Sampainya di pemakaman yang terdapat begitu banyak kuburan, Melda langsung melangkah dengan air mata yang masih terus membasahi wajahnya menuju makam kedua orang tuanya. Dengan tangisan yang terdengar begitu pilu, Melda berlutut dan memeluk kedua batu nisan yang bersebelahan itu secara bergantian, sambil mengungkapkan rasa rindunya.
"Maaa,, Paaa,, aku sangat rindu pada kalian! Hiks,,,hiks,,,hiks. Aku sudah melaksanakan apa yang kalian sepakati bersama orang tuanya Farel, tapi aku minta maaf! Karena aku tidak bahagia dengan semua itu." Melda berkata-kata sambil terus menangis.
Alam sepertinya mengerti apa yang sedang di rasakan oleh gadis malang itu. Cuaca yang tadinya begitu cerah, tiba-tiba mendung dan hujan mulai turun membasahi tubuh mungil tak berdaya, yang sedang memeluk kedua batu nisan orang tuanya dengan penuh deraian air mata.
"Maa,, Paa,, aku sangat menyangi kalian dengan sepenuh hati, jadi aku akan melakukan apapun untuk kalian berdua. Walaupun aku tidak menginginkan perjodohan ini, aku tetap akan berusaha untuk menjalaninya demi kalian!" Melda terus berkata-kata di atas makam orang tuanya.
"Keinginanku bukan hal yang paling penting untukku, tapi ketenangan juga kebahagian kalian di alam sana yang paling utama, karena itu adalah tanggung jawabku untuk melakukan apa yang kalian inginkan." Kata-kata Melda yang membuktikan betapa dia sangat menyayangi kedua orang tuanya.
Hampir satu jam berada di makam kedua orang tuanya, Melda pun langsung memilih untuk pulang, karena sudah mendapatkan pesan dari Mama Alira, yang menyuruhnya untuk segera pulang menyiapkan barang bawaannya, karena mereka akan berangkat ke Bandung sore itu.
Dalam perjalanan pulang, Melda kembali teringat dengan Reza yang membuat dia semakin tidak bersemangat. Dia sangat sedih memikirkan laki-laki yang masih sangat dia cintai itu. Rencana untuk menjalani hari-harinya tanpa Reza sama sekali tidak terlintas dalam pikiran Melda. Dia hanya ingin melalui hari-harinya ke depan seperti air yang mengalir tanpa ada tujuan.
Impian dan semua rencana untuk masa depannya sudah tidak ingin Melda pikirkan. Saat itu yang ada di dalam pikirannya hanya rasa sakit, kecewa, juga putus asa. Semua harapan dalam dirinya musnah seketika dengan semua kenyataan pahit yang dia terima.
Sampainya di rumah, Melda pun langsung melangkah masuk dengan penampilan yang terlihat begitu berantakan. Melihat keadaan Melda, Mama Alira dan Papa Fahri yang begitu sangat menyayanginya, segera melangkah menghampirinya, kemudian bertanya dengan tampang yang terlihat sangat khawatir.
"Sayang,, kamu kenapa berantakan seperti ini? Dan kamu terlihat seperti baru saja menangis!" Mama Alira berkata-kata sambil menaruh kedua tangannya di pundak Melda yang sudah berdiri menghadapnya.
"Kenapa kamu menangis? Siapa yang sudah membuatmu menangis biar Papa kasih pelajaran sama mereka!" Sabung Papa Fahri dengan tampang datarnya.
"Aku tadi pergi ke makam Mama dan Papa!" Jawab Melda dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Setiap kali membicarakan tentang kedua orang tuanya, Melda selalu merasa sedih dan tidak bisa menahan air matanya. Rasa rindu yang begitu besar terhadap kedua orang tuanya, membuat dia jadi sering menangis.
"Sudah sayang! Kamu ngga usah sedih lagi! Di sini ada Mama Alira dan Papa Fahri yang akan selalu menyayangimu dengan sepenuh hati. Kamu ngga boleh merasa sendiri, karena Mama dan Papa tidak akan pernah membiarkanmu sendiri." Mama Alira berkata-kata sambil memeluk Melda.
Sedangkan Papa Fahri hanya mengusap-usap kepala Melda, dengan tampang yang terlihat begitu sedih. Papa Fahri seketika teringat dengan kedua orang tua Melda, di saat melihat keadaan Melda seperti itu. Sambil menatap Melda yang sedang meneteskan air matanya dalam pelukan Mama Alira, Papa Fahri pun berkata-kata dalam hatinya.
"Mas Refan,, Mey,, aku berjanji akan menjaga dan menyayangi Melda seperti anak kandung aku sendiri. Aku tidak akan pernah membiarkannya terluka dan menangis lagi!" Janji Papa Fahri yang dia ucapkan di dalam hatinya.
Hubungan persaudaraan dalam keluarga terpandang itu terjalin dengan penuh kasih sayang, karena itu yang selalu di ajarkan oleh Opa Indra dan Oma Rita. Opa Indra dan Oma Rita selalu mengajarkan anak-anak bahkan cucu-cucunya, untuk saling menyayangi dan saling menjaga satu sama lain.
Ajaran yang di ajarkan oleh Opa Indra dan Oma Rita, membuat seluruh anggota keluarga Permana menjadi pribadi yang sangat penyayang terutama terhadap keluarga. Dengan kasih sayang yang begitu besar, Mama Alira dan Papa Fahri mampuh mengobati rasa rindu Melda terhadap kedua orang tuanya yang telah tiada.
"Sayang,, sekarang kamu mandi dan bersiap-siap! Karena sebentar lagi kita akan berangkat ke Bandung." ujar Mama Alira sambil menghapus air mata Melda.
Rasa rindu Melda terhadap Mama dan Papanya yang sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, sedikit terobati dengan perhatian dan kasih sayang yang tulus dari Papa Fahri dan Mama Alira. Namun rasa sakit karena kehilangan cinta pertamanya, tidak dapat di pulihkan ataupun di gantikan dengan apapun.
Melda terpaksa harus tersenyum kepada kedua orang tua di hadapannya itu walaupun dalam hatinya menangis. Rasa sakit yang menyiksa itu dengan susah payah dia tahan demi ketenangan kedua orang tuanya.
Entah sampai kapan Melda harus menahan dan menyembunyikan luka hatinya?
Setelah itu Melda pun langsung melangkah menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Dia melangkah tanpa menatap ke arah kamar Reza yang sekarang sudah menjadi kamar kosong. Melda tidak sanggup mengingat apa yang pernah terjadi antara dia dan Reza di dalam kamar itu. Masa-masa indah yang pernah mereka berdua lalui bersama, kini menjadi sebuah kenangan yang begitu menyakitkan apabila di kenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Kamsia
bener" kalopun mau ad lnjutan arsen sama nadira.liat di mana novelnya jdlnya ap.tapi tlng tulisan nya yg benar
2023-03-24
0
Putri Bajo
aq nda bisa menahan air Mata ku😭😭
2023-02-24
0
Putri Bajo
sedih Bakgat🥺🥺
2023-02-24
0