Cinta Di Dalam Perjodohan 3
Musibah adalah sesuatu yang tidak bisa di tebak ataupun di rencanakan. Begitupun dengan semua musibah yang terjadi dalam keluarga Permana. Tapi setelah musibah itu berlalu, kini mereka sudah kembali bersama dalam kehangatan sebuah keluarga, walaupun keutuhan keluarga mereka sudah tidak selengkap dulu lagi.
Melda dan Papa Fahri harus menjalani hidup sebagai yatim piatu, karena orang tua yang sungguh mereka sayangi sudah pergi untuk selama-lamanya. Tapi di antara Om dan keponakan itu, Melda adalah orang yang paling menderita akan kepergian orang tuanya.
Melda yang di lahirkan sebagai anak tunggal, merasa sangat kesepian hidup tanpa orang tuanya, apalagi di saat dia melihat makam kedua orang yang sangat dia sayangi itu. Melda sering merasa kesepian, walaupun ada banyak orang di sekelilingnya yang sangat menyayangi, dan mencintai dia dengan sepenuh hati.
Hubungan yang di jalin antara Melda dan Reza sudah memasuki dua bulan. Tapi selama itu masih belum ada kepastian yang pasti dari Reza, dan hubungan mereka juga belum di ketahui oleh siapapun di dalam rumah besar itu. Apalagi selama berada di Indonesia, Reza yang sudah bekerja di perusahaan Papa Fahri, selalu sibuk dengan urusan kantornya. Jadi Melda hampir tidak punya waktu, untuk menanyakan tentang keseriusan hubungan mereka berdua.
Harapan dari seorang wanita yang sudah menemukan tambatan hatinya, hanyalah sebuah kepastian dalam ikrar yang suci. Apalagi saat itu Melda yang sudah kehilangan tumpuhan kasih sayangnya, sangat membutuhkan pelindung, juga tumpuhan hidup yang baru dari Reza, laki-laki yang teramat dia cintai.
Pagi itu Melda yang sudah bersiap-siap ke Kampus bersama Aleta, keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur, sambil memikirkan rencana yang ingin dia lakukan nanti malam. Melda ingin mengajak Reza keluar nanti malam, karena dia ingin menanyakan kepastian hubungan mereka.
Sampainya di dapur, Melda melihat Reza sedang sarapan bersama Faris juga Papa Fahri. Dan tidak lama dia sampai di dapur, Aleta, Mama Alira juga Nenek Vivi pun muncul di belakangnya. Rencana ingin mengajak Reza secara langsung untuk nanti malam, dengan segera dia urungkan, karena melihat keadaan saat itu sangat tidak mendukung.
Sambil melangkah menuju meja makan bersama yang lainnya, Melda pun berfikir untuk mengirimkan pesan singkat buat Reza. Tanpa menunggu lama, Melda pun segera bergegas mengetik pesan. Tapi belum sempat pesan itu selesai di ketiak, Melda sudah mendengar pembicaraan antara Faris, Papa Fahri, juga Reza yang membuatnya langsung tidak bersemangat.
"Kalian mau langsung ke luar kota, atau ke kantor dulu?" Tanya Papa Fahri yang membuat Melda yang sedang fokus dengan ponsel di tangannya, langsung mengangkat mukanya menatap mereka.
"Kita langsung ke luar kota Pa!" Jawab Faris yang sudah selesai sarapan.
"Barang-barang kamu yang mau di bawa sudah siap Zaa?" Tanya Faris sambil menatap Reza yang baru selesai sarapan.
"Sudah dari semalam!" Jawab Reza yang membuat raut wajah Melda langsung berubah.
Melda begitu sangat kecewa dengan sikap Reza yang terlalu cuek, dan tidak pernah menganggap penting dirinya. Kekecewaan yang begitu besar seketika menimbulkan kesedihan, dan sakit hati yang begitu menyiksa. Melda merasa dia tidak punya arti apa-apa bagi Reza, sampai-sampai Reza tidak berkata apapun padanya, kalau dia akan berangkat ke luar kota selama beberapa hari.
Karena begitu kecewa, Melda dengan segera langsung melangkah menuju kamar mandi yang ada di dekat dapur, dengan alasan kalau dia tiba-tiba merasa buang air kecil.
"Aku ke kamar mandi dulu ya!" Kata Melda sambil menyentuh pergelangan tangan Aleta sebentar.
"Kamu mau apa?" Tanya Aleta karena merasa waktu mereka untuk ke Kampus, tidak sampai satu jam lagi.
"Aku mau buang air kecil." Bisik Melda dan langsung melangkah pergi.
