Setelah hujan reda, mata hari pun menampakan sinarnya yang begitu cerah, tapi tidak dengan perasaan Melda yang sedang di landa kesedihan, yang teramat menyiksa dirinya. Dengan senyum yang terlihat sangat di paksakan, Melda melangkah menghampiri tiga orang yang sedang menatapnya dari arah parkiran. Mata Melda jadi begitu sembab pengaruh menangis sejak tadi, dan itu membuat dia memilih memakai kaca mata untuk menutupinya.
"Meel,, kamu ganti baju ya?" Tanya Aleta setelah Melda berada tepat di depan mereka.
"Iya,, soalnya tadi pakaian aku basah saat masuk kamar mandi," jawab Melda sambil tersenyum kepada Aleta.
"Terus kamu dari mana saja?" Tanya Faris sambil berbalik dan membukakan pintu mobil pada Aleta.
"Aku tadi sakit kepala, jadi aku beristirahat di taman belakang," jawab Melda sambil melirik Reza dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Sedangkan Reza yang sudah merasa legah setelah melihat Melda, langsung masuk ke dalam mobil bagian kemudi, tanpa menatap Melda ataupun melirik Melda sama sekali.
Sebenarnya Reza ingin sekali dekat-dekat dengan Melda seperti pasangan pada umumnya. Tapi dia belum siap untuk melakukan itu di depan Faris, yang sampai saat itu belum mengetahui hubungan antara dia dan Melda.
Reza dan Melda hanya bisa saling mencintai dalam diam. Hubungan mereka yang masih menjadi rahasia itu, sangat menyiksa bagi mereka berdua terutama Melda. Wanita yang baru mengenal apa artinya cinta itu, ingin sekali bermesraan dengan Reza di depan umum, seperti yang di lakukan Aleta dan Faris.
Selama ini Melda selalu bersabar menunggu saat-saat, di mana dia dan Reza bisa bersatu tanpa harus merahasiakan hubungan mereka. Tapi hari itu, harapan Melda tiba-tiba hancur, di saat mendengar apa yang di katakan oleh Aleta tentang rencana keluarganya.
Dalam perjalanan, Melda yang duduk bersebelahan dengan Aleta di bangku bagian belakang, memilih untuk menatap ke luar melewati kaca mobil, dengan air mata yang sudah membendung memenuhi kelopak matanya. Perasaan Melda saat itu benar-benar kacau, memikirkan masalah yang bertubi-tubi datang silih berganti dalam hidupnya selama beberapa bulan ini.
Tidak beberapa lama, mereka pun sampai di tempat tujuan mereka. Dengan tidak sabarnya, Aleta menarik tangan Faris melangkah masuk ke dalam mall milik keluarga Permana, dengan senyuman bahagia yang terukir di wajah cantiknya, dan di ikuti oleh Reza juga Melda yang hanya terdiam sejak dalam perjalanan tadi.
Melihat penyambutan yang begitu istimewa oleh para karyawan di Mall besar itu terhadap mereka, membuat Reza terkejut dan semakin kagum dengan keluarga yang sedang menampungnya selama dua bulan ini. Dia tidak menyangka kalau ternyata keluarga Permana, memiliki harta yang tidak akan habis walaupun di makan tujuh turunan.
Dengan senyum kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantiknya, Aleta menarik tangan Faris menuju tempat perlengkapan bayi.
Keadaan Aleta saat itu sangat bertolak belakang dengan Melda. Aleta begitu bahagia juga bersemangat ingin segera memilih perlengkapan bayinya. Sedangkan Melda yang ada di belakangnya, sangat terpuruk dalam derita yang begitu menyiksa.
Kesedihan yang begitu besar, membuat Melda tidak dapat lagi menahan air matanya yang sejak tadi sudah terbendung. Karena tidak ingin ada yang mengetahui keadaannya, akhirnya Melda pun segera mencari alasan, untuk bisa menjauh sebentar dari mereka.
"Aku mau ke toilet sebentar," Melda berkata dan langsung buru-buru melangkah pergi, menuju toilet yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berada.
Reza yang sempat memperhatikan ekspresi wajah Melda, sebelum dia melangkah ke toilet merasa sedikit aneh, karena tidak biasanya Melda yang memiliki sifat yang begitu ceria termenung seperti itu. Reza ingin sekali menyusul Melda dan menanyakan keadaannya, tapi dia tidak ingin Faris merasa curiga apabila melihatnya.
