Saat ini Gea tengah berdiri di depan cermin di kamarnya. Ia mematut tubuhnya, memutar ke kiri kemudian ke kanan untuk melihat, apakah pakaian yang ia kenakan cocok atau tidak. Gea mendengus kesal. Belum ada satupun dari beberapa baju yang ia coba terlihat menarik menurutnya. Banyak pakaian berserakan di atas ranjangnya akibat ulahnya sendiri.
"Haihhh kenapa gak ada yang cocok sih? Mana sebentar lagi Davin sampai lagi," keluhnya sambil berkacak pinggang.
Gea masih berusaha mencari pakaian yang cocok saat ia kenakan untuk kencannya malam ini. Davin mengajaknya berkencan saat mereka bertukar suara.
Pada akhirnya ia menjatuhkan pilihannya di kaos putih yang bisa dibilang oversize, yang dipadukan dengan celana jeans warna hitam. Ujung kaos ia masukan ke dalam celananya. Ia memakai sepatu kets berwarna putih.
Gea mematut tubuhnya lagi. Ia tersenyum puas dengan style yang ia gunakan saat ini.
"Ckckck kenapa tidak terpikirkan dari tadi ya? Gini kan lebih nyaman," ucapnya sambil menghadap ke cermin.
Gea termasuk wanita yang fleksibel. Dia bisa berpakaian dengan style feminin namun bisa juga berpakaian seperti cewek tomboy pada umumnya.
Gea mendengar suara orang mengetuk pintu. Ia menolehkan kepalanya ke arah dari mana sumber suara itu berasal.
"Itu pasti dia."
Gea bergegas berlari keluar. Wajah sumringah ia tunjukkan. Ia membuka pintu rumahnya dengan semangat yang membara.
Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi berdiri di depannya ketika pintu terbuka sempurna. Senyum manis terlukis di wajah yang tampan sang kekasih. Gea menyambut sang kekasih dengan senyuman.
"Sudah siap?"
Gea tersenyum sambil mengangguk, "Sudah."
"Sebentar Vin, aku mau mengambil sling bag ku dulu," ucap Gea kemudia berlari ke menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Gea menyambar sling bag yang ia gantung lalu mengambil gawai dan dompet untuk ia masukkan ke dalam sling bag nya. Ia memastikan kembali apa saja yang akan ia bawa. Setelah dirasa cukup, Gea menghampiri Davin yang tengah menunggunya di ruang tamu.
"Ayo," ajak Gea.
Mereka berdua beranjak meninggalkan rumah kontrakan Gea. Tak lupa Gea mengunci pintu rumahnya. Mereka pergi menaiki mobil mewah milik Davin. Di mata umum, bukan hal yang aneh jika seorang Gea yang hanya berprofesi sebagai cleaning service bisa mendapatkan laki-laki tampan, tajir pula. Parasnya yang cantik serta kepribadiannya yang baik dan menarik, bisa memikat siapa saja yang kenal dengannya atau bahkan baru kenal meski baru pertama kali bertemu dengannya.
Davin melajukan mobil menuju mall yang ada di kota itu. Ia ingin mengajak kekasihnya ini nonton. Percakapan ringan yang diselingi candaan rayuan gombal menjadi pengusir keaunyian di sepanjang perjalanan mereka. Suara gelak tawa terdengar di antara mereka, mengungkapkan betapa bahagianya mereka saat ini.
Selang beberapa waktu, Davin menghentikan mobilnya di depan restoran yang cukup besar. Gea menatap Davin bingung. Sedangkan yang ditatap malah sibuk melepas sabuk pengamannya.
"Loh kok ke sini? Katamu tadi kita mau nonton?" tanya Gea. Yang ia tahu, Davin ingin mengajaknya nonton.
"Memang kamu nggak lapar?" tanya Davin balik.
Gea menyengir malu karena dia ketahuan belum makan, "Hehehe lapar," ucapnya manja.
"Kok kamu tahu kalau aku lapar?" Gea mencondongkan badannya ke arah Davin.
"Emm….. Aku nggak tahu kok, aku sendiri yang lapar," ucap Davin santai.
Davin berniat menggoda kekasihnya. Dan benar saja, usahanya berhasil. Seketika muka Gea mengkerut, kesal sekaligus malu karena dugaannya salah.
"Ciyeee yang kepedean," goda Davin.
"Iiihh" Gea memalingkan mukanya.
Davin terkekeh melihat muka Gea yang menurutnya sangat menggemaskan. Bahkan suara tawanya terdengar keras. Gea semakin sebal. Ia memposisikan duduknya menghadap ke arah jalan. Punggungnya ia sandarkan di sandaran jok mobil.
"Haihhh haihhh. Iya sayang. Aku memang sengaja bawa kamu ke restoran ini karena aku tahu, sepulang kerja tadi pasti kamu belum makan. Betul kan?" tanya Davin dengan penuh perhatian.
Gea menoleh ke arah Davin.
"Astaga, manis sekali kekasihku ini. Bagaimana nggak semakin cinta kalau sikapnya saja seperti ini." batin Gea.
Ia memandang Davin dengan tatapan nanar. Ia terharu karena Davin sangat perhatian dan mengerti tentangnya.
