Davin mengerang frustasi di dalam mobilnya. Sungguh di luar dugaannya. Ternyata Gea, kekasihnya itu sulit untuk diperdaya. Ternyata dia tidak selemah kelihatannya. Dia memang mencintai Gea, namun dia tidak bisa menahan lebih lama hasrat yang telah menumpuk di dalam dirinya. Karena sejatinya Davin adalah player ulung.
Sungguh epik caranya untuk menutupi keburukannya dari Gea. Yang Gea ketahui, Davin adalah laki-laki yang baik dan pengertian. Davin memang berhenti ketika Gea hadir di hidupnya. Kurang lebih sudah setahun hidupnya lurus. Keberadaan Gea di sisi Davin, sedikit banyak telah mengubah kebiasaan buruk Davin.
Saat teman-temannya mengajak ke club dan bermain dengan kupu-kupu malam, ia akan berkata, "Nggak Bro, aku sudah insaf." Davin menolak ajakan mereka. Dia ingin berubah karena sudah memiliki Gea. Awalnya mereka tidak percaya Davin bisa berubah. Setelah berkali-kali mereka mengajak dan saat itu juga ajakan mereka ditolak, mereka baru percaya kalau Davin sudah benar-benar berubah. Mereka menerima keputusan Davin.
Namun kekecewaan yang melanda hatinya, meruntuhkan komitmen yang perlahan sudah ia bangun. Semuanya runtuh dalam sekejab karena ia membangun komitmen dengan motivasi yang kurang pas. Ibarat kata bangunan, bangunan yang dibangun memang berdiri tegak namun masih kurang semen sebagai bahan perekat antar bahan yang digunakan. Pasti akan mudah hancur walau terlihat kokoh. Itulah yang dialami Davin saat ini.
Kini rasa kecewanya membuat dirinya jatuh lagi di lubang yang sama. Lubang yang ia kubur separuh, ia gali lagi. Penolakan Gea akan dirinya telah menjatuhkan harga dirinya. Bukannya pulang seperti pamitnya, ia malah melajukan mobilnya ke club malam terkenal di kota itu, tempat dimana dahulu dia sering menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang.
Mobil Davin berhenti di depan club malam yang sudah lama tidak ia singgahi. Malam ini, ia memutuskan untuk kembali. Ia berjalan masuk. Ia melihat teman-temannya di sana. Mereka bersenang-senang, minum ditemani sang kupu-kupu malam dengan pakaian kurang bahan namun menurut mereka sangat menarik untuk dipandang mata.
"Kenapa aku bodoh ya? Cuma gara-gara dia saja aku meninggalkan kesenangan lamaku." Davin menertawai perbuatannya yang bodoh, menurutnya.
Davin menganggap pergaulan bebas adalah suatu gaya hidup yang normal dan wajar untuk mencari kesenangan dan kepuasan. Pergaulan bebas sudah melekat di hidupnya, bahkan mendarah daging. Hidup tanpa ajaran agama, membuatnya hidup sesuka hatinya.
Tanpa disadari Gea mengubahnya walau ia masih menggunakan motivasi yang salah dalam mengartikannya. Ia menganggap bahwa ia ingin memiliki Gea seutuhnya namun dengan cara perlahan tanpa tahu kalau ada unsur cinta yang telah menelusup dalam hatinya. Padahal kalau seandainya kehadiran Gea tidak mengubahnya, ia akan tetap bermain dengan wanita lain walau Gea sudah berstatus sebagai kekasihnya.
Namun lagi-lagi, Davin yang belum mengerti arti sebuah cinta, membuatnya ingin memiliki Gea seutuhnya walau ia belum sah dengannya. Ia ingin mengikat Gea namun caranya salah. Dan pemahaman itu berbanding terbalik dengan prinsip dalam hidup Gea. Bagi Gea, cinta itu adalah kasih. Tidak merusak, namun menjaga.
Davin berjalan dengan langkah lunglai menghampiri keberadaan teman-temannya.
"Woiii kau kenapa Bro, kok lemes amat. Gak dapet servis setahun bikin kau lemes ya Bro!" ledek Deni, salah satu temannya.
"Dedek lemes bang," ledek Viko semakin menjadi.
Davin tidak menanggapi ocehan mereka. Ia menyerobot gelas berisi vodka milik Taka. Kali ini mereka memilih vodka sebagai jamuan malam ini. Lalu Davin meletakkan gelas itu dengan kasar hingga tercipta bunyi yang cukup keras.
"Wih wih wih, beneran frustasi nih. Udah pindah haluan lagi?" tanya Taka.
Taka heran karena sudah lama Davin tidak ikut singgah di tempat terkutuk yang menurutnya itu surga. Alih-alih menjawab, Davin malah mendudukkan diri di sofa yang masih kosong. Davin menghela napas kasar. Tatapannya lurus ke depan.
"Kenapa lagi Bro? Bukannya kau sudah insaf? Kenapa balik kesini lagi?" tanya Taka. Di antara mereka, pikirannya masih waras walaupun kelakuannya sama saja.
"Yahh paling dia udah capek menanti. Secara dia setara dengan Casanova dan Don Juan. Ya nggak Vik?" ucap Deni. Viko mengangguk setuju. Pesona Davin mampu membuat siapapun wanita itu bertekuk lutut dengannya, kecuali Gea.
Davin memandang mereka malas. "Kalian itu ya, temen galau malah diledekin. Haihhh," kesal Davin. "Nyesel aku kesini!" geruntunya.
