan zaman sekarang, pikir Gian.

"Jadi, maksud kamu teman kamu itu dijodohin?" Tanya Gian.

"Bukan. Tapi, tiba-tiba aja si cowok itu ngelamar dia. Padahal mereka nggak kenal."

Gian mengernyit bingung. "Trus. Kenapa kamu yang bingung? Kan bukan kamu yang mau nikah." Kata Gian yang otomatis membuat Anggi jengkel.

Anggi pun tersenyum miring. Dalam hati ia tertawa jahat membayangkan bagaimana reaksi sang kakak jika mengetahui kalau teman yang ia maksud itu adalah Rania.

" ya karena dia teman aku. Dia udah curhat kalau dia belum bisa nerima pernikahannya."

"Belum kan. Berarti nanti bisa." Anggi memutar bola matanya.

"Yaa, menurut abang gimana? Apa yang harus dia lakuin?"

"menurut Abang, kalau dia nggak mau sama cowok itu, ya minta aja cowok yang dia suka itu nikahin dia." Jawab Gian enteng yang kemudian bangkit dan hendak pergi ke kamarnya.

Anggi yang melihat Gian bangkit pun tergagap. Hingga ia mengeluarkan semua kegeramannya dengan mengatakan langsung kalau temannya itu adalah Rania.

"Gimana mau minta dinikahin, abang aja nggak tau kan kalau Rania suka sama abang?" Ucap Anggi sewot.

Sontak hal itu membuat Gian yang baru berjalan beberapa langkah berhenti dan berbalik menoleh ke Anggi. Ia menatap Anggi datar.

"Jadi,, teman yang kamu maksud itu Rania?" Tanya Gian datar dan dingin.

Anggi terdiam. Perasaannya bercampur aduk antara cemas, takut dan kesal melihat sikap Gian yang kelewat dingin ini.

Gian lalu beranjak pergi meninggalkan Anggi yang masih diam di tempatnya. Anggi pun merutuki respon Gian yang terlihat biasa saja. Ia sungguh tak habis pikir dengan kakaknya ini.

"Gila ya. Nggak punya perasaan banget tuh orang." Ia masih tak percaya dengan sikap Gian. Sedangkan matanya sudah berkaca-kaca.

Entah kenapa hatinya ikut sakit melihat respon Gian yang di luar dugaannya.

...~@~...

"La, lemon jus nya satu ya." Pinta Rania pada Lula. Ia baru sampai di Resto.

"Iya mbak. Tunggu sebentar ya." Jawab Lula yang diangguki Rania.

Ia kemudian ikut bergabung bersama Dini, Tari, dan Winda yang sudah datang lebih dulu darinya.

"Hai.." sapanya yang dibalas juga oleh ketiga cewek hijabers itu.

"Anggi belum nyampe?" Tanya Rania yang mendapat gelengan dari ketiganya.

"Palingan bentar lagi." Kata Tari sambil mengaduk minuman di gelasnya.

Benar saja, tak lama Anggi datang sambil menenteng paper bag bermotif batik. Ia menghampiri mereka berempat.

"Eh, besok ada pameran seni di gedung Teater loh. Nonton yuk!" Ajak Winda.

"Nggi. Lo kan kosong nih besok. Ikut ya! Jarang-jarang loh." Ujar Winda pada Anggi.

"Hmmm, insya Allah deh. Gue usahain." Jawabnya yang membuat Winda tersenyum senang.

"Oke. Uuuuuhh." Winda memeluk Anggi dengan gaya manjanya.

Mereka kemudian membahas hal-hal lain. Namun, Anggi terlihat gelisah dan sering melirik Rania dengan perasaan gugup. Hal itu tak luput dari perhatian ketiga temannya yang lain.

"Rania." Panggil Reno dari arah ruang pribadi milik lelaki itu.

"Iya bang."

"Kesini sebentar." Perintahnya yang langsung dituruti Rania.

