...Aku lelah dan aku ingin berhenti sampai disini. Karena sepertinya tak ada lagi alasan untukku tetap berharap....
...~Rania Zahrani...
..._ _ _ _ _ _ _ _ _...
Warning!!!
Maaf banyak typo.
Suasana di ruang tunggu bandara terlihat ramai. Terlihat seorang lelaki tengah duduk di salah satu kursi sambil memainkan ponsel nya. Hingga tepukan di bahunya mengalihkannya dari kegiatan itu.
"15 menit lagi take off." Ujar seseorang yang baru saja menghampirinya.
Gian mengangguk mengiyakan perkataan Adit. Namun, sekarang malah ia merasa bimbang sendiri. Pasalnya ia masih penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh adiknya semenjak kemaren pagi.
Ia hanya menatap lurus ke arah kaca besar dihadapannya yang memperlihatkan pemandangan lapangan perlandasan udara di bandara tersebut.
Setelah menunggu akhirnya terdengar pengumuman bagi para penumpang untuk segera memasuki pesawat. Gian dan Adit segera bangkit dan berjalan sambil menyandang ransel di punggung mereka.
Adit yang menyadari keterdiaman Gian mencoba menghilangkan kecanggungan diantara mereka dengan membicarakan berbagai hal. Contohnya saja mengenai pernikahan Beni yang sedang heboh pembahasannya di grup chat Whatsapp.
"Kayaknya acara ini sekalian reuni deh, Ian. Pada heboh di grup WA" ujar Adit.
"Hmm,," Deheman itu membuat Adit menatapnya jengah.
Sungguh saat ini sikap Gian sangat menyebalkan baginya.
.
Sementara di lain tempat di waktu yang sama seorang gadis tengah menatap datar lelaki paruh baya di depannya. Rania, gadis itu sekarang merasakan ketegangan karena Papanya mengatakan bahwa keluarga calon suaminya akan datang pagi ini.
Papanya sudah mewanti-wanti agar Rania tak membuatnya kecewa. Secara tak langsung, berarti ia harus menerima lamaran itu. Ia juga sudah memikirkannya matang-matang.
"Assaamu'alaikum." Terdengar ucapan salam dari luar.
"Wa'alaikumussalam" jawab Rania dan Papanya sambil bangkit dari duduk.
"Selamat datang Handi. Mari masuk!" Kata Papa Rania mempersilahkan.
"Oh iya Yo."
"Eh, ini Rania ya?" Tanya wanita paruh baya berhijab yang tak lain adalah istri dari lelaki yang dipanggil Papanya Handi.
"Iya, Yuni. Ini Rania." Jawab Bu Sari.
Mereka saling melempar senyum melihat Rania yang tersipu. Namun, berbeda dengan seorang lelaki muda yang merupakan anak dari pasangan paruh baya itu.
Kevin, ia hanya celingukan seperti mencari sesuatu tanpa mempedulikan apa yang orang-orang didekatnya perbincangkan.
"Baiklah. Kedatangan kami kesini adalah untuk menyampaikan niat baik, melamar putri kamu, Aryo." Handi mulai berbicara.
"Mm, saya setuju saja jika kita menjadi besan. Tapi, semua tergantung keputusan Rania." Jawab Papa Rania diiringi senyum ramahnya.
Kevin yang mendengar itu terlihat bingung dan menatap Papanya dengan pandangan penuh tanya. Kenapa Rania? Bukankah ia ingin melamar Clara? Ini salah paham.
Ia ingin menyanggah apa yang sudah dibicarakan kedua lelaki paruh baya di hadapannya ini. Namun, saat hendak membuka suara ia malah semakin tercengang dan bingung harus berbuat apa. Karena, gadis cantik yang secara tak sengaja akan menjadi istrinya itu kini sudah terlebih dahulu menjawab.
"Bismillah,, Rania setuju untuk menerima lamaran ini." Jawab Rania sambil menundukkan kepala.
Mereka semua tersenyum puas, kecuali dua muda itu. Mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Apalagi Rania, ia sendiri bingung dengan apa yang baru saja ia lakukan.