"Heii Bro santai. Sudahlah kita nikmati malam kita." Taka mengambil botol vodka, lalu menuagkannya ke dalam gelas milik mereka.
"Mari kita bersulang merayakan kembalinya sahabat kita, Davin." Taka mengangkat gelasnya diikuti yang lain.
Bunyi dentingan gelas terdengar jelas. Mereka berbincang, saling bertukar canda tawa. Sudah lama mereka tidak mengobrol di tempat itu. Davin juga menceritakan kenapa ia kembali ke sana.
"Sudahlah cari yang lain saja. Masih banyak lagi wanita cantik di luar sana yang mampu memberikan kepuasan lahir batinmu," seloroh Deni yang otaknya harus dibersihkan dengan pemutih.
"Yap betul," timpal Viko.
Davin mengalihkan tatapannya ke arah Deni. Ia mencerna saran dari Deni. Lalu ia menoleh ke arah Taka, meminta sarannya.
"Ya kalau aku sih itu tergantung pilihanmu. Aku gak mau ikut campur," ucap Taka. Taka mengangkat kedua tangannya.
"Haii"
Suara lembut seorang wanita mengalihkan perhatian mereka. Mereka melihat seorang wanita bertubuh indah dengan wajah cantik berdiri disana, memakai pakaian yang mengumbar keindahan tubuhnya. Deni melambaikan tangannya agar wanita itu mendekat.
"Hai Del, duduklah sini." Deni menyuruh teman wanitanya itu duduk di sofa kosong, samping Davin. Wanita itu duduk di samping Davin.
"Semuanya, kenalin, dia ini temanku. Silahkan berkenalan sendiri," ucap Deni.
"Hai aku Delima Anastasya Wiyarta. Panggil saja Dela," ucap Dela dengan percaya diri.
Mereka menyebutkan nama mereka satu persatu sambil berjabat tangan.
"Wih Tuan Putri Wiyarta, ada apa gerangan Anda bersedia nongkrong bersama kami disini?" ucap Viko dengan bahasa formalnya. Mereka semua tertawa.
Dela memang terkenal sebagai wanita cantik yang merupakan salah satu anak dari pengusaha sukses bidang perhotelan yang masing-masing hotelnya menyandang predikat bintang 5. Hotel milik Keluarga Wiyarta telah tersebar di segala penjuru negara itu, menguasai pasaran. Ia memang memiliki satu saudara, namun hanya dialah yang dikenal publik.
"Ya aku cuma pengin cari suasana baru saja. Kebetulan juga Deni mengajakku ke sini, ya sudahlah," ucapnya sambil tersenyum. Diam-diam Dela memperhatikan Davin di sebelahnya.
"Wahh ini cowok tampan juga. Aku harus dapetin dia! " tekat Dela dalam hati.
"Bentar, aku mau ke toilet dulu," ucap Davin kemudian pergi meninggalkan mereka.
Pergi ke toilet hanyalah sebuah alibi agar Davin bisa menyendiri. Ia ingin memikirkan langkah apa yang harus ia ambil. Apakah ia mengakhiri hubungannya, atau langsung menikahinya, atau ia akan memaksa Gea untuk ia miliki seutuhnya lalu menikahinya? Itulah yang akan ia pikirkan.
Melihat Davin berlalu, Dela berinsiatif untuk mengikutinya. Ia berpamitan untuk mengecek suatu barang yang ada di mobilnya. Dela mengikuti kemana Davin melangkah pergi. Davin berhenti di pojok ruangan yang remang. Ia duduk di sebuah kursi yang ada di sana. Ia menyenderkan badannya. Sebuah rencana licik nan menggoda terbesit di dalam benak Dela.
Davin melamun; ia harus segera mengambil keputusan selanjutnya. Kata-kata "nikahi aku" yang terlontar dari mulut Gea, terngiang jelas di pikirannya. Ia belum siap untuk menikah namun penolakan Gea menjatuhkan harga dirinya.
"Astaga, ngapain kamu duduk di sini?" tanya Davin sambil berdecak kesal. Dia kesal bukan karena kelancangan Dela, namun karena kaget. Tiba-tiba Dela datang lalu duduk di pangkuannya.
"Lahh, lihatlah. Di sini sudah tidak ada tempat duduk lagi, kecuali yang aku duduki saat ini," ucap Dela santai. Memang benar, tempat di sana penuh.
Davin berdecak kesal. "Terserah!"
Davin masih larut dalam pikirannya tanpa memperdulikan kehadiran Dela. Hingga tangan Dela menyentuh wajah Davin dengan lembut dan pelan. Mau tidak mau, sentuhan Dela telah membangkitkan sesuatu yang sudah siap meledak. Davin melihat ke arah Dela.
"Kamu kenapa sih Vin?" tanya Dela yang ingin tahu masalah Davin.
Alih-alih menjawab, tanpa berpikir panjang, Davin melakukan kesalahan yang ia sendiri tidak tahu akan ia sesali seumur hidupnya atau tidak. Sedangkan Dela menyambut Davin dengan senang hati. Ia tersenyum penuh kemenangan karena tujuan awal untuk memikat seorang Davin terlaksana dengan mulus tanpa adanya hambatan yang melintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Lia
udh Gea lepaasin aja tuh si davin
2022-04-27
0
Sweet Girl
cocok deh.... kelean berdua...
2021-09-27
1
puji rahayu
pst gea sodaranya
2021-07-09
1