Rania segera menghampiri Reno setelah berpamitan pada keempat sahabatnya terlebih dahulu. Setelah ia berlalu, barulah Winda, Tari dan Dini memberondong Anggi dengan pertanyaan.

"Heh. Lo kenapa sih? Dari tadi gue liat lo gelisah aja." Tanya Dini.

"Iya. Aneh banget lo, Nggi." Tari ikut angkat bicara."

"Duuhh, gue tuh nggak enak banget sekarang. Gue,, gue juga ngerasa bersalah sama Rania." Jawabnya takut-takut jika kertiga temannya itu marah.

Winda, Tari dan Dini saling pandang karena tak mengerti dengan maksud ucapan Anggi barusan. Namun, detik berikutnya mereka terkejut mendengar kelanjutan penjelasan gadis behijab itu.

"Abang gue udah tau kalau Rania suka sama dia."

"Kok bisa sih?" Tanya Tari.

"Tadi pagi dia dengar gue telfonan sama Rania. Dan dia kayak penasaran gitu. Nah, abis itu gue punya ide buat mancing bang Gian karena gue yakin dia tuh juga suka sama Rania. Tapi setelah gue bilang, Bang Gian malah langsung pergi."

Mereka kemudian terperangah dan memilih menyandarkan punggungnya ke kursi. Hingga Rania kembali menghampiri mereka.

Rania menyadari keheningan diantara kelima orang didekatnya itu. Ia menautkan alisnya memandangi mereka satu persatu meminta penjelasan.

"Kenapa, sih?" Tanya Rania. " kok pada diem?" Tambahnya.

"Nggak apa-apa." Jawab Winda tersenyum kikuk.

...~@~...

Sementara Itu, di sebuah ruangan bernuansa putih abu-abu, Gian termenung sendiri bersandar di kursi kerjanya. Perkataan Anggi tadi pagi masih terngiang-ngiang di telinganya.

Ia pun heran dengan dirinya, kenapa hatinya merasa sakit saat mengetahui kalau Rania akan menikah. Bukankah ia hanya sekedar menyukai gadis itu karena ia sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri.

Bohong, jika ia berfikir begitu. Kenyataannya yang ia rasakan lebih dari itu.

"Arggghh....." erangnya sambil meremas rambutnya.

"Rania. Nggak nyangka gue." Kemudian ia menggeleng menyadari kekonyolannya yang berbicara sendiri.

"Makin pusing gue." Gumamnya sendiri. Ia pun memijit pelipisnya.

Satu ide muncul di pikirannya. Ia akan menemui Adit meminta pendapat pada sepupunya itu. Bagaimana pun juga ia butuh Adit sebagai penasehatnya sekarang.

Tanpa pikir panjang lagi segera ia keluar dari ruangan bernuansa putih abu itu dan berjalan ke arah ruangan Adit yang berseberangan dengan ruangannya.

.

.

.

.

Hallo readers!!!

Gimana ceritanya? Maaf ya kalau ceritanya agak ngambang atau ngawur. Mohon dimaklumi ya.

Jangan lupa dilike dan komen ya!!!

