Sesampainya disana aku melihat semua orang sedang fokus ke layar monitor.
"James, Alice bagaimana situasinya?"
"Ah... Frantz kamu telah kembali."
"Selamat datang, Yang Mulia."
"Ya, terima kasih. Jadi bagaimana situasinya sekarang?"
"Pulau X telah diperiksa kembali dan mereka mengatakan pulau tersebut bisa ditinggali oleh kita. Untuk material pulau itu memiliki minyak mentah dan sebuah bukit yang memiliki besi. Pulau itu juga memiliki tanah yang bagus untuk berbagai tanaman."
James memberi tahuku itu sambil memberikan laporan yang telah dicetak dan dikumpulkan dalam sebuah map.
Aku pun membuka map itu dan mulai membacanya. Tidak ada yang spesial dari laporan itu kecuali laporan yang dari hutan monster. Walaupun sarangnya sudah dihancurkan tapi masih ada beberapa monster yang menjadi gila dan brutal.
Sepertinya sarang itu tempat pemimpin monster itu. Jadi saat pemimpinnya tidak ada, para monster lainnya mulai memperluas wilayah mereka.
"Kalau begitu ada perubahan rencana. James, Ryan, Clinton dan Hermes kalian akan ke pulau tersebut."
"Baik, Yang Mulia."
"Aku, Alice dan Suigin serta para Jenderal juga akan ikut kalian. Jadi kalian bisa merencanakannya bersama."
"Yang Mulia itu berbahaya!"
Suigin tiba-tiba saja berteriak. Aku mengerti maksud Suigin tapi aku harus mempercepat pembangunan di wilayah itu. Dengan kekuatanku tidak perlu berjam-jam untuk membangun kota.
"Situasi yang sekarang telah berubah, Suigin. Kita harus mendapatkan wilayah itu secepatnya. Berbahaya atau tidaknya aku tetap ingin kesana secepatnya. Untuk perlindunganku dan Alice, aku percayakan pada kalian untuk mengurusnya."
"Baik, Yang Mulia."
Suigin tampak pasrah menerima perintahku.
Rencana ini harus berjalan dengan baik. Jika semuanya berjalan lancar, kami bisa menguasai pulau X dengan cepat dan membuat basis terdepan di hutan penuh monster itu.
Tidak akan ada yang bisa menembus hutan itu jika telah dibangun basis.
"Frantz, wajahmu sangat menyeramkan. Itu membuatku agak takut denganmu."
Eh... Ini bahaya sangat bahaya, bisa-bisa aku akan dijauhi jika terus seperti ini.
"Ah maaf, Alice."
Aku meminta maaf pada Alice dan ia hanya mengangguk saja.
Maaf Alice tapi inilah aku saat sedang serius.
"Rommel, Guderian, Patton, MacArthur, Montgomery, Rokossovsky dan Zhukov kalian akan langsung berangkat ke hutan yang berada di seberang pulau itu setelah aku tiba di pulau X. Disana sudah ada pasukan yang telah menunggu kalian. Misi kalian adalah menguasai hutan tersebut hingga keluar hutan, lalu membuat benteng perlindungan. Jika kalian menemukan monster hancurkan saja dan jika itu manusia kita bisa meminta informasi darinya. Apa kalian mengerti?"
"Ya! Kami mengerti!"
Setelah aku memberikan misi kepadanya aku duduk di kursiku. Lalu, Manstein bertanya padaku.
"Bagaimana dengan pembagian pasukannya, Yang Mulia?"
"Maaf aku lupa tentang itu. Manstein, kamu akan menjadi pemimpin seluruh pasukan darat dan kamu lah yang akan membagi pasukan itu. Jika ada yang kurang kirimkan saja laporannya. Alat untukmu dan lainnya akan diberikan nanti. Aku juga percayakan kamu membagi pasukan untuk para jenderal lainnya."
"Ya! Terima kasih atas kepercayaan Anda, Yang Mulia!"
"Oke, orang yang berada di bawah perintahku langsung adalah Suigin, Manstein dan Yamamoto. Jika ada laporan berikan ke mereka bertiga sebelum dikirim padaku. Terutama kalian bertiga, aku membutuhkan bantuan kalian. Manstein kau boleh membagikan pasukan sekarang agar para Jenderal bisa memulai misi mereka secepatnya. "
"Baik, Yang Mulia!"
Jawab semua orang serentak kecuali Alice.
"Bagus kalau begitu, aku ingin persiapan yang matang sebelum kesana. Jadi malam ini kita akan megadakan rapat lagi."
"Baik, Yang Mulia!"
"Aku akan istirahat bersama Alice. Aku serahkan situasi saat ini ke Manstein. Jika dapat informasi atau sesuatu yang membutuhkan keputusanku, kalian bisa memanggilku."
Aku pun pergi dengan Alice. Semua orang yang berada di ruang operator memberikan hormat pada kami. Aku hanya jalan dan mengabaikan hormat itu.
Kami menuju kamar kami untuk istirahat. Perlu aku katakan lagi, ruang komando itu berada di bawah tanah dan kamar kami berada di istana yang megah dan luas. Jadi akan sangat lama menuju kesana.
Mungkin bisa 30 menit sampai 1 jam untuk sampai ke sana.
Saat membangun tempat disana nanti, aku akan membuat ruang kontrol di samping ruang kerjaku saja. Sangat melelahkan jika harus berjalan jauh.
*** POV 3 ***
Pos terdepan hutan monster masih sibuk dengan pengintaian dan pembuatan benteng.