Karena Melda belum juga keluar dari kamar mandi, akhirnya Reza pun berangkat bersama Faris tanpa berpamitan padanya. Apalagi di dapur saat itu, ada semua anggota keluarga mereka, jadi Reza merasa dia juga tetap tidak bisa berpamitan walaupun Melda ada di situ, jadi dia memilih untuk segera pergi tanpa menunggu Melda.
Sampainya di Kampus, Melda sama sekali tidak bisa fokus dengan mata kuliah, yang sedang di terangkan oleh seorang Dosen laki-laki di depan. Kepalanya di penuhi dengan semua masalah yang sedang dia hadapi saat itu. Rasa kecewanya semakin bertambah di saat dia keluar dari kamar mandi tadi, Mobil yang di naiki Reza dan Faris sudah berlalu pergi, dan dia hanya bisa menatap mobil itu dari jendela dapur dengan hati yang begitu hancur.
Mungkin menurut Reza si kutub Utara itu, apa yang dia lakukan itu adalah sesuatu yang benar. Tapi buat Melda, apa yang di lakukan oleh Reza itu adalah sesuatu yang salah sebagai seorang kekasih. Begitulah perbedaan antara laki-laki, yang melakukan segalanya dengan menggunakan otak, dan wanita yang tersinggung karena lebih mengutamakan perasaan.
Sebenarnya Melda tidak menginginkan sesuatu yang lebih dari Reza. Dia hanya tidak ingin berlama-lama pacaran dengan Reza, karena dia takut seperti teman-temannya yang lain, yang menjalani hubungan begitu lama tapi ujung-ujungnya berpisah. Dia hanya menginginkan Reza sebagai cinta pertama juga terakhirnya.
Malam semakin larut, cahaya bulan begitu terang terpancar menambah keindahan malam, namun tidak dengan hati Melda yang meredup dalam kesepiannya, merindukan kasih sayang kedua orang tuanya, juga Reza yang berada jauh di luar kota.
Sambil memeluk guling, air mata Melda menetes membasahi wajahnya. Dia ingin sekali di mengerti dan selalu di utamakan oleh laki-laki pujaan hatinya itu. Tapi apa yang terjadi malah sebaliknya, Reza selalu melakukan apapun sesuka hatinya, tanpa memperdulikan keberadaannya di rumah itu.
Wanita mana yang tidak kecewa, apabila di perlakukan seperti itu?
Sedangkan Aleta yang begitu bahagia, karena sudah mengetahui jenis kelamin bayinya setelah tadi periksa ke Dokter, sedang melakukan video call dengan Faris untuk memberitahukan kabar gembira itu. Dan Faris yang memang sangat mendambakan seorang anak laki-laki dari kehamilan Aleta, langsung berucap sukur, atas anugrah terindah yang Tuhan berikan padanya.
Faris sangat mendambakan anak kembar yang berjenis kelamin laki-laki dari kehamilan Aleta. Tapi dia tetap bersyukur walaupun hanya ada satu bayi laki-laki di dalam kandungan istri cantiknya itu.
Semua anggota keluarga Permana sangat bahagia mendengar kabar itu, termasuk Reza juga Melda. Melda juga turut bahagi walaupun dia sedang terpuruk di dalam kekecewaannya terhadap Reza. Harapan dan rasa yang begitu besar, yang telah Melda tanamkan dalam hubungannya bersama Reza, membuat dia sangat tersiksa di saat Reza memperlakukannya seperti itu.
Melda dan Reza adalah satu pasangan yang memiliki banyak perbedaan, dalam sikap maupun tindakan. Dan mereka berdua tidak pernah mencoba untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain, terutama Melda yang belum terlalu matang dalam berfikir. Keegoisan Melda itulah yang selalu menjadi masalah bagi dirinya sendiri, tanpa di ketahui oleh Reza yang selalu sibuk dengan urusan kantornya selama hampir dua bulan ini.
Pengertian dan kedewasaan dalam menjalani sebuah hubungan, adalah suatu faktor yang cukup mempengaruhi. Apalagi di dalamnya tidak ada komitmen yang pasti dari seorang laki-laki. Wanita yang sudah terlanjur jatuh cinta, sangat mudah rapuh apabila di abaikan oleh seseorang yang sangat dia cintai.
Kerapuhan itulah yang selalu menimbulkan femikiran yang buruk, juga rasa curiga yang berlebihan dalam diri Melda terhadap Reza. Kebanyakan wanita selalu menginginkan sesuatu yang pasti dalam perkataan ataupun tindakan, dan hal itulah yang di inginkan juga di harapkan Melda dari Reza sebagai kekasih hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Mawar
Kasian juga melda seharus'y dia curhat ama aleta biar beban pikiran'y sdikit berkurang
2023-02-07
2
Mekis Ndut
waw
2023-01-02
1
teti kurniawati
mampir yuk ke novel Suami rupa madu mulut racun.
2022-12-27
1