Bel istirahat pun berbunyi, mahasiswa dan mahasiswi mulai berhamburan keluar kelas, kecuali Ashila, Annisa dan Dina yang masih setia di dalam kelas.
"Jadi.. yang dijodohin sama aku itu, orang yang kemarin aku tabrak," ucap Ashila tampak lesu.
"Apa??"
"Kamu serius??"
"Kok bisa??"
"Gak tau, udahlah aku males bahas itu," ucap Ashila malas.
"Sabar ya Shil," ucap Annisa menenangkan sambil mengelus puncak kepala Ashila yang terhalang hijab.
"Iya, mungkin ini emang udah nasib aku, aku pasrah."
"Kita ke kantin, yuk!" ajak Dina.
"Yuk."
Ashila, Annisa dan Dina pun berjalan menuju kantin, sesampainya disana mereka duduk di salah satu kursi panjang.
"Kalian mau makan apa?" ucap Annisa sambil membaca menu makanan yang terletak di atas meja.
"Gimana kalau kita pesen nasi goreng sama es teh aja," ucap Dina memberi saran.
"Oke."
"Mbak nasi goreng tiga sama es teh tiga, ya," ucap Annisa pada pelayan
"Oke, sebentar ya Mbak."
"Makasih ya Nis."
"Iya, sama-sama."
Lima menit kemudian, akhirnya pesanan mereka datang, mereka pun langsung menyantap nasi goreng tersebut.
"Shil, Kak Azmi ada disana, kayaknya mau samperin kita deh," ucap Dina sambil mengunyah makanan
Ashila pun menoleh ke samping, ia melihat Azmi dan Haikal sedang berjalan ke arah kursi yang kini sedang di duduki olehnya dan kedua sahabatnya.
"Hai, boleh ikut gabung disini gak?" ucap Haikal, salah satu temannya Azmi.
"Boleh Kak. Boleh banget," ucap Dina semangat, Haikal pun segera duduk di depan Dina.
"Beneran gak papa?" tanya Azmi sambil melirik Ashila.
"I-iya gak papa," ucap Ashila gugup dan salah tingkah.
Azmi pun segera mendudukan dirinya,ia duduk tepat di depan Ashila, mata mereka bertemu, mereka saling memandang dan saling melempar senyum satu sama lain.
Kemudian, Ashila menundukkan wajahnya dengan pipi bersemu merah, jantungnya berdetak tak karuan, tubuhnya bergetar dan terasa dingin.
"Mbak, pesen nasi goreng dua, sama es teh dua ya," ucap Haikal pada pelayan.
"Iya Mas, tunggu sebentar ya."
Tak lama kemudian, pesanan pun datang, Haikal dan Azmi segera menyantap makanan tersebut.
Mereka semua makan sambil berbincang, sesekali bercanda, tetapi Ashila hanya diam saja,
"Shil kamu kenapa? Kok diem ajah?" tanya Annisa menyentuh punggung tangan Ashila.
"Eem, aku nyimak ajah, Nis," ucap Ashila tersenyum kikuk sambil melirik Azmi.
"Apa Shila gak nyaman ya gue disini??" pikir Azmi.
"Kal, kayaknya bentar lagi masuk deh, kita ke kelas yuk!" ucap Azmi sambil melirik jam tangannya.
"Yaudah, tar gue bayar dulu, Mbak, semuanya berapa?? Sekalian sama tiga cewek cantik di depan saya ini," ucap Haikal
"Semuanya seratus delapan puluh lima ribu, Mas."
"Oke. Nih, ambil ajah kembaliannya," ucap Haikal merogoh kantongnya lalu memberikan beberapa lembar uang kepada pelayan.
"Kurang Mas, dua puluh ribu lagi," ucap pelayan.
"Hah??"
"Az, katanya kurang," ucap Haikal berbisik di telinga Azmi.
"Lo malu-maluin gue ajah," ucap Azmi berbisik di telinga Azmi.
"Mbak, ini saya bayar," ucap Ashila dan Azmi serempak memberikan uang dua puluh ribu pada pelayan, mereka saling memandang dan saling melempar senyum.
"Enggak usah Shil, Kakak ajah yang bayar."
"Enggak papa Kak, Shila ajah."
"Kakak ajah."
"Shila ajah."
"Udah stoop! Mbak nih saya ajah yang bayar." Annisa memberikan uang dua puluh ribu pada pelayan, pelayan itu pun mengambilnya lalu pergi.
"Yaudah kita ke kelas dulu ya. Kapan-kapan kita bisa makan bareng lagi," ucap Azmi sambil tersenyum melirik Ashila lalu pergi ke kelas.
"Semuanya sorry yah, entar kapan-kapan aku traktir kalian," ucap Haikal menahan malu.