🙄🙄🤗🤗🤗

Episodes
1 LiNW eps 1
2 LiNW eps 2
3 LiNW eps 3
4 LiNW eps 4
5 LiNW eps 5
6 LiNW eps 6
7 LiNW eps 7
8 LiNW eps 8
9 LiNW eps 9
10 LiNW eps 10
11 LiNW eps 11
12 LiNW eps 12
13 LiNW eps 13
14 LiNE eps 14
15 LiNW eps 15
16 LiNW eps 16
17 LiNW eps 17
18 LiNW eps 18
19 LiNW eps 19
20 LiNW eps 20
21 LiNW eps 21
22 LiNW eps 22
23 LiNW eps 23
24 LiNW eps 24
25 Episode 25
26 LiNW Episode 26
27 Episode 27
28 LiNW Eps 28
29 LiNW Eps 29
30 Just Info
31 LiNW Eps 30
32 LiNW Eps 31
33 LiNW Eps 32
34 LiNW Episode 33
35 LiNW eps 34
36 Episode 35
37 LiNW Eps 36
38 LiNW Eps 37
39 LiNW Eps 38
40 LiNW Eps 39
41 LiNW Eps 40
42 Episode 41
43 Episode 42
44 Episode 43
45 Episode 44
46 Episode 45
47 Episode 46
48 Episode 47
49 Episode 48
50 Episode 49
51 Episode 50
52 Episode 51
53 Episode 52
54 Episode 53
55 Episode 54
56 Episode 55
57 Episode 56
58 Episode 57
59 Episode 58
60 Episode 59
61 Episode 60
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 Episode 85
87 Eps 86
88 Eps 87
89 Episode 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 95
97 Eps 96
98 Eps 97
99 Eps 98
100 Eps 99
101 Eps 100
102 Eps 101
103 Eps 102
104 Eps 103
105 Eps 104
106 Eps 105
107 Eps 106
108 Eps 107
109 Eps 108
110 Eps 109
111 Eps 110
112 Eps 111
113 Episode 112
114 Episode 113
115 Eps 114
116 Eps 115
117 Eps 116
118 Eps 117
119 Eps 118
120 Eps 119
121 Eps 120
122 Eps 121
123 Eps 122
124 Eps 123
125 Eps 124
126 Eps 125
127 Eps 126
128 Eps 127
Episodes

Updated 128 Episodes

1
LiNW eps 1
2
LiNW eps 2
3
LiNW eps 3
4
LiNW eps 4
5
LiNW eps 5
6
LiNW eps 6
7
LiNW eps 7
8
LiNW eps 8
9
LiNW eps 9
10
LiNW eps 10
11
LiNW eps 11
12
LiNW eps 12
13
LiNW eps 13
14
LiNE eps 14
15
LiNW eps 15
16
LiNW eps 16
17
LiNW eps 17
18
LiNW eps 18
19
LiNW eps 19
20
LiNW eps 20
21
LiNW eps 21
22
LiNW eps 22
23
LiNW eps 23
24
LiNW eps 24
25
Episode 25
26
LiNW Episode 26
27
Episode 27
28
LiNW Eps 28
29
LiNW Eps 29
30
Just Info
31
LiNW Eps 30
32
LiNW Eps 31
33
LiNW Eps 32
34
LiNW Episode 33
35
LiNW eps 34
36
Episode 35
37
LiNW Eps 36
38
LiNW Eps 37
39
LiNW Eps 38
40
LiNW Eps 39
41
LiNW Eps 40
42
Episode 41
43
Episode 42
44
Episode 43
45
Episode 44
46
Episode 45
47
Episode 46
48
Episode 47
49
Episode 48
50
Episode 49
51
Episode 50
52
Episode 51
53
Episode 52
54
Episode 53
55
Episode 54
56
Episode 55
57
Episode 56
58
Episode 57
59
Episode 58
60
Episode 59
61
Episode 60
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
Episode 85
87
Eps 86
88
Eps 87
89
Episode 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 95
97
Eps 96
98
Eps 97
99
Eps 98
100
Eps 99
101
Eps 100
102
Eps 101
103
Eps 102
104
Eps 103
105
Eps 104
106
Eps 105
107
Eps 106
108
Eps 107
109
Eps 108
110
Eps 109
111
Eps 110
112
Eps 111
113
Episode 112
114
Episode 113
115
Eps 114
116
Eps 115
117
Eps 116
118
Eps 117
119
Eps 118
120
Eps 119
121
Eps 120
122
Eps 121
123
Eps 122
124
Eps 123
125
Eps 124
126
Eps 125
127
Eps 126
128
Eps 127

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!