Setelah tidak ada suara-suara di luar kamar. Rayhan dan Ashila dan saling menatap satu sama lain.
Tiba-tiba Rayhan menarik tubuh Ashila, sehingga menempel pada tubuhnya. Tangan Ashila refleks menyentuh dada Rayhan dengan maksud ingin menahannya agar tidak semakin dekat. Kini, jarak mereka begitu dekat, bahkan hembusan napas masing-masing dapat dirasakan oleh keduanya.
Rayhan mencondongkan kepalanya, dan mendekatkan wajahnya pada wajah Ashila. Dengan refleks Ashila memejamkan matanya.
"Kamu ngapain tutup mata! Berharap saya cium ya..." goda Rayhan.
Ashila segera membuka matanya. "Hah! Emm.. Itu anu aku cuman..." kali ini Ashila benar-benar tidak bisa berpikir. "Ah! Awas ih, dasar modus!" Ashila mendorong dada Rayhan hingga mundur beberapa langkah.
Rayhan menautkan alis. "Diih! Siapa yang modus!"
Ashila tersadar bahwa sekarang ia hanya menggunakan handuk, seketika wajahnya memerah. "Keluar sana! Aku mau ganti baju."
"Gak. Saya gak mau keluar! Saya capek! Saya mau di sini." Rayhan berjalan menuju tempat tidur Ashila dan langsung merebahkan tubuhnya di sana, sehingga membuat Ashila geram sekaligus kesal.
Ashila berjalan menuju tempat tidur dan menarik lengan Rayhan. Tapi apalah daya, kekuatan Ashila tidak sebanding dengan kekuatan Rayhan.
"Iiih cepetan bangun! Keluar dari kamar aku!" bentak Ashila sambil terus berusaha menarik lengan suaminya.
Rayhan tidak terbangun sedikitpun, justru ia malah menarik lengan istrinya. Ashila yang tidak bisa menahan keseimbangan, akhirnya jatuh di atas tubuh Rayhan.
Mereka bertatapan cukup lama, bahkan jarak mereka hanya beberapa senti saja. Bahkan hembusan napas masing-masing dapat di rasakan keduanya.
Deg, deg, deg!
"Dia kalo diliat dari deket kok tambah ganteng ya," gumam Ashila tanpa melepas tatapannya dari Rayhan.
"Turun dong! Kamu berat!" celetuk Rayhan.
"Hah?"
Ashila pun segera bangkit dari tubuh Rayhan dan berlari ke kamar mandi. Ia bersandar di daun pintu sambil memegang dadanya yang bergemuruh hebat. ″Jantungku yang tersayang. Tolong jangan banyak gerak dong!"
Ashila berjalan menuju westafel, kemudian menatap wajahnya di pantulan cermin. "Uhh! Kok wajah aku jadi panas gini ya."Ashila terus mengipasi wajahnya dengan tangan kanannya. Ia memegang kedua pipinya yang sangat memerah itu karena kejadian tadi. Ashila segera membasuh wajahnya agar tidak terlalu merah seperti sebelumnya.
Lima belas menit berlalu, tetapi Ashila belum juga keluar dari kamar mandi. Rayhan yang menyadari istrinya tak kunjung keluar, langsung berjalan ke arah pintu kamar mandi.
Tok, tok, tok!
"Hei! Kamu ngapain lama banget di kamar mandi? Tidur ya?" tanya Rayhan.
"Iya bentar..." teriak Ashila. "Oke Ashila, tenang.. Anggap ajah tadi gak terjadi apa-apa." Ashila menghembuskan napasnya perlahan
Ashila pun segera memakai pakaian, lalu keluar dari kamar mandi.
"Ayo pulang!" ucap Rayhan datar seolah-olah beberapa menit yang lalu tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
"Pulangnya abis magrib ajah ya, aku masih kangen rumah ini, lagi pula bentar lagi magrib."
"Oke, kalo gitu saya mau mandi di sini. Saya gerah."
"Yaudah mandi sono."
"Handuknya mana?"
"Ini." Ashila memberikan handuk berwarna biru pada Rayhan.
"Oh ya, tolong ambilin baju ganti saya di mobil ya, di jok belakang, ada tas kecil warna item." pinta Rayhan.
"Iya, aku ambil sekarang."
Ashila segera keluar dari kamarnya, ia berjalan ke luar rumah menuju mobil suaminya. Ia membuka pintu mobil bagian belakang, dan dilihatnya, sebuah tas kecil berwarna hitam yang dimaksud oleh suaminya.