"Iya, Kak," ucap Dina sambil melambaikan tangan.
Setelah Azmi dan Haikal pergi, ketiga sahabat ini tertawa terbahak-bahak.
"Kalian tadi liat gak, muka Kak Haikal, merah gitu, aku yakin dia malu banget," ucap Dina sambil terkikik.
"Iyah bener, pasti malu banget tuh orang," timpal Annisa.
"Udah ikh, kalian malah ngetawain orang. Kalian lupa, Kak Haikal itu kan emang anak orang kaya, mungkin dia lupa aja bawa uang cash," ucap Ashila menenangkan kedua sahabatnya yang terus tertawa.
"Iya kali yah."
***
Dua minggu berlalu, Ashila telah menyelesaikan ujian akhir dengan nilai yang sangat memuaskan.
Keluarga Pak Alwi dan Pak Yahya kini sibuk mempersiapkan pernikahan anak mereka, Pak Yahya sudah memboking sebuah hotel berbintang lima yang digunakan untuk resepsi pernikahan, Pak Alwi mempersiapkan cathering dan souvenir, sedangkan Umi Ira dan Mama Putri mempersiapkan undangan dan gaun pernikahan, mereka terlihat sangat antusias dalam mempersiapkan pernikahan anak-anaknya. Tetapi berbeda dengan Ashila dan Rayhan, mereka tampak acuh dan tidak peduli dengan persiapan pernikahan mereka.
***
Setelah meeting, Rayhan segera memasuki ruang kerjanya dan kembali berkutat dengan laptop dan setumpuk berkas, beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Nama Mama tertera di layar. Rayhan langsung menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan tersebut.
"Iya, Ma."
"Kamu jemput Ashila di rumahnya sekarang." ucap Mama Putri di sebrang telepon.
"Emang mau ngapain Ma.?" tanya Rayhan.
"Mau fitting baju pengantin di butik Tante Maya, Mama tunggu ya."
Tut..tut..tut
Rayhan menghela napas kasar setelah orang yang melahirkannya memutuskan panggilan begitu saja. Ia segera beringsut dari kursi menemui sekertarisnya.
"Arin, semua meeting hari ini, kamu yang urus. Saya percayakan semuanya sama kamu," kata Rayhan
"Baik Pak."
"Saya pulang dulu, kamu urus saja semuanya." ucap Rayhan berlalu pergi.
Rayhan segera memasuki mobil dan melajukan mobilnya menembus jalanan.
***
Tak lama kemudian, akhirnya Rayhan sampai di rumah calon mertuanya.
"Assalamualaikum," ucap Rayhan sambil mengetuk pintu rumah Ashila.
"Wa'alaikumsalam." Umi Ira membuka pintu. "Nak Rayhan, ayo masuk.Nak," kata Umi Ira mempersilahkan Rayhan.
"Iya Tante, Rayhan kesini mau jemput Shila."
"Oh, mau fitting baju pengantin ya?"
"Iya Tan."
"Silahkan duduk," ucap Umi Ira mempersiapkan Rayhan duduk. "Sebentar ya,Tante panggil Shila dulu, Eh kebetulan orangnya dateng kesini." Umi Ira melihat Ashila menghampirinya dan Rayhan.
"Mau ngapain dia kesini." ucap Ashila menatap Rayhan malas.
"Shila gak boleh kayak gitu." ucap Umi Ira menatap Ashila tajam. "Rayhan kesini jemput kamu buat fitting baju pengantin. Sekarang kamu ganti baju gih sana!" pinta Umi Ira.
"Kenapa gak entar ajah sih Umi, lagian pernikahannya juga masih satu minggu," ucap Ashila sedikit kesal.
"Sayang, satu minggu itu sebentar lagi. Udah sekarang kamu ganti baju sana!" Umi Ira sedikit meninggikan ucapannya.
Dengan berat hati Ashila pun memasuki kamarnya untuk berganti pakaian.
Lima belas menit kemudian, Ashila sudah rapi memakai gamis berwarna maroon dan hijab pashmina berwarna hitam. Tak lupa juga tas slempang yang sudah mengait di bahunya. Ia pun segera kembali ke ruang tamu.
"Nah, itu Ashila udah siap, kalian berangkat gih, takut Mama Putri nungguin!" ucap Umi Ira.
"Iya Umi. Shila berangkat, ya."
"Tante. Rayhan pamit, ya."
Segitu dulu ya temen2, jangan lupa like and komennya yaa, makasih ya kalian selalu dukung aku..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Yusmawati Yusmawati
lanjuttt trus ngegasss
2021-05-26
0
Wulan Maharani Ibrahim Isdane
Hpnya Shila nggak di jualkan mang tampan
2021-05-05
0
مي زين الش
lanjut thor... tambah seru
2021-01-11
2