Kerinduan yang begitu besar membelenggu hati Melda, yang baru dua hari di tinggalkan Reza ke luar kota. Dia selalu murung di rumah maupun di Kampus, dan itu membuat setiap orang yang melihatnya menjadi bingung, karena Melda bukan tipe wanita pendiam.
Tepat pukul 5 sore, Aleta yang sudah terlihat cantik melangkah menuju kamar Melda, yang terletak di lantai dua rumah besar itu. Dia ingin mengajak Melda untuk mengerjakan tugas makala mereka, yang di berikan salah seorang Dosen pagi tadi. Tapi sampainya di depan pintu kamar Melda, Aleta langsung mematung sambil menatap ke dalam kamar.
Aleta semakin kebingungan dengan sikap Melda selama dua hari ini, yang lebih banyak melamun. Aleta menatap Melda yang sedang termenung di depan cermin besar di dalam sana, dan mulai berfikir mungkin Melda sedang merindukan kedua orang tuanya, sampai dia terlihat begitu sedih.
"Meel,, kamu kenapa?" Suara Aleta yang membuat Melda kaget dan langsung berbalik menatapnya.
"Aku ngga apa-apa ko Al!" Jawab Melda berbohong, tapi Aleta yang sudah sangat mengenal sifat sahabatnya, sekaligus adik iparnya itu tidak langsung percaya.
"Meel,, kamu ngga bisa bohongin aku! Aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu yang sangat mengganggu pikiranmu." Perkataan Aleta yang membuat jantung Melda tiba-tiba berdetak kencang.
Apakah Alaeta memang mengetahui hubungan Melda dan Reza?
Melda begitu kaget mendengar perkataan Aleta, karena dia berfikir mungkin Aleta sudah mulai mengetahui hubungannya berasa Reza. Dan di saat Melda sedang berfikir mencari alasan yang lebih tepat, Aleta kembali bersuara.
"Meel,, kamu ngga usah sedih lagi ya! Kan masih ada Mama dan Papa, juga ada kita yang sangat menyayangimu. Jadi kamu ngga usah sedih memikirkan Om dan Tante, biar mereka juga ngga sedih melihatmu seperti ini." Perkataan Aleta yang membuat Melda merasa legah, karena Aleta tidak mengetahui ataupun curiga, dengan hubungan dia dan Reza, yang sudah mereka rahasiakan selama hampir dua bulan ini.
"Iya Al, aku ngga apa-apa ko! Makasih karena kamu sudah mau menjadi sahabat, dan kakak ipar yang baik buat aku." Kata Melda sambil memeluk Aleta yang sudah berdiri tepat di hadapannya.
Aleta pun membalas pelukan Melda dengan penuh kasih sayang. Hubungan persahabatan Aleta dan Melda yang begitu akrab, mapuh membuat mereka menjadi lebih dekat sebagai saudara ipar. Ketegangan yang biasanya terjadi antara saudara ipar, hilang dengan ikatan persahabatan mereka yang begitu kuat.
"Tugas kita giaman Al?" Tanya Melda setelah melepaskan pelukannya dari Aleta.
"Tujuan aku ke sini untuk itu!" Jawab Aleta.
"Ya sudah, kalau gitu kita kerjakan yuk!" Sambung Aleta penuh semangat.
Walaupun dengan keadaannya yang sudah mulai berat, karena perutnya yang mulai membesar, tidak membuat Aleta jadi bermalas-malasan dalam mengerjakan tanggung jawabnya, sebagai seorang Mahasiswi juga seorang istri. Aleta sangat rajin mengerjakan tugas Kampusnya, juga tugasnya di rumah sebagai seorang istri dan menantu yang baik.
Setiap harinya Aleta selalu bangun pagi, dan membantu para Bibi di dapur bersama Melda. Setelah kembali dari Malaysia, Melda langsung meminta Aleta untuk mengajarinya mengenai segala hal, termasuk memasak. Dia seperti itu, karena dia merasa sanagat malu sebab dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Dengan senang hati Aleta pun mengajarkan Melda, dan karena itu setiap pagi mereka berdua berada di dapur bersama para Bibi. Sampai-sampai para Bibi yang bekerja di rumah itu, jadi merasa kurang enak hati dengan Alira juga Fahri, karena pekerjaan mereka selalu di kerjakan Melda dan Aleta.
