Selesai memperbaiki makeup nya yang sudah berantakan dengan air mata, Melda langsung keluar dari toilet dan melangkah menuju tempat perlengkapan bayi, menyusul Faris dan Aleta. Melda sudah tidak ingin bersedih memikirkan perjodohannya, yang sudah di rencanakan keluarganya.
Selama berada di dalam toilet tadi, Melda sudah memikirkan keputusan yang harus dia ambil. Apapun yang terjadi dia tidak ingin kehilangan laki-laki yang teramat dia cintai itu. Melda sudah bertekad untuk mengatakan tentang hubungannya bersama Reza, sebentar malam nanti di depan semua orang. Tapi sebelumnya dia ingin menanyakan pendapat Reza terlebih dahulu. Karena dia ingin ada Reza di sampingnya, di saat dia mengatakan semua itu, kepada seluruh anggota keluarganya.
Dengan ekspresi yang sudah lebih baik, dan tanpa mengenakan kaca mata, Melda melangkah menghampiri Faris dan Aleta, yang lagi asik memilih segala perlengkapan bayi mereka, yang tinggal beberapa bulan lagi akan lahir. Sampainya di samping Faris dan Aleta, Melda mulai menatap ke sana ke mari mencari-cari keberadaan Reza, yang tidak terlihat sama sekali di sekitar situ.
Aleta begitu heboh dan bersemangat, di saat dia melihat pakaian bayi yang begitu lucu, sampai-sampai dia tidak sadar dengan keberadaan Melda di sampingnya. Sedangkan Faris yang berdiri tidak jauh dari Aleta, sedang sibuk menelepon salah satu rekan bisnisnya, yang sudah menunggunya sejak tadi di kantornya.
Dengan semua yang mereka miliki, membuat Faris dan Papa Fahri menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Mereka selalu di buruh oleh pengusaha-pengusaha lainnya untuk menjalin kerja sama. Tapi walaupun begitu, mereka tidak pernah merasa sombong dengan semua yang mereka miliki.
Faris yang sudah terlanjur melakukan janji bersama rekan bisnisnya itu, dengan terpaksa harus kembali ke kantor saat itu juga. Setelah selesai berbicara dengan rekan bisnisnya, Faris dengan segera menghampiri Aleta dan Melda, yang sedang asyik memilih segalah hal yang ingin mereka beli, dari perlengkapan bayi sampai perlengkapan mereka sendiri.
"Sayaang,, Mas harus kembali ke kantor, karena rekan bisnis Mas sudah menunggu sejak tadi," kata Faris sambil menatap Aleta, yang masih sibuk memilih barang belanjaannya.
"Ngga apa-apa, Mas balik aja ke kantor! Nanti biar Bang Reza saja yang nemanin kita," ujar Aleta sambil berbalik menatap Faris.
"Iya, kalau gitu Mas langsung pergi ya! Nanti kalian berdua sama Reza saja!" Kata Faris dan langsung mengecup kening Aleta, kemudian dia segera bergegas meninggalkan mall itu.
Faris memilih kembali ke kantor menggunakan taxi, dan mobilnya dia tinggalkan untuk Reza, Aleta, dan Melda yang masih berbelanja di Mall milik keluarganya itu. Dalam perjalanan menuju kantor, Faris tidak lupa menghubungi Reza, untuk memintanya menemani Aleta dan Melda yang belum selesai berbelanja.
Selesai berbicara dengan Faris, Reza yang baru selesai membayar barang belanjaannya, langsung melangkah menuju ke tempat Melda dan Aleta. Dari kejauhan Reza sudah melihat Melda dan Aleta, sedang mengeluarkan kartu kredit mereka untuk membayar barang belanjaan, yang sudah siap di bawa oleh salah seorang karyawan laki-laki, yang sedang berdiri di samping mereka.
"Biar Abang saja yang bayar!" Suara Reza tepat di belakang Melda dan Aleta.
Walaupun mall itu milik keluarga Permana, tapi tidak ada yang gratis untuk anggota keluarga dari pemiliknya, karena itu keputusan yang di buat langsung oleh Papa Fahri dari semenjak mall itu di resmikan, dan apa yang menjadi keputusan Papa Fahri, sangat di patuhi oleh seluruh anggota keluarganya, termasuk Opa Indra juga Oma Rita di saat mereka masih ada.
