Cuaca di pagi hari itu sangat dingin, karena hujan mulai turun membasahi bumi. Tapi tidak untuk kedua insan yang sedang di bakar hasrat, yang semakin menggila di dalam kamar itu. Reza yang sudah hilang kendali hampir saja melakukan sesuatu, yang selama ini tidak ingin dia lakukan bersama Melda. Apalagi Melda tidak menolak sama sekali dengan semua yang di lakukan oleh Reza.
Melda yang sudah terbuai oleh permainan Reza, semakin mendesah dengan begitu hebatnya, yang membuat Reza semakin bersemangat. Reza mencium dada Melda sambil tangannya berusaha melepaskan pakaian Melda. Tapi di saat pakaian Melda hampir terlepas, tiba-tiba ada suara ketukan pintu, yang membuat mereka berdua langsung terkejut, dan segera menghentikan apa yang sedang mereka lakukan sejak tadi.
Dengan buru-buru dan penuh ketegangan, Reza bangun dari atas tubuh Melda, dan segera menyuruh Melda untuk memperbaiki pakaiannya, yang sudah compang-camping karena perbuatannya. Kemudian setelah itu Reza melangkah mendekati pintu, dan mulai bersuara setelah mendengar suara Aleta memanggilnya.
"Baang,, Abang!" Suara Aleta memanggil Reza.
Mendengar suara Aleta dari luar, Reza yang hampir tidak bisa bernafas saking tegangnya, seketika menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dia merasa sedikit legah setelah mengetahui yang ada di luar kamarnya itu, ternyata Aleta adiknya sendiri. Dengan suara yang terdengar sedikit bergetar, karena nafasnya belum teratur dengan baik, Reza pun menjawab.
"Iya ada apa..!" Jawab Reza tanpa membuka pintu kamarnya.
"Abang hari ini jadi ke Kampus sama Mas Faris kan?" Tanya Aleta.
"Iya jadi!" Jawab Reza.
"Ya udah kalau gitu aku pergi yaa," kata Aleta dan langsung melangkah pergi.
Reza dan Faris berencana untuk menjemput Aleta dan Melda di Kampus nanti, karena mereka ingin membelikan perlengkapan bayi di mall milik Papa Fahri, yang terletak tidak jauh dari arah Kampus.
Setelah Aleta pergi, Reza dengan segera langsung berbalik menghadap Melda, yang sedang berdiri sambil tersenyum di belakangnya. Melihat ekspresi Melda di belakangnya, membuat Reza seketika jadi bingung.
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Memangnya ada yang lucu?" Tanya Reza dengan tatapan dinginnya.
"Iya lucu," jawab Melda sambil terus tersenyum.
"Apanya yang lucu?" Tanya Reza lagi.
"Muka Abang tu yang lucu! Abang seperti maling yang di tangkap basah!" Jawab Melda dan langsung melangkah pergi meninggalkan Reza, yang hanya menatapnya tanpa bisa berkata apa-apa.
Reza hanya menatap Melda dari depan pintu kamarnya sambil tersenyum. Dia seketika merasa lucu setelah mendengar perkataan Melda barusan, karena tampangnya memang sangat panik tadi, di saat menyadari ada orang di luar kamarnya.
Setelah Melda menghilang dari pandangan matanya, Reza pun langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya. Di bawah guyuran air yang membasahi tubuhnya, Reza mulai memikirkan semua yang baru saja dia lakukan. Dan seketika dia merasa sangat bersalah, atas kesalahan yang baru saja dia lakukan kepada Melda di dalam kamarnya. Dengan tampang penuh bersalah, Reza pun mulai berkata-kata dalam hatinya.
"Aku tidak boleh seperti itu! Apa yang akan di pikiran orang rumah ini, kalau mereka sampai mengetahui apa yang kita lakukan tadi?" Reza berkata-kata dalam hatinya sambil menggelengkan kepalanya.
Sebagai laki-laki dewasa, Reza pun sering memikirkan, bahkan menginginkan sesuatu dari wanita yang dia cintai, apalagi dia pernah melakukan dan merasakan kenikmatan akan hal itu, sebelumnya dengan mantan pacarnya. Tapi dia tidak ingin mengulangi kesalahannya itu kepada Melda.