Reza merasa ada yang aneh dengan sikap Melda, tapi dia sendiri tidak tahu apa yang membuat Melda jadi seperti itu. Seketika pikiran Reza mulai di penuhi dengan sikap Melda yang tidak biasanya. Dan di saat dia sedang kebingungan memikirkan wanita cantiknya itu, tiba-tiba Faris bersuara sambil memegang pundaknya, yang membuat dia langsung terkejut.
"Zaa,, aku sama Aleta ke sana dulu ya!" Kata Faris sambil menyentuh pundak Reza.
"Ooo iya!" Jawab Reza sedikit gugup yang membuat Faris jadi merasa bingung.
"Kamu kenapa?" Tanya Faris karena menatap Reza yang sedikit gugup dan salah tingkah.
"Aku cuman lagi tertarik sama sepatu yang ada di sana," Jawab Reza berbohong sambil menunjuk ke arah sepatu yang ada tidak jauh dari arah mereka.
"Ya udah,, kalau gitu kamu lihat-lihat dulu!" Kata Faris dan langsung melangkah pergi bersama Aleta, menuju tempat perlengkapan bayi.
Setelah Reza sudah melangkah pergi, Aleta dan Faris pun segera melangkah menuju tempat yang terdapat banyak perlengkapan bayi. Tapi belum sempat mereka sampai di tempat yang mereka tuju, tiba-tiba langkah Aleta terhenti, di saat dia melihat baju tidur yang begitu seksi dan transparan, sedang terpajang di depan sana. Melihat baju seksi itu, Aleta tiba-tiba berfikir untuk mengerjai suaminya yang memang tidak pernah bisa menahan diri, di saat melihatnya dengan pakaian seperti itu.
"Ada apa sayang?" Tanya Faris karena melihat Aleta sedang senyum-senyum sendiri di sampingnya.
"Maas,, aku mau baju itu," Aleta berkata sambil menunjuk ke arah baju seksi di depannya itu tanpa menatap Faris.
"Yang mana?" Tanya Faris sambil menatap ke arah yang Aleta tunjuk.
"Yang sana.! Aku mau beli baju itu!" Ujar Aleta dengan tatapan menuntut seperti anak kecil.
"Yang seksi itu?" Tanya Faris sambil menatap baju seksi di depan mereka.
"Iya,, aku ingin pakai baju itu biar Mas ngga pulang telat lagi," jawab Aleta sambil mengedipkan sebelah matanya, kepada Faris yang membuat Faris langsung tersenyum.
"Kamu mau menggodaku? Awas ya, nanti malam tidak akan Mas kasih ampun!" Ancam Faris sambil menggelitik Aleta, dan mereka berdua langsung tertawa.
Melihat kebahagian istrinya, Faris merasa sangat bahagia dan bersyukur. Keinginan Faris hanyalah ingin membahagiakan istrinya, terutama di saat-saat dia sedang hamil besar seperti itu, karena dia selalu ingat pesan Dr pribadi yang selalu mengontrol kehamilan Aleta, kalau Aleta tidak boleh banyak tertekan apalagi stres.
Di saat Faris dan Aleta sedang bercanda dan tertawa, Melda malah sedang menangis tersedu-sedu di dalam toilet. Melda tidak dapat mencurahkan kepedihan yang sedang dia rasakan saat itu. Hanya air mata yang menjadi saksi bisu penderitaannya.
Melda tidak sanggup kalau harus kehilangan cinta pertamanya, karena dia sudah bertekat tidak akan mencintai laki-laki lain, selain Reza di dalam hidupnya. Setelah beberapa menit menangis di dalam toilet, Melda dengan segera menghapus air matanya, di saat dia sudah memikirkan keputusan yang harus dia ambil, agar tidak bisa di pisahkan dari Reza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Fenty Izzi
berusahalah tuk bicara jujur melda... biar kalian g tersiksa dan tersakiti🥺😭
2022-10-04
0
Saras Utami
sabar Melda...
2022-05-08
0
Saparudin
lanjot tour makin seru rasanya aq gk mau lepas lagi dngn cerita ini yg berjudul cinta d dalam perjodohan
2022-03-09
0