Setelah Suigin tidak ada, aku kembali menatap Alice yang sedari tadi hanya diam memperhatikanku dan Suigin.
"Alice sepertinya masih ada sesuatu yang perlu aku lakukan, jadi maukah kamu ikut denganku atau menunggu disini?"
"Tentu saja aku pasti akan ikut denganmu kemana pun kamu pergi."
"Kalau begitu ayo kita pergi ke ruang tahta. Sekalian kita mengobrol disana."
"Yasudah, aku ikut saja."
Jawab Alice mengangguk dan tersenyum padaku. Ah senyumnya Alice sangatlah indah.
Kami berdua pun keluar dan menuju ruang tahta. Di luar kami bertemu pelayan dan menyuruhnya meembereskan kamar kami. Jadi kali ini tidak ada yang mengantar kami ke ruang tahta.
Ya itu juga keinginanku karena tidak ingin diganggu.
Namun nyatanya hanya ada keheningan di sepanjang jalan. Alice tidak berkata aku pun juga begitu. Mungkin kami bingung ingin mengatakan apa.
Sesampainya di ruang tahta, aku langsung duduk di kursi milikku dan Alice juga duduk di sampingku. Karena kursiku memang lebar, jadi aku dan Alice duduk bersama.
Aku dan Alice menciptakan beberapa hal kecil seperti kendaraan pribadi dan lain-lain. Tentu saja itu dilakukan dengan tabku.
*** POV Ryan Tranes ***
Namaku Ryan Tranes aku lahir dan hidup di kota ini. Sekarang aku telah menjadi perwakilan atau gubernur kota ini.
Banyak sekali rintangan yang aku hadapi untuk memajukan kota ini.
Kota ini sudah sangat indah sejak aku lahir. Keinginan terbesarku adalah memasuki istana dan bertemu dengan Yang Mulia.
Yang Mulia telah tinggal di istana dan tidak pernah keluar. Aku hanya mengetahui kalau raja telah berganti.
Ia bagaikan dewa bagi kami. Ia memberikan kebaikan yang adil kepada kami, jadi keinginan terbesar rakyat ini adalah melihat wajah Yang Mulia.
Tapi itu sudah berlalu...
Tuan Suigin telah memanggilku, bawahannya mengatakan kalau tuan Suigin telah diperintahkan oleh Yang Mulia untuk mengumpulkan para perwakilan.
Tentu saja itu membuatku sangat senang. Aku langsung membereskan berkasku dan dengan cepat berkemas.
Setelah berkemas aku langsung pergi keluar dan ternyata di luar sudah ada sebuah mobil militer yang sedang menungguku.
"Yang Mulia benar-benar baik hati."
Aku bersumpah tidak akan mengecewakannya.
Di perjalanan aku mengeluarkan laptopku dan mengetik kesimpulan dari semua berkas yang aku bawa. Aku mungkin tidak akan sempat untuk menyimpulkan semuanya. Tapi aku akan berusaha.
Karena tempatku cukup dekat dengan Istana, jadi aku tidak memerlukan banyak waktu untuk sampai disana. Hanya 30 menit aku sudah sampai di gerbang istana.
Saat aku masuk kesana, aku sungguh terkejut dengan luasnya istana ini. Mungkin jika halaman istana ini sudah cukup untuk bermain sepak bola. Karena halamannya saja sudah sangat lebar.
Di pintu masuk istana aku melihat tuan Suigin sedang menunggu.
Membuat Tuan Suigin menunggu, itu adalah sebuah kehormatan tertinggi yang pernah saya alami.
"S-senang bertemu dengan Anda, tuan Suigin."
"Senang bertemu dengan Anda juga, tuan Ryan."
Betapa bahagianya diriku dapat bersalaman dengan tokoh negara ini.
"Ini untukmu dan silahkan masuk ke dalam. Seseorang akan mengantarkanmu ke ruang tamu."
Tuan Suigin memberiku sebuah tab dan buku kecil yang sepertinya sebuah panduan.
"Terima kasih, tuan Suigin. Jika boleh tau untuk apa alat ini?"
"Itu untuk mengirim informasi ataupun tugasmu kepada Yang Mulia secara langsung. Yang Mulia telah membuat itu dengan tangannya sendiri, jadi berbanggalah dirimu."
Aku sungguh terkejut mendengarnya. Tuan Suigin mengatakan alat ini dibuat langsung oleh Yang Mulia. Ini berarti sebuah kehormatan yang lebih tinggi lagi yang pernah aku dapatkan..
"Petunjuk penggunaan ada di buku itu. Jadi, pelajarilah alat itu."
"T-terima kasih, tuan Suigin."
Aku pun langsung masuk ke istana. Di dalam istana aku merasa sangat tertekan dan takut mengotori istana ini.
Dinding dilapisi oleh emas dan berlian, lantai yang bersih dan barang-barang yang terlihat sangat mewah. Mungkin semua kekayaanku hanya cukup untuk membayar 1 vas yang ada di istana ini. Atau mungkin akan kurang.
Kesombongaku saat menjadi gubernur karena memiliki kekuatan dan kekayaan langsung menghilang seketika setelah melihat istana ini.
"Tuan Ryan?"
"A-ah ya."
Aku terkejut karena seorang pelayan perempuan yang memanggilku.
"Tolong ikuti saya."
"B-baik."
Ternyata dia adalah pemandunya.
Sepanjang jalanku menuju ruang tamu sungguh pengalam yang sangat hebat. Pelayan itu menjelaskan ruangan-ruangan istana ini dan apapun yang aku tanyai tentang istana ini di jawab olehnya.
"Terima kasih sudah memanduku dan memberitahu. Kalau boleh tau, siapa nama Anda?"
"Tidak apa-apa dan saya tidak memiliki nama."
Oh shit aku lupa. Seluruh pelayan di istana ini adalah orang-orang hebat. Bahkan 1 pelayan wanita sudah bisa mengalahkan puluhan prajurit biasa.
Namun mereka tidak memiliki nama. Nama mereka adalah sebuah kehormatan langsung dari Yang Mulia. Jadi, mereka hanya akan mendapatkan nama jika Yang Mulia memberikan nama pada mereka.
"Ah maaf sudah bertanya itu."
"Tidak perlu meminta maaf. Sudah sampai, silahkan duduk di tempat yang Anda suka. Saya akan membawakan teh dan cemilan untuk Anda."
"Maaf merepotkan dan terima kasih."
Aku pun masuk ke dalam ruang tamu.
Ruang tamu istana tidak seperti ruang tamu orang-orang. Ruangan ini tidak memiliki TV ataupun hiburan. Hanya ada meja, sofa dan lemari kaca yang dipenuhi barang antik.
Aku pun duduk di sofa dan merasakan kelembutan yang luar biasa. Kelembutan sofa ini sudah seperi bulu kucing. Bahkan jika aku tidur di sofa ini, aku akan sangat senang.
"Sungguh menakjubkan."
Disaat aku melamun aku teringat perintah tuan Suigin untuk mempelajari alat yang ia berikan padaku.
Aku pun membuka buku panduan dan membacanya. Tab ini seperti tab pada umumnya, hanya saja tab ini memiliki kontak Yang Mulia dan memiliki akses ke data negara.
Keamanan tab ini juga hebat, aku harus mendaftarkan retina dan sidik jariku ke tab ini. Sungguh alat yang sangat hebat, seperti yang diharapkan dari alat yang dibuat langsung oleh Yang Mulia.
Setelah mengerti penggunaan alat itu. Aku langsung mengirim berkasku yang ada di laptop ke tab itu. Lalu aku melanjutkan tugasku di tab. Walaupun pengetikannya agak ribet tapi ini adalah barang yang diberika Yang Mulia.
Tidak terasa 1 jam pun berlalu dan semua perwakilan telah berkumpul. Aku pernah bertemu dengan mereka tapi tidak pernah berkumpul bersama seperti ini.
Setelah kami berkumpul, tuan Suigin masuk ke dalam ruangan.
"Baiklah tuan-tuan. Selamat datang di istana. Juga selamat untuk kalian karena akan bertemu langsung dengan Yang Mulia."
Aku sangat senang mendengar itu tapi aku mencoba untuk menahan wajahku. Aku yakin semuanya juga begitu. Kami sudah terbiasa menggunakan poker face untuk mengahadapi segala keadaan.
"Alat yang telah aku berikan adalah pemberian dari Yang Mulia untuk kalian. Semua urusan negara yang sudah kalian simpulkan harus dikirimkan kepada Yang Mulia. Tugas dari Yang Mulia juga akan ditampilkan disana. Nomor kode Yang Mulia adalah nomor 1, nomor 2 adalah milik nyonya Alice, dan nomor kode kalian bisa lihat di kontak."
Kami dengan bersamaan membuka kontak dan melihat kode-kode yang disana. Ternya aku mendapatkan nomor 6.
"Baiklah, sekarang kita akan ke ruang tahta. Semua peralatan dan tas kalian harus ditinggal di sini. Kalian hanya perlu membawa tab itu."
Kami pun mengikuti perintah tuan Suigin. Aku meletakkan hp, pulpen dan buku catatanku di meja.
Aku melihat tuan James meletakkan pistolnya di meja. Bahkan orang seperti tuan James yang selalu membawa pistol, kali ini ia meletakkannya di meja. Sungguh luar biasa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
agen
next chapter oyyy
2021-03-26
0