Selesai membayar barang belanjaan mereka, Reza pun langsung melangkah bersama Melda juga Aleta menuju parkiran mobil. Setelah barang-barang mereka semua di masukan ke dalam mobil, dengan sangat hati-hati Reza pun segera membantu Aleta untuk masuk ke dalam mobil.
Dalam perjalanan, Reza yang sedang mengemudi sesekali melirik Melda, yang sedang mengobrol bersama Aleta di bagian belakang, sambil sebelah tangannya meraba benda yang ada di dalam saku celananya, yang tadi sempat dia beli di Mall. Tanpa Melda ketahui, ternyata Reza sudah membelikan sesuatu sebagai bukti cintainya.
Hanya memakan waktu setengah jam, mereka sudah sampai di depan rumah. Selesai membantu Aleta untuk keluar dari dalam mobil, Reza pun langsung memutar dan membukakan pintu untuk Melda. Melihat wajah Reza tepat di hadapannya, membuat perasaan Melda seketika kembali takut, akan kehilangan laki-laki yang sangat dia cintai itu.
Ingin rasanya Melda memeluk tubuh kekar di hadapannya itu, dan meminta untuk jangan pergi darinya. Setelah kepergian kedua orang tuanya, hanyalah Reza yang menjadi harapan kebahagiannya di kemudian hari nanti. Dan dia tidak ingin harapannya itu hancur hanya karena perjodohan, yang sudah menjadi satu kebiasaan dalam keluarganya.
Melihat tatapan Melda yang begitu sendu, membuat senyum di wajah Reza seketika menghilang. Dia merasa seperti ada yang aneh dengan tatapan wanita cantiknya itu, karena tatapan Melda terlihat seperti sedang menyimpan beban yang begitu besar.
Perjodohan yang di rencnakan oleh keluarganya, seperti sebuah musibah untuk Melda. Dia ingin sekali di saat-saat seperti itu ada kedua orang tuanya, biar dia bisa mengatakan apa yang dia inginkan tanpa ada rasa ragu, karena dia tahu kedua orang tuanya selalu menuruti apa yang dia inginkan.
Reza yang sudah kembali masuk ke dalam mobil, hanya terdiam sambil menatap Melda yang sudah melangkah memasuki rumah bersama Aleta. Pikirannya seketika jadi terganggu memikirkan Melda, yang tadi menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa.
Melda yang sudah berada di dalam rumah, memilih untuk segera naik ke lantai atas melewati tangga. Dia melangkah menaiki anak tangga dengan air mata yang sudah kembali berlinang membasahi wajahnya, karena takut akan kehilangan Reza.
Sedangkan Reza yang sudah melajukan mobilnya kembali ke kantor, merasa sangat tidak tenang memikirkan Melda, yang tadi menatapnya dengan tatapan penuh beban. Dengan pandangan lurus ke depan, Reza pun bertanya-tanya dalam hatinya.
"Mengapa dia menatapku seperti itu? Apa ada masalah yang tidak aku ketahui?" Reza bertanya-tanya dalam hatinya dengan tampang kebingungan.
Sedangkan Melda yang sudah duduk di atas tempat tidurnya, hanya bisa menatap foto Reza yang selalu dia simpan di bawah bantalnya, sambil berkata-kata dengan air mata yang semakin deras, meluncur membasahi wajahnya yang terlihat begitu menyedihkan.
"Baang,, apa kita nanti akan berpisah? Aku tidak sanggup kalau harus berpisah denganmu. Hiks,,,hiks,,,,hiks." Melda berkata-kata sambil menangis tersedu-sedu, dengan foto Reza yang sudah berada di dalam pelukannya.
Entah mengapa, tapi tiba-tiba Melda merasa kalau dia nantinya akan berpisah dengan Reza. Perasaan itulah yang membuat dia tidak dapat untuk menahan tangisannya. Padahal sejak tadi dia sudah berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri, kalau dia dan Reza tidak akan pernah terpisahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Fenty Izzi
🥺😭😭😭
2022-10-04
0
Saras Utami
ikut sedih😭😭
2022-05-08
0
Lilis Lili
😭😭😭
2022-03-02
0