Ashila pun segera mengambil tas tersebut dan membawanya ke kamar dan menyimpannya di atas tempat tidur.
Setelah itu Ashila pun kembali keluar kamar menuju dapur membantu Uminya menyiapkan makan malam.
****
Waktu menunjukan pukul setengah delapan malam, Rayhan dan Ashila pamit untuk pulang ke apartemen mereka.
"Kita pamit Umi, Abi." Ashila dan Rayhan mencium tangan dan memeluk orang tuanya secara bergantian.
Umi Ira memegang kedua pundak Ashila. "Padahal Umi masih kangen loh sama kamu."
"Shila juga, Umi tenang ajah, kapan-kapan Shila main lagi kesini." Ucap Ashila tersenyum.
"Rayhan, jagain anak Abi ya." ucap Abi sambil menepuk pelan pundak menantunya itu.
"Siap Abi."
Ashila dan Rayhan memasuki mobil, Ashila menurunkan kaca mobilnya. "Abi, Umi. Shila pamit ya." ucap Ashila sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati ya, Rayhan jangan ngebut..." ucap Umi dan Abi sambil melambaikan tangan.
Rayhan pun menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.
"Kita berhenti dulu di supermarket sana, buat beli kebutuhan kita di apartemen," ucap Ashila sambil menunjuk sebuah supermarket di ujung jalan yang terlihat ramai.
"Oke."
Rayhan memarkirkan mobilnya di tempat parkiran. Ia dan istrinya langsung masuk ke dalam supermarket secara beriringan.
"Kamu yang bawa trolinya." Ashila memberikan sebuah troli kepada Rayhan.
"Loh, kok saya."
"Ya iyalah, kamu bawa trolinya, aku yang milih barangnya, emang kamu tau bahan rumah tangga itu apa ajah?" cerocos Ashila.
"Iya-iya, gak usah bawel deh, mentang-mentang punya mulut dua."
"Udah deh, jangan ngajak ribut di sini."
"Banyak banget." Rayhan memandang barang belanjaan yang Ashila masukan ke dalam troli.
"Ini persiapan untuk sebulan ke depan, lagi pula uang kamu gak bakalan abis cuman buat beli ini semua," tutur Ashila tanpa melihat Rayhan, tangannya masih sibuk memilih barang belanjaan.
Setelah cukup berbelanja, Rayhan dan Ashila berjalan menuju Kasir.
"Ini, Mbak."Ashila memberikan barang-barang belanjaannya pada Kasir.
Kasir pun mulai menghitung barang belanjaan, Rayhan dan Ashila setia menunggunya sampai akhir. "Oke Mbak, totalnya jadi satu juta lima ratus."
Rayhan pun mengambil kartu kreditnya dan langsung memberikannya pada Kasir.
"Makasih ya Mbak.. Mas." kasir tersebut memberikan kembali kartu kredit ke tangan Rayhan.
Rayhan dan Ashila keluar dari supermarket. Mereka berjalan menuju mobil sambil menenteng dua kantong plastik besar dan memasukannya ke dalam mobil. Mereka kembali memasuki mobil. Rayhan melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.
Di dalam perjalanan hanya ada keheningan yang menghiasi suasana dalam mobil, tidak ada yang memulai obrolan. Rayhan hanya fokus mengemudi dan melihat lurus ke depan. Sedangkan Ashila lebih fokus pada ponselnya sesekali ia melirik jalanan.
Tepat pukul setengah sembilan malam mereka sudah sampai di apartemen. Ashila dan Rayhan segera masuk ke dalam kamar masing-masing. Ashila segera membersihkan tubuhnya dan berwudhu untuk sholat isya, setelah shalat isya ia langsung membaringkan tubuhnya di kasur, perlahan ia mulai menutup matanya untuk pergi ke alam mimpi.
Sementara Rayhan, setelah mandi dan shalat, ia duduk di meja kerjanya, berkutat dengan laptop dan beberapa berkas.
Malam mulai larut. Rayhan segera membaringkan tubuhnya di kasur yang empuk. Perlahan ia menutup matanya yang sudah tidak bisa menahan kantuk dan lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Febri Ana
lanjuutt
2022-03-13
0
Itha Fitra
kok rayhan tau y,istri ny pny mulut 2😃
2021-03-26
2
YUSEF UCE
oon lalakinya
2021-01-16
3