Kata-kata itu masih saja terngiang di telinganya. "...cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Kalau kamu udah gak yakin sama perasaan kamu, ya udah, lupain dia. Mulai kehidupan yang baru. Hidup kita masih panjang, Ran. Jangan begini. Kamu coba terima calon suami kamu. Nanti juga kamu akan mencintai dia..." kata Elina kemaren.
Ia harus fokus sekarang dan akan belajar mencintai calon suaminya. Agar perasaannya terhadap lelaki yang tidak pasti itu bisa sepenuhnya hilang.
Melihat Rania yang terlihat pasrah dan tulus menerimanya, Kevin malah tidak tega. Ia tak mungkin menolaknya sekarang lantaran melihat ada harapan di wajah gadis itu.
Ia harus mencari cara lain karena bagaimana pun ia tak mungkin menikah dengan orang yang sama sekali tak ia cintai. Dan ia tak ingin nantinya Rania akan tersakiti meskipun ia juga belum tau bagaimana perasaan gadis itu terhadapnya.
Dengan terpaksa ia harus menerima dulu keputusan Rania sampai ia menemukan solusi dari masalah ini.
.
Rania duduk termenung di teras belakang rumahnya menikmati dinginnya malam. Tak ada bintang malam ini. Mungkin mendung.
Sementara di depan pintu Clara menatapnya sendu, tak biasanya kakaknya seperti ini. Ia bahkan jarang menghabiskan waktu di tempat ini. Dan pasti saat ini Kakaknya tidak sedang dalam keadaan baik.
Ia pun menghampirinya dan menyentuh pundak Rania yang tertutup hijab.
"Kak!" Panggilnya hati-hati.
Rania tersenyum padanya. Senyum yang menunjukkan bahwa ia tidak baik-baik saja.
Tiba-tiba Clara memeluknya erat. Menyalurkan perasaannya pada sang kakak yang selama 20 tahun ini bersamanya.
"Kenapa sih? Kok jadi manja begini?" Tanya Rania yang heran melihat tingkah sang adik.
"Gak apa-apa kok. Emangnya gak boleh kalau aku peluk kakakku? Kakak gak mau cerita nih sama aku? Biasanya juga tiap hari curhat" katanya dengan nada manja.
Rania mengernyit bingung. Apa sebenarnya maksud adik satu-satunya ini. Namun, ia langsung paham bahwa Clara sebenarnya mengerti bagaimana perasaannya saat ini.
"Hahh,, ya udah lah. Kenapa kakak terima lamaran itu? Padahal dulu kan katanya gak mau nikah sampai pangeran gak jelasnya itu nikah duluan." Itu suara Clara.
Gadis itu memang kekanak-kanakkan. Tak suka berbasa-basi dan mengontrol mulut embernya itu.
Rania terenyuh mendengar pertanyaan Clara, bukan, pernyataan lebih tepatnya.
"Karena kakak udah usiap buat nikah. Dan yang kamu bilang itu kan dulu cuma bercanda." Jawab Rania yang ia buat setegar mungkin.
Clara menatapnya intens, menyelidik mata sang kakak yang ia yakin sedang berbohong.
"Bohong pasti, nih!!" Katanya sambil menunjuk ke depan muka Rania.
Rania memalingkan mukanya, ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang sudah berpacu dari semenjak Clara mengajukan pertanyaan tadi.
"Cerita dong, kak. Pliss!!"
Rania hanya tersenyum mendengar Clara memohon. Hatinya berat untuk mengungkit masalah Gian maupun Kelvin untuk saat ini. Ia hanya ingin membiasakan hatinya menerima takdir yang datang.
"Kakak akan belajar mencintai suami kakak. Supaya kakak bisa menghilangkan perasaan kakak itu. Kakak mau benar-benar melupakan Bang Gian" jelas Rania yang membuat Clara terpaku.
"Kakak gak mau terus-terusan mengharapkan dia yang tidak pasti. Dan mungkin Kevin adalah jodoh yang dipilih Allah buat kakak."
Clara tersenyum kagum dan bangga pada kakaknya. Kagum karena kebijakan sikap Rania dan bangga memiliki kakak yang kuat dan tegar seperti Rania.
"Kakak pasti bisa" Ujar Clara memberi dukungan atas penjelasan sang kakak.
