Seorang wanita cantik kini tengah berkutat dengan bahan-bahan makanan, untuk menyiapkan segala masakan untuk menu makan hari ini.
Setelah satu jam ia berkutat di dapur, beberapa makanan seperti sayur sop, tempe kecap, tumis kangkung dan ayam goreng kini sudah tertata di meja makan. Tak lupa nasi putih dan air putih pun tersedia di sana.
Rayhan keluar dari dari kamar, berjalan menuruni tangga menuju meja makan.
"Ini semua kamu yang masak?" tanya Rayhan menatap makanan yang tersaji di meja makan.
Ashila menoleh ke arah suaminya, dilihatnya Rayhan yang sudah berpakaian rapi dengan jas hitam yang dikenakannya.
"Iya, coba sekarang kamu cicipi," ujar Ashila.
"Kalo dari aromanya sih enak, tapi gak yau deh dengan rasanya." Rayhan pun menarik kursi dan mendudukinya. "Oke, saya cicipi." ia mulai memasukan satu sendok sayur sup lalu mengunyahnya.
"Gimana, enak gak?" tanya Ashila gugup.
"Lumayan..." ucap Rayhan sambil manggut-manggut. "Kamu duduk, kita makan bareng."
Ashila menarik kursi dan segera duduk di kursi yang bersebrangan dengan Rayhan.
Mereka mulai makan bersama tanpa bersuara. Hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang terdengar. Rayhan sesekali melihat paras wajah Ashila tanpa make-up. Lebih fresh dan lebih cantik daripada bermake-up. Rambutnya sembarang ikat, bibir tanpa lipstik, pipi merah merona dan kaos oblong panjang polos.
Ashila yang merasa diperhatikan oleh manusia yang ada di hadapannya, hanya menundukan kepalanya sambil mengunyah makanan di masukan ke dalam mulutnya.
Ia tersadar bahwa ia sekarang tidak memakai kerudung di hadapan suaminya. Karena di dalam rumahnya Ashila terbiasa tidak memakai kerudung. Ashila bersikap santai dan cuek. toh, yang melihat rambutnya adalah suaminya sendiri, jadi tidak masalah, pikir Ashila.
Setelah selesai makan Ashila membereskan piring dan membawanya ke westafel dan mencucinya.
Sepuluh menit Ashila selesai mencuci piring, karena hanya beberapa piring kotor saja yang dibersihkannya, jadi ia membereskannya dengan cepat.
"Loh, kamu belum berangkat ke kantor?" Ashila sedikit terkejut saat melihat Rayhan masih setia duduk di meja makan.
"Saya mau ngomong sebentar."
Ashila berjalan ke arah meja makan dan berdiri tepat di depan suaminya.
Rayhan mengambil sesuatu dari tas kerjanya, ia meletakannya di meja makan setelah Ashila selesai mencuci piring. "Shila, ini uang bulanan buat kamu, kalo kurang, kamu bisa pake kartu ini."
Ashila memandang segepok uang sebentar lalu menatap suaminya. "Eem.. Uangnya kamu simpen ajah, anggap ajah ini buat bayar ganti rugi mobil kamu waktu itu."
"Enggak, kamu ambil uang ini, terserah kamu buat pake apa?"
"Terus gimana dengan hutang aku ke kamu?"
"Kamu gak perlu ganti pake uang, uang saya udah banyak, Shila," ucap Rayhan dengan nada sombongnya.
"Terus, aku ganti pake apa dong?"
"Emm.. Kamu bisa ganti pake.." Rayhan mulai berpikir sembari memandangi Ashila dari ujung kepala sampai bawah.
"Aku gak mau yah, ganti rugi dengan cara jadi pemuas nafsu kamu." Ashila menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Rayhan menautkan alisnya. "Aish! Saya juga gak tertarik sama tubuh kamu, krempeng, kecil."
"Ish nyebelin! Awas ya kalo entar kamu jatuh cinta sama aku," ucap Ashila sambil menunjuk wajah Rayhan.
Rayhan berdiri dan berjalan mendekati Ashila. Ia menundukan kepalanya dan mendekatkannya pada wajah Ashila. Ashila spontan kaget. Apa yang akan dilakukan suaminya itu? Itulah yang dipikirkan Ashila saat ini.
Tepat di sebelah telinga Ashila, Rayhan mendekatkan bibirnya ke arah telinga istrinya itu. "Tetapi kalo sebagai pemuas nafsu, bukankah itu kewajiban kamu sebagai seorang istri untuk melayani saya sebagai seorang suami," ucap Rayhan pelan.
Mata Ashila membulat sempurna, ia menelan salivanya dengan susah. Rasa gugup dan takut menguasai dirinya saat ini.
"Apasih, dasar mesum!" Ashila mendorong tubuh Rayhan dari hadapannya. "Berangkat sana ke kantor, entar kalo telat dipecat lagi, aku mau ke kamar dulu." Ashila beranjak pergi dari ruang makan tetapi dengan sigap Rayhan menarik tangan Ashila hingga langkahnya terhenti.
"Kamu lupa, saya kan Bos, jadi bebas mau ke kantor jam berapa pun, nih uang dan kartu ATM-nya bawa."
"Tapi gi.."
"Gak ada penolakan, Shila!" potong Rayhan.
Dengan Ragu, Ashila pun mengambilnya." Yaudah, makasih ya."
"Walaupun kita menikah karena perjodohan, dan kita tidak menginginkan satu sama lain, Kamu tetep istri saya, tanggung jawab saya . Yaudah, Saya pamit ke kantor dulu, kamu jaga rumah ini ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab Ashila sambil menatap punggung suaminya yang berlalu pergi.
***
Tok, tok, tok!
"Masuk!"
"Pak, lima menit lagi meeting akan dimulai"
Rayhan langsung mengarahkan netranya ke sumber suara. "Terima kasih, saya sebentar lagi akan ke ruang meeting." lalu kembali menatap layar laptop.
"Baik, Pak. Kalau begitu saya duluan ke ruang meeting," tukas Arin lalu pergi.
****
Di balkon kamarnya, Ashila menopang dagu dengan malas, sambil memperhatikan indahnya kota yang terbentang luas di bawah sana. Ia cukup bosan berada di apartemen sendirian.
Ia berjalan ke ruang tamu,Gadis itu duduk di sofa, menyalakan televisi dan memakan cemilan yang tersedia di meja. Tangannya lalu mengambil remote untuk mengalihkan siaran yang ia suka.
***
Tepat pukul 12.15 WIB. Adzan dzuhur terdengar, Ashila berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Setelah sholat ia membuka mushaf Al-Qur'an, membaca surah Ar-Rahman. Jujur, ia ingin sekali orang yang melamarnya memberinya mahar hafalan surah itu, tapi harapannya itu pupus karena sewaktu akad nikah suaminya tidak membacakan surah kesayangannya itu.
Tetapi ini bukan kesalahan Rayhan, karena Ashila tidak memberinya syarat itu sewaktu melamarnya. Karena dari awal, Ashila dan Rayhan sama sekali tidak menginginkan pernikahan mereka terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Irmawati
visual y dong ka
2021-01-17
3
Fauziah Lestari
foto'y donx thor
2021-01-14
2
Eka Sulistiyowati
lnjut
2020-12-04
1