"HENTIKAN!"
Hendri datang menghentikan pertengkaran yang terjadi. Suara baritonnya yang berat dan keras mampu membuat mereka berhenti. Hendri tidak tahan melihat bos sekaligus wanita yang ia anggap sebagai adik dianiaya. Ia melihat kejadian itu dari awal. Dari tadi ia berusaha menahan diri agar tidak ikut campur dan berharap akan baik-baik saja. Namun ternyata pemikirannya salah. Dela dan Clara telah melebihi batas. Gurat marah terlihat jelas di wajah Hendri.
Mereka mengalihkan pandangannya ke arah Hendri. Betapa terkejutnya Dela dan Clara saat melihat Hendri lah yang menghentikan pertengkaran mereka. Siapa sih yang tidak tahu siapa Hendri? Publik mengenal Hendri sebagai CEO sekaligus pemilik butik itu.
Tapi tidak dengan Gea. Seulas senyum miring penuh kemenangan terulas tipis di wajahnya. Hendri datang tepat waktu.
Sebenarnya Hendri telah mengetahui kedatangan Gea. Seorang karyawan tadi datang ke ruangannya untuk memberitahu bahwa wanita bernama Gea sudah datang bersama seorang pria. Saat itu juga Hendri melihat Gea dari kejauhan. Hendri ingin menghampiri Gea saat Gea duduk sendirian. Namun ia melihat kedatangan Dela dan Clara. Hendri mengurungkan niatnya. Ia ingin melihat apa yang akan terjadi jika ia tidak ada di sana.
Pertama-tama ia masih bisa menahan diri ketika Gea dihina. Ia melihat Gea masih tenang menghadapi mereka. Namun ia sudah geram ketika Gea terjatuh karena dengan sengaja Dela menghadang kaki Gea dengan kakinya. Hendri ingin segera menghampiri mereka. Namun lagi-lagi Hendri terhenti ketika melihat Gea tak sengaja merobek dress milik Dela. Ingin sekali Hendri menertawakan Dela yang malu karena dressnya sobek.
Seketika sorot matanya menajam, rahang kokohnya mengeras ketika melihat Gea dijambak oleh 2 orang sekaligus. Sungguh, ia tidak bisa membiarkan ini semua berlangsung lama. Ia tidak ingin Gea terluka.
🍂
Hendri memegang kedua pinggangnya dengan kedua tangannya untuk sejenak, lalu ia lepaskan. Ia memandang mereka satu persatu. Gea juga ikut menunduk. Ia tidak mau semua orang mengetahui bahwa ia mengenal Hendri.
"Kalau kalian mau ribut, carilah tempat lain, jangan disini. Kehadiran kalian hanya membuat pelanggan saya yang lain jadi terganggu. Apakah kalian tidak melihat sekeliling kalian?!"
Dela dan Clara mengangkat wajah mereka, melihat ke sekitar. Mereka melihat cukup banyak orang yang menyaksikan pertengkaran mereka. Dela dan Clara merutuki kebodohannya yang mudah sekali terpancing jika ia melihat keberadaan Gea.
"Sudah melihat?!"
"Kalian telah mengganggu kenyamanan pelanggan yang lain disini. Jika kalian tidak berniat untuk membeli di sini silahkan keluar. Belilah di tempat lain. Kami tidak akan rugi meski kehilangan pelanggan, apalagi pelanggan seperti kalian berdua!"
Jauh dari ekspektasi mereka. Kenapa Hendri tidak memecat Gea dan bahkan kenapa mereka yang malah diusir secara halus namun tegas?
"Kenapa Tuan tidak memecat pegawai Tuan itu? Apakah Tuan tahu? Ia telah menyobekan dress mahal anak saya!" ketus Clara.
Hendri melihat sekilas ke arah Gea. Gea ingin Hendri mengikuti apa yang telah dimulai.
Hendri tertawa hambar. "Memecat? Memecat bukan hal yang gampang untuk saya lakukan. Ia tidak akan menyobek kalau tidak ada sebab. Lagian Anda bilang, dress Anda yang katanya mahal itu sobek? Bukankah itu menggambarkan kalau dress Anda itu dress KW super?"
"Tapi dress saya ini ori!" bantah Dela tak terima.
Hendri tertawa, menertawakan kebodohan Dela.