Mereka berpelukan kembali, menyalurkan perasaan masing-masing. Biarlah semua berjalan semestinya. Karena setiap detik yang terjadi pun sudah diatur sang maha Kuasa. Kita hanya harus menerima dan menjalaninya dengan ikhlas.
.
Rania pov.
Aku mengerjapkan mata ketika merasa sudah keluar dari alam mimpi. Setelah membuka mata, aku melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul setengah 7.
Aku memang tidak shalat subuh karena sedang datang tamu bulanan. Jadi, aku bisa menikmati waktu santaiku sedikit dengan bangun agak telat. Toh juga sekarang hari minggu.
Pada hari libur, butik buka lebih siang. Karena, orang-orang lebih memilih bersantai dulu saat pagi dan baru keluar rumah setelah agak siang.
Setelah berberes selama 15 menitan, aku turun ke bawah. Namun, aku tak mendapati siapapun. Kemana semua orang?
Aku memilih ke dapur ingin melihat apa yang ada. Ternyata Bi Imah sedang menyiram tanaman di teras belakang. Aku pun menghampiri wanita paruh baya yang sudah aku anggap keluargaku sendiri.
"Bi!" Panggilku yang membuat bibi menghentikan sejenak kegiatannya.
"Eh, Mbak Nia udah bangun?"
Aku tersenyum kikuk mendengar pertanyaan bibi. Jujur saja aku sedikit malu karena bangun kesiangan.
"Yang lain kamana Bi?"
"Papa sama Mama ke pasar. Kalau Mas Reno sama Rara lagi lari pagi.
Aku mengangguk mengerti. Kemudian mengambil alih selang air yang dipegang Bibi. Aku ingin menikmati pagi ini dengan santai.
Aku menyiram semua tanaman yang ada di taman sampai ke halaman depan. Bunga-bunga dan tanaman ini semuanya Mama yang menanam. Katanya Mama dari kecil suka sama bunga, mungkin karena itu kali ya aku juga suka bunga.
Saat aku masih menyiram bunga melati di sudut kiri halaman, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Bang Reno dan Rara yang baru datang.
Aku pun kesal. Namun, sebuah ide jahil tiba-tiba terlintas di pikiranku. Langsung saja aku mengarahkan selang yang masih setia dipeganganku ke arah mereka berdua yang sedang tertawa puas setelah mengerjaiku.
"Hwaaa.." teriak mereka berdua. Aku pun balik menertawakan mereka.
Namun, Bang Reno berhasil merebut selang air dari tanganku dan berbalik menyerangku. Akupun ikut basah sekarang.
Kami saling mengejar dan berebut menyiram. Namun, tak berhasil karena Bang Reno selalu menghindar ketika aku dan Rara ingin merebut selang air itu.
Kami masih asik bermain air ketika sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Seorang laki-laki dengan pakaian casualnya turun dari mobil tersebut.
Bersamaan dengan itu, aku mendengar Rara yang menjerit di belakangku. Adikku yang malang, ia baru saja terpeleset oleh genangan air yang kami sendiri penyebabnya.
Aku dan Bang Reno tertawa melihat wajah lucunya yang menahan sakit. Ada ada saja, pikirku yang kemudian hendak berjalan menghampirinya.
Namun, langkah ku terhenti ketika langkah seseorang mendahuluiku dari arah gerbang. Kevin yang baru saja datang langsung menghampiri adikku dan terlihat cemas pada Rara.
Aku terdiam. Entahlah. Tiba-tiba aku bingung dengan perasaanku. Aku merasa kurang suka dengan pemandangan di depanku saat ini. Apa aku cemburu? Tapi, tak mungkin. Aku belum mencintainya.
...
...
Apa mungkin karena aku sudah berniat untuk mencoba membuka hatiku untuk Kevin, karena itu kali ya aku jadi tak ingin dia dekat dengan wanita lain. Tapi, Rara adikku. Tak boleh aku cemburu.
__________________
Haiii..
Jangan lupa dilike ya readers!!
😃😃😃😃
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Neti Jalia
10 like untukmu🤗🙏
*hujan ibalik punggung
*suamiku ceo ganas
2021-06-13
3
AdeOpie
ko lucu se padahal masih setengah mati nyimpen perasaan buat Gian dan belom ada rasa sama sekali terhadap Kevin tpi kenapa bisa cemburu?
2021-04-17
2