Seorang Letnan angkatan darat Rogne Forte bernama Harald berjalan cepat mencari seseorang. Harald melihat seseorang yang ia kenal, lalu menghampirinya.
"Dimana Mayor Gregor!?"
Orang yang Harald hampiri terkejut dan langsung memberikan hormat pada Harald.
"Dia berada di barak pengobatan, Pak."
"Terima kasih teruslah bekerja."
"Baik, Pak!"
Prajurit itu memberikan hormat dan pergi. Sedangkan Harald terus berjalan, setelah menemukan tujuannya ia menuju barak pengobatan.
Sesampainya disana Harald melihat orang-orang sedang sibuk mengobati prajurit yang terluka.
"Mayor Gregor!"
Harald berteriak dan seorang prajurit yang tampak memiliki pangkat pun menghampirinya.
"Letnan Harald apa yang terjadi?"
"Mayor Gregor, saya mendapat informasi dari HQ kalau Yang Mulia akan turun minggu ini. Lokasi pendaratan dia, telah ditentukan di pulau X. Mungkin ia akan kesini setelah menginpeksi daerah sana."
"Apa kau bilang!? Bukankah itu terlalu cepat! Wilayah baru ini masih memerlukan banyak waktu, jadi itu akan berbahaya untuk Yang Mulia."
"Semua orang disana juga tidak ada yang setuju Yang Mulia turun ke wilayah berbahaya ini. Bahkan Perdana Menteri Suigin tidak bisa menahannya."
"Apa kau serius?"
"Ya, saya serius."
Mayor Gregor menutup matanya dan berpikir sebentar.
"Baiklah, aku akan ke ruang kontrol. Kamu bantu disini untuk sementara, nanti aku panggil."
"Baik, Pak."
Mayor Gregor pun pergi meninggalkan barak dan menuju ruang kontrol.
Sesampainya di ruang kontrol Mayor Gregor langsung menuju ke operator radio.
"Bagaimana situasinya?"
"Mayor Gregor!"
"Tetap kerjakan tugasmu. Jadi bagaimana situasinya?"
"Baik. Tim pengintai nomor 2 dan 4 beberapa kali bertemu dengan monster. Mereka belum mendapatkan kerugian 1 pun. Dan..."
"Apa?"
"Tim 3 dan 1 menemukan sebuah desa. Desa yang ditemukan Tim 3 telah kosong mungkin mereka sudah evakuasi. Namun desa yang ditemukan tim 1 sudah hancur. Warga mereka terbantai dan mereka menemukan 5 anak kecil, 2 gadis dan 3 remaja pria."
'Sepertinya itu kesalahan kita karena telah menjatuhkan bom di sarang pemimpin para monster.'
Pikir Mayor Gregor sedikit menyesal.
"Lalu apa para korban yang selamat sudah dibawa?"
"Mereka masih melakukan komunikasi disana. Karena tim pengintai hanya menggunakan Humvee jadi mereka belum bisa membawa korban."
"Baiklah kirim tim pengintai terdekat untuk membantu."
"Baik, Pak!"
Prajurit itu pun melakukan komunikasi dengan pasukan pengintai.
"Mereka bisa membantu pak."
"Bagus. Perintahkan mereka untuk kembali dengan memprioritaskan para korban."
"Dimengerti."
Prajurit itu kembali berkomunikasi dengan mereka. Mayor Gregor berbalik badan dan memanggil seorang penjaga.
"Hei kamu."
"Ya pak."
Penjaga itu memberi hormat pada Mayor Gregor.
"Panggilkan Letnan Harald"
"Baik, Pak!"
Prajurit itu pun pergi meninggalkan ruaangan. Setelah prajurit itu pergi, Mayor Gregor kembali memerintah pasukannya melalui radio.
Ia mempercepat pembangunan garis pertahanan. Ia juga meminta beberapa tentara untuk memasang ranjau lagi, beberapa meter dari kamp.
Sedangkan di Benteng Bartham kepanikan masih terus terjadi. Mereka menahan serangan monster dengan kemampuan mereka sendiri dan saling membantu.
Serangan jarak jauh hanya ada sihir dan panah. Sihir akan cepat habis dibandingkan panah. Senjata andalan mereka juga hanya pelontar tombak dan pelontar batu.
Mereka terus bertahan dengan persediaan yang ada dan mencoba mengurangi penggunaan skala besar.
"Pintu gerbang selatan sudah rusak parah! Bunyikan bel darurat!"
"Cepat bunuh Ogre itu!"
"Lindungi benteng!"
Para prajurit yang berada di gerbang selatan berteriak. Hanya tersisa puluhan orang saja yang masih bertahan di atas benteng selatan. Beberapa prajurit telah kabur ke utara.
"Apa!"
laporan pun datang ke ruang kerja milik Raeburn.
"Sial! Aku akan membantu gerbang selatan! Kumpulkan prajurit yang berani untuk segera menuju gerbang selatan."
Raeburn bangkit dari kursinya dan berlari keluar. Ia diikuti oleh beberapa prajurit menuju gerbang selatan.
Gerbang selatan benteng Bartham sebenarnya lebih kuat dari gerbang lainnya. Karena gerbang selatan langsung mengarah ke hutan kematian. Tapi sekuat apapun benteng itu, jika melawan hukum alam aka tetap kalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
agen
nice 😏🙃
2021-03-26
0
Cidddx
seru thor
2021-01-31
0
Umi Yan
lanjut thor, ditunggu lagi up terbarunya😊
Maaf, ijin promo yah thor "Cinta Sang Desainer" terimakasih😊🙏
Semangat dan sukses selalu untuk authornya😊👍💪🙏
2020-10-12
1