"Astaga, pacarku yang cantik ini, gitu aja ngambeg," ledek Davin.
Davin mendekat ke arah duduk Gea. Ia mengulurkan tangannya, mencubit gemas pipi Gea. Hingga pandangan mereka bertemu. Tatapan mata mereka saling bertautan satu sama lain, cukup lama. Davin semakin mencondongkan wajahnya. Semakin detik bertambah, jarak semakin terpangkas.
Gea memejamkan matanya. "Astaga, astaga sadar Gey." Gea berusaha untuk menyadarkan dirinya kalau ini bukan prinsipnya.
Gea memalingkan mukanya ke arah jendela samping. Tangannya memegang tuas untuk membuka pintu mobil. Gea berusaha mengalihkan perhatian. Seketika pergerakan Davin terhenti. Wajah kecewa cukup terlihat jelas walau hanya untuk sesaat.
"Ayok turun, aku sudah lapar banget nih," ucap Gea gugup sambil membuka pintu mobil. Rasa canggung menyelimutinya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari mobil.
Davin tersenyum, merutuki langkah gegabahnya.
"Sabar Vin. Jangan gegabah."
Davin segera turun dari mobil menyusul sang kekasih. Mereka masuk ke dalam restoran. Menu berat, minuman dan juga dessert mereka pilih sebagai hidangan makan mereka malam ini.
Selesai makan malam. Davin melajukan mobilnya ke mall dengan kecepatan sedang. Mereka mengambil waktu nonton di jam 9 malam. Tiketnya sudah mereka beli saat di restoran dengan menggunakan aplikasi online.
Setelah mobil terparkir, Davin turun dari mobil. Ia berlari kecil agar ia bisa membukakan pintu untuk Gea. Gea tersenyum melihat sikap manis kekasihnya itu.
Mereka melangkah ke dalam. Banyak pasang mata yang memusatkan perhatian mereka ke arah sepasang kekasih itu. Paras mereka yang menawan dipadukan dengan pakaian yang serasi satu sama lain, membuat semua iri dengan Gea dan Davin. Namun Gea dan Davin tidak memperdulikan pandangan publik. Ibarat kata, menjadi pusat perhatian sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Tidak bisa dipungkiri, kpercayaan diri mereka sudah terbentuk dari kecil. Gea dan Davin merupakan anak dari keluarga terpandang. Yahh walaupun hanya sedikit orang yang mengetahui latar belakang Gea. Bahkan Davin pun tidak mengetahui siapa Gea sebenarnya.
Mereka memilih film bergenre horror komedi romantis. Sebenarnya Gea kurang suka film bergenre horror, karena ia takut hal-hal yang berbau hantu. Gea menelan ludah, ketika mengingat kejadian yang pernah terjadi sewaktu ia kecil. Ia pernah melihat mbak-mbak berbaju putih yang ternyata adalah makhluk tak kasat mata. Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik.
"Kalau kamu gak bisa nonton, kita bisa ganti acara kita. Kita bisa nonton yang lain, atau jalan-jalan mungkin?" tawar Davin.
Davin menangkap jelas ketakutan di wajah Gea. Ia tidak mau Gea mengalami hal yang tidak diinginkan. Bukan soal repot dan direpotkan, namun ia memikirkan tentang keselamatan Gea.
Gea menggeleng, "Nggak usah Vin, aku bisa kok. Kalau nggak kucoba lawan, kapan lagi aku bisa berani?" Gea kekeuh ingin menonton.
"Sayang juga uangnya kalau terbuang sia-sia Vin. Cari uang susah," ucapnya lagi.
Davin tidak tahu lagi dengan pola pikir Gea yang masih mempermasalahkan uang jika bersamanya. Davin memutar badan Gea agar menghadap ke arahnya. Ia menangkup kedua pipi Gea.
"Sayang, soal uang nggak usah dipermasalahin. Kan aku yang bayar. Jadi nggak masalah. Ayo kita cari ganti yang lain saja." Davin menggandeng tangan Gea untuk membeli tiket baru.
"Jangan Vin! Udah ini aja. Ayo masuk." Gea manarik Davin untuk masuk ke dalam, karena film akan segera diputar.
Walaupun ada genre horror nya, ternyata film itu sangat mengaduk-aduk perasaan penontonnya, terutama bagi Gea. Ia bisa merasakan ketakutan, keleucuan dan keromantisan disaat yang bersamaan. Disaat ketakutan, ia akan bersembunyi di balik lengan kokoh sang kekasih. Menangis dan hati yang serasa meleleh, ia rasakan ketika adegan romantis sepasang kekasih dimunculkan. Bahkan ia akan tertawa terpingkal-pingkal ketika bumbu-bumbu komedi ditambahkan, hingga menambah cita rasa tersendiri di film itu.
Namun bagi Davin, ekspresi Gea lah yang menarik perhatiannya. Sepanjang film diputar, wajah Gea tak luput dari pandanganya.
"Menggemaskan," batin Davin.
Pikiran liar sering kali muncul ketika ia bersama dengan Gea, apalagi melihat wajah cantik Gea yang begitu menggemaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Zzaa
mantap
2022-04-28
0
Yasmine
mantap
2022-04-27
0
Shusee👀
lanjut lagi
2022-04-26
0