Fahri dan Alira adalah orang yang sangat baik hati juga bijak sana, dalam menyikapi segala hal. Di saat kepala asisten rumah tangga meminta maaf kepada mereka, karena sudah membiarkan Aleta dan Melda bekerja, Alira dan Fahri malah tersenyum sambil berkata.
"Ngga apa-apa Bi! Asalkan itu kemauan mereka sendiri." Kata Alira sambil tersenyum ramah kepada pembantunya itu.
Tepat pukul 8 malam, Faris dan Reza yang baru sampai dari luar kota, langsung bergabung bersama Papa Fahri dan anggota keluarga yang lain, di ruang keluarga dan mengobrol tentang pekerjaan mereka di luar kota selama du hari ini. Yang tidak ada di situ hanyalah Melda, karena dia sedang berada di kamarnya.
"Di mana Mba Melda Ma?" Tanya Almira karena tidak melihat keberadaan Melda.
"Mungkin di kamarnya sayang!" Jawab Alira sambil mengusap-usap kepala Almira.
"Bagaimana keadaan Melda di Kampus Al?" Tanya Fahri kepada menantunya, yang sedang duduk bersebelahan dengan suaminya yang baru saja datang dari luar kota.
"Sudah dua hari ini dia selalu terlihat murung Pa!" Jawab Aleta yang membuat kening Papa Fahri juga Mama Alira seketika berkerut.
Mendengar jawaban Aleta, Fahri dengan segera menatap Alira sambil menarik nafas panjang. Fahri tahu apa yang sedang di rasakan oleh keponakan kesayangannya itu. Karena dia juga merasakan apa yang sedang Melda rasakan. Tanpa menunggu lama, Fahri langsung menyuruh salah seorang pembantu untuk memanggil Melda di kamarnya.
"Bi,, tolong panggilkan Non Melda." Kata Fahri.
"Baik Tuan!" Jawab pembantunya itu.
Tidak lama Bibi itu naik ke lantai atas, Melda pun muncul dari balik pintu lift yang ada di dekat situ, sambil menatap mereka semua yang ada di ruang keluarga, dengan tatapan bingung dan penasaran. Melda merasa sangat bingung karena di panggil Papa Fahri, karena tidak biasanya seperti itu.
"Iya Pa! Jawab Melda setelah berada di dekat Fahri, tanpa mau menatap Reza yang juga ada di situ.
Melda memang sudah biasa memanggil Fahri dan Alira dengan sebutan Papa dan Mama, semenjak dia masih kecil. Apalagi sekarang hanya tinggal Fahri dan Alira sosok orang tua baginya. Sebenarnya masih ada keluarga besar Meymey di Korea, tapi Melda tidak terlalu dekat dengan mereka.
"Sini sayang!" Panggil Fahri sambil tersenyum menatap Melda.
Tanpa berkata apa-apa, Melda pun langsung duduk di samping Fahri, dan Fahri segera memeluknya dan mengecup keningnya berulang-ulang kemudian berkata.
"Mel,, kamu tahu kan Papa sama Mama sangat menyayangimu, dan kami sedang mengurus untuk mengadopsi mu. Papa harap kamu ngga sedih lagi sayang, karena Papa tidak mau melihatmu menangis lagi!" Kata-kata Papa Fahri yang membuat Melda juga para wanita yang ada di situ, langsung meneteskan air mata haru bercampur seih.
Air mata Melda menetes dengan begitu derasnya, sampai-sampai dia tidak mampuh untuk berkata-kata. Sedangkan Reza yang duduk bersebelahan dengan Faris, sangat tidak tega melihat Melda menangis seperti itu. Karena tidak sanggup melihat kesedihan Melda, Reza segera memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah lain.
Melihat keadaan Melda, Alira pun langsung mendekatinya dan ikut memeluknya, sambil menghapus air matanya dengan penuh kasih sayang. Alira dan Fahri sangat menyayangi Melda seperti anak mereka sendiri sejak Melda masih kecil. Dan setelah kepergian orang tuanya, Fahri dan Alira langsung melakukan adopsi Melda sebagai anak mereka. Dan proses adopsi Melda sedang di urus oleh pengacara Fahri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Sri Sri
saat baca dari episode 1 sampai 3 kdng terbawa perasaan dan ikut nangis sendiri 😭
2023-03-22
0
oland sariyy
hai Thor aku mampir nih, jangan lupa juga mampir di novel aku ya MAHKOTA YANG DI RENGGUT PAKSA..
terimakasih 😊😊
2023-03-15
0
Kristina Kartini166
jut thor
2023-01-28
1