"Dress ori dengan desain tanpa sobekan seperti yang Anda pakai, tidak akan mudah sobek kalau hanya ditarik dengan tangan hampa, apalagi tarikan seorang wanita. Jahitan produk ori pasti lebih rapi dan kualitas bahan tentunya tidak diragukan lagi. Lain kali cermati dulu kalau tidak tahu, baru mengatakan kalau produk yang Anda pakai ori!"
Jawaban Hendri membuat mereka merasa dipermalukan. Muka mereka memerah karena menahan malu sekaligus marah. Tanpa berlama-lama lagi, mereka berdua meninggalkan tempat itu.
Hendri dan Gea saling melirik. Senyum kemenangan mengembang dari bibir mereka.
"Sayang apakah kamu tidak apa?" ucap Davin yang tiba-tiba menghampiri Gea. Saat di toilet tadi, ia juga menerima telepon dari rekan bisnisnya sehingga cukup lama ia pergi. Saat kembali ia hanya melihat sekelebat dua orang yang pergi meninggalkan tempat itu.
"Maaf, maaf. Karena aku meninggalkanmu, kamu jadi begini," ucap Davin dengan sorot penuh penyesalan, bahkan hanya kejujuran yang Gea dapati saat ia melihat sorot mata Davin.
Hati Gea menghangat.
"Siapa yang melakukan ini padamu?" ucap Davin sambil merapikan rambut Gea.
Hendri tersenyum melihat kemesraan pasangan di depannya. Namun ia merasakan ada hal aneh yang ia rasakan. Namun ia tidak tahu apa. Ia berharap semua baik-baik saja.
"Syukurlah Davin tidak melihat mereka disini," batin Gea.
Gea tersenyum, "Sudah, aku gak apa-apa. Gak usah diperpanjang lagi," ucapnya lembut.
"Heem."
Deheman keras terdengar dari Hendri. Jiwa jomblonya meronta-ronta melihat kemesraan di depannya.
Mereka pun tersadar. Davin memberi hormat pada Hendri. Ia tahu kalau Hendri adalah CEO butik itu.
"Terimakasih Tuan. Suatu kehormatan bagi saya, Anda telah membantu calon istri saya." ucap Davin. Hendri tersenyum tulus.
"Sama-sama. Jaga calon istrimu baik-baik," ucap Hendri. Itu adalah pesan tersirat seorang kakak kepada calon suami adiknya. Ia tidak ingin adiknya itu tersakiti.
"Iya, Tuan." Davin mengangguk.
"Baiklah, lanjutkan aktivitas kalian. Saya mau kembali ke ruangan saya," pamit Hendri kemudian berlalu.
"Mbak silahkan mencoba gaunnya."
Gea menerima gaun itu dan berjalan menuju ruang ganti. Davin duduk di sofa, menunggu Gea siap.
Tirai pun dibuka. Gea berjalan keluar menghampiri Davin. Davin mengamati penampilan Gea. Ada sesuatu yang kurang. Ia menyuruh Gea untuk berganti. Sampai berkali-kali, namun belum ada yang pas. Yang tertutup terlalu tertutup, yang terbuka terlalu terbuka.
Tirai terbuka kembali. Gea berjalan dengan anggunnya, membuat Davin terpana melihatnya. Ini adalah gaun yang paling cocok untuk Gea menurutnya. Gaun pengantin berwarna putih dengan bahu yang terbuka. Pikiran liar kembali menghampirinya. Tak tertahankan. Namun ia harus menahannya. Jakunnya yang naik turun, sangat kentara sekali.
"Tuan, ditahan dulu ya. Tunggu sebentar lagi, Tuan," goda salah satu pelayan itu. Ia menahan tawanya agar tawanya tidak terlepas.
Gea tersipu sedangkan Davin menahan malu karena kepergok oleh pelayan itu.
Gea kembali mengganti bajunya. Setelah itu mereka pergi meninggalkan butik itu.
//
Terimakasih bagi semua yang bersedia meluangkan waktu untuk singgah ke cerita dari saya yang baru belajar dan masih harus banyak belajar.
Tanpa kalian cerita ini tidak akan pernah terbaca oleh orang lain 🤗🤗
Terimakasih semuaaa
salam receh jadi utuh
Asa Bt
(maaf belum bisa up di jam teratur 🙏🙏)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Maysaroh Suherman
kok davin lama d toilet nya ampe gak tau pacar nya d serang
2021-06-12
0
Zaitun
ua selingkuan davin ternyata saudara tiri gea
2021-06-12
0
Siti Jufrah
y..... sayang banget g ketahuan
2021-06-08
0