Bagi Reza, Melda bukanlah wanita biasa yang bisa dia perlakukan dengan sesuka hatinya. Reza tidak ingin melakukan kesalahan yang dapat membuat Melda nantinya akan tersiksa, jika mereka berdua tidak berjodoh. Karena walaupun dia tahu Melda sungguh-sungguh mencintainya, dia tetap tidak ingin terlalu banyak berharap akan hubungan mereka.
Sedangkan Melda yang sudah menuju Kampus bersama Aleta, yang di antarin supir pribadi, terus tersenyum dengan perasaan berbunga-bunga. Melda sangat bahagia setelah apa yang terjadi antara dia dan Reza tadi pagi. Dia sama sekali tidak merasa menyesal, ataupun malu dengan semua yang baru saja terjadi. Saking bahagianya sampai dia tidak henti-hentinya tersenyum, dan itu membuat Aleta yang duduk di sampingnya jadi merasa bingung juga penasaran.
"Meel,, kayanya hari ini kamu bahagia bangat deh," kata Aleta sambil menatap Melda dengan tatapan bingung juga penasaran. Tapi Melda hanya membalasnya dengan mengedipkan sebelah matanya sambil terus tersenyum.
"Kamu lagi kasmaran ya?" Tanya Aleta lagi.
"Ngga ko!" Jawab Melda berbohong.
"Terus kenapa kamu tersenyum seperti itu?" Tanya Aleta semakin penasaran.
"Aku hanya senang aja, membayangkan suasana liburan kita di villa nanti." Jawab Melda berbohong namun berhasil membuat Aleta percaya.
"Ooo itu? Iya aku juga ngga sabar merasakan suasana di sana." Ujar Aleta sambil tersenyum membayangkan suasana liburan mereka yang tinggal dua hari lagi.
Melda semakin tidak sabar ingin menjadi istri, dari laki-laki tampan dan dingin yang sekarang menjadi kekasihnya itu. Dan dia semakin bersemangat lagi, setelah Aleta memberitahukan sesuatu hal yang di bicarakan Papa Fahri tadi pagi, di ruang keluarga di saat Melda juga Reza tidak ada di sana.
"Meel,, kamu sudah tahu blom tentang rencana Papa yang ingin menjodohkan kamu?" Tanya Aleta setelah teringat dengan apa yang di katakan Papa Fahri tadi pagi, kepada Faris dan Mama Alira di ruang keluarga, di saat ada dia di sana.
"Menjodohkan aku? Benar apa yang kamu katakan itu?" Tanya Melda penuh semangat.
Melda begitu bersemangat mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Aleta, karena dia berfikir ini adalah kesempatannya untuk memberitahukan hubungannya dengan Reza, kepada keluarganya yang sudah ingin mencari calon suami untuknya.
"Kamu dengar Papa bilang ingin mencari jodoh untuk aku?" Tanya Melda dengan begitu semangatnya.
"Bukan cari jodoh, tapi ingin menjodohkan mu dengan anak teman Papa." Jawab Aleta yang membuat Melda langsung layu seperti mawar yang tidak pernah di sirami.
Senyuman Melda sejak tadi seketika hilang, setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Aleta. Harapan ingin bersama laki-laki yang sudah sangat dia cintai, hancur berantakan dengan niat keluarganya yang ingin menjodohkannya.
Melda tidak menyangka, kebiasaan dalam keluarganya terjadi juga pada dirinya. Sebenarnya dia tidak masalah apabila di jodohkan, asalkan itu dengan Reza laki-laki yang sudah dia cintai dengan sepenuh hati.
Melihat ekspresi Melda yang tiba-tiba berubah, membuat Aleta yakin kalau Melda tidak bahagia mendengar kabar yang baru saja dia sampaikan itu. Dan tanpa menunggu lama, Aleta pun langsung bertanya.
"Meel,, apa kamu sudah punya kekasih?" Tanya Aleta dengan tatapan mencari tahu ke arah Melda, yang sudah memalingkan wajah darinya.
Melda yang sudah menatap ke arah luar melewati kaca mobil, dengan mata yang sudah berkaca-kaca saking kecewanya, hanya menggelengkan kepalanya, tanpa menatap Aleta yang sedang menatapnya dari arah samping. Melda sudah tidak bisa untuk berfikir apa-apa lagi, setelah mengetahui perjodohan yang di rencanakan Papa Fahri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Hani P Hani
kasihan melda dalamdilema
2022-12-24
0
Jumaria Tappi
tambah seru aja ceritax nih
2022-12-17
0
Yantisejati
aduh reza cepet lamar melda
2022-10-25
1