Sepulang kerja, Gea akan pergi ke rumah kekediaman keluarganya. Ia diantar oleh Hendri. Hendri tidak mau mengambil risiko seandainya Gea berangkat ke sana sendiri. Ia mengingat semua percakapan dan pesan Bima saat ia bertemu dengannya kemarin.
"Beneran Gea mau nikah Hen?"
"Iya bener. Bulan depan dia menikah. Tapi pernikahannya tertutup. Dia tidak mengundang siapa pun, kecuali kita dan mungkin papanya jika beliau mau hadir."
"Baiklah, akan aku coba lihat, apakah aku bisa mengosongkan jadwal atau tidak."
"Tapi apakah papanya sudah tahu?"
"Belum. Besok Gea baru akan menemui papanya."
"Hen, jangan biarkan Gea pergi sendiri. Sepertinya ia sedang diintai oleh orang yang menyelidiki keberadaannya," ucap Bima. Ia cemas dengan keselamatan Gea. Kemarin Bima melihat ada orang yang mengintai rumah kontrakan Gea, dari CCTV tersembunyi yang ia pasang di sekitar rumah Gea tanpa sepengetahuan Gea maupun Hendri.
Ucapan Bima membuat Hendri was-was. Hendri harus mencari siasat di saat detektif suruhan itu mulai mengintai.
"Bos, mulai sekarang Anda harus hati-hati. Ada orang yang ingin menyelidiki identitas Anda," ucap Hendri sambil terus mengemudi. Sesekali ia melihat Gea di kaca mobilnya.
Gea terkesiap. Kenapa bisa ada yang ingin mencari tahu identitasnya, padahal selama ini aman-aman saja?
Gea mengangguk paham. "Tapi kenapa?"
"Mungkin karena pertengkaran Anda kemarin dengan keluarga Wiyarta, Bos. Dan kemungkinan besar orang yang mencari tahu keberadaan Anda adalah Tuan Wiyarta sendiri. Tapi saya kurang yakin Bos. Tidak mungkin beliau bisa mengetahui jika orang yang beliau cari itu Anda."
Gea masih menyimak penjelasan Hendri tanpa ingin memotongnya.
"Rekaman video asli pertengkaran Anda sudah kita rebut dari tangan wartawan itu. Akan sangat berbahaya jika video itu jatuh ke tangan Tuan Wiyarta." jelas Hendri lagi.
Gea berpikir. Memang tidak mungkin juga kalau Tuan Wiyarta adalah orang yang mengorek informasi tentang identitasnya. Jika tahu orang yang dia cari adalah Gea, maka tidak perlu menyelidiki pun ia langsung tahu.
"Apakah mungkin orang lain? Atau jangan-jangan orang itu……" Gea tidak yakin dengan ucapannya.
"Davin?" "Tuan Davin!" ucap mereka berdua bersamaan.
"Kemungkinan besar iya Bos. Bisa jadi kemarin ia hanya berpura-pura tidak mengetahui pertengkaran Anda. Mungkin dia penasaran ada hubungan apa Anda dengan mereka."
Rasa bimbang merundung hati Gea. Ia kesulitan memilih langkah apa yang akan ia ambil. Rencananya ia akan memberitahu identitas aslinya setelah ia menikah. Ia ingin mengetahui kesungguhan Davin yang menikahