Tidak lama kami pun mendarat di Pulau X. Tidak ada yang bagus hanya perumahan kecil dan hutan. Itu adalah perjuangan mereka hidup di hutan.
"Yang Mulia, selamat datang di pulau X. Saya adalah Mayor Mathias, senang menyambut Anda."
Di bawah pesawat ternyata sudah ada orang menyambutku. Bahkan ada sebuah karpet merah sepanjang jalan menuju mobil sedan berwarna hitam. Di sisi karpet juga sudah ada barisan tentara yang bersenjata lengkap.
'Sejak kapan ada sedan disini? Apa seseorang mengirimnya?'
"Terima kasih sambutannya. Aku senang melihat kalian baik-baik saja. Kerja keras kalian juga pantas untuk dipuji."
"Sebuah kehormatan bisa dipuji oleh Anda Yang Mulia. Saya akan mengantar Anda ke kediaman Anda."
Mathias adalah seorang Mayor muda, ia juga memiliki wajah yang tampan, dengan rambut blonde dan tubuh yang bagus.
Apa dia sudah punya istri? Jika benar para wanita pasti iri dengan istrinya dia.
Aku pun memandang Alice yang berada di sampingku.
"Alice, aku ingin melihat sekitar dulu. Kau akan ikut apa langsung ke rumah untuk beristirahat."
"Tentu saja aku akan ikut denganmu."
Alice menjawabku dan tersenyum. Aku pun membalasnya dengan tersenyum juga.
"Maaf, Mayor. Aku ingin melihat sekitar terlebih dahulu sebelum ke kediaman yang kau sebutkan. Juga aku ingin berjalan kaki saja."
"Ah Anda akan melakukan inspeksi langsung. Kami sudah menyiapkan rute agar Anda lebih mudah melihat sekitar. "
Sepertinya dia salah tanggap... Padahal aku hanya ingin berjalan-jalan untuk menenangkan diriku setelah penerbangan. Kenapa jadi sebuah inspeksi? Biarlah...
"Boleh aku minta sebuah payung?"
"Maaf?"
"Sebuah payung, boleh aku meminta satu?"
"Aaaa... Maafkan saya. Tunggu sebentar."
Ngomong-ngomong kami ngobrol masih diatas karpet merah loh. Dan disini sudah cukup panas. Mayor Mathias pergi begitu saja menginggalkan kami. Ia pergi ke mobil mengambil sesuatu dan langsung lari ke kami.
Ia pun membuka payung itu dan mulai memayungiku.
"Kamu tidak perlu memayungi kami. Kamu cukup pimpin saja jalannya. Biar aku yang memegang payung itu."
"Baik Yang Mulia."
Dia pun menyerahkan payungnya padaku.
"Apa begini lebih baik Alice?"
"Ya ini membuatku mengenang sesuatu yang lucu. Walaupun dulu cuacanya sedang hujan."
"Sepertinya aku tau apa yang kamu maksud."
Alice pasti mengenang tentang aku yang memberikannya sebuah payung dengan malu-malu saat masih di sekolah. Setelah memberikannya aku langsung lari meninggalkanya.
Besoknya hujan lagi dan aku lupa kalau payungku sudah dikasih ke Alice. Tapi akhirnya Alice memberiku payung itu dan kami pun berjalan bersama di bawah payung, padahal hujannya juga sudah mulai reda.
Rombongan kami pun mengikuti Mayor Mathias. Aku tidak melihat para Jenderal kecuali Yamamoto dan Manstein. Apa mereka ada perlu?
Pertama kami menuju tempat persedian barang. Tempat itu sudah dibangun dengan bagus dan memiliki sektor-sektor. Seperti sektor bahan bakar, makanan dan amunisi.
Kedua kami menuju barak tentara, para tentara menyambutku dengan sangat antusias. Disana aku tidak masuk ke dalam barak tapi memakan waktu yang cukup lama. Karena aku bersalaman dengan tentara dan terkadang memeluknya.
Itu sangat menyenangkan...
Lalu kami menuju rumah sakit sementara, ukuranya sama seperti barak. Disana juga ada beberapa tentara yang terluka. Aku melihat seorang tentara yang sedang berada di ruang isolasi.
"Kenapa dia?"
"Sebelumnya dia terluka saat sedang mengintai. Tapi saat dia kembali luka itu memburuk, ternyata dia alergi dengan sengatan lebah. Jadi lukanya memburuk karena sengatan."
"Apa kondisinya sudah normal?"
"Dia sudah stabil, minggu depan dia sudah bisa bertugas."
"Hmmm... Boleh aku minta kertas dan pulpen?"
"Baik Yang Mulia."
Seorang dokter militer memberikan sebuah kertas kosong dan sebuah pulpen. Aku pun membuat kata-kata semangat dan memberinya tanda tangan.
"Berikan ini padanya. Dan biarkan dia beristirahat seminggu lagi. "
"Baik Yang Mulia."
Dokter itu mengambil kertas dan pulpen yang aku berikan. Lalu dia langsung pergi.
Setelah itu kami melanjutkan perjalan kami. Kali ini kami menuju sebuah parkiran? Mungkin lebih tepatnya garasi militer.
Hanya ada beberapa tank dan humvee, karena disini tidak terlalu berbahaya jadi kami tidak mengirimkannya banyak senjata berat. Tapi aku akan membuatnya lebih banyak nanti.
Disamping garasi ada tempat pelatihan, itu cukup luas. Mungkin seukuran 3 lapangan futsal. Mungkin lebih kecil dari lapangan latihan biasanya, tapi fasilitas pelatihan cukup lengkap karena mereka membuatnya sendiri.
Terakhir kami menuju kediaman. Sebuah gedung yang cukup besar dan masih dalam tahap pembangunan. Bukankah jika aku masuk kesana akan lebih berbahaya?
"Maafkan kami Yang Mulia. Kediaman Andamasih dalam pembangunan, tapi untuk tempat istirahat Anda sudah selesai dibangun."
"Apa-apaan ini!? Harusnya kau membuat laporan terlebih dahulu jika sedang dibangun? Apa kau ingin menggangu istirahat Yang Mulia!?"
"T-tentu saja saya tidak berani, Jenderal Manstein."
"Lalu kenapa kau tidak membuat laopran atau mengatakan padaku terlebih dahulu!"
"M-maaf..."
Manstein sepertinya sangat marah pada Mathias. Ya mungkin itu normal jika Manstein marah. Mathias tidak mengirimkan laporan pada Manstein, seperti seorang prajurit yang masih baru saja.
"Sudah cukup Manstein..."
Manstein menatapku lalu menundukkan kepalanya. Dia pun mundur dan berhenti memarahi Mathias.
"Baiklah Mathias, aku akan menyelesaikan gedung itu dengan kekuatanku. Tapi kau tetap harus menerima hukuman dari Manstein karena tidak melaporkan ini padanya."
"Y-ya..."
"Apa kau setuju? jika setuju jawab dengan keras! Jangan seperti seorang pengecut!"
"Yes Sir!"
"Bagus, sebelum Manstein memberikanmu hukuman. Kau ambil dulu rancangan gedung ini dan berikan padaku."
"Baik Yang Mulia... Saya akan mengambilkannya untuk Anda."
Mathias pun pergi ke tempat pembangunan. Sedangkan kami lanjut berjalan ke tempat yang seperti taman. Walaupun sebenarnya itu masih sebuah dataran yang penuh rumput.
Kami duduk di bawah pohon besar. Pohon besar ini berada tepat di tengah lapangan. Tidak aneh jika pohon ini tidak ditebang oleh mereka, karena pemandangan dari sini sangat bagus.
Saat aku dan Alice ingin duduk di atas rumput, Manstein dan Suigin tidak setuju. Berbeda dengan Yamamoto yang diam saja sejak awal, dan sekarang ia bahkan duduk duluan.
Aku tanpa mendengarkan ocehan Manstein dan Suigin pun duduk dengan Alice. Pada akhirnya mereka menyerah dan duduk bersama kami.
"Alice."
"Ya?"
"Apakah ini sudah menjadi kedamaian yang kita inginkan?"
"Selama kita merasa nyaman dan bahagia bersama, itulah kedamaian sebenarnya."
"Kau benar."
Aku tersenyum menatap langit. Itu benar, kedamaianku adalah bisa melihat senyuman Alice setiap hari.
"Alice, apa boleh meminjam pahamu untuk istirahat?"
"Silahkan."
Alice menjawabku dan tersenyum. Aku pun menggunakan bantal paha Alice.
Alice menyentuh rambutku dan mengelusnya dengan lembut. Tangannya terasa sangat nyaman, aku meliat ke atas dan melihat Alice yang tersenyum padaku.
Karena terasa sangat nyaman aku pun mulai tertidur...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
agen
nice 😏🙃
2021-03-26
0
Cidddx
lanjut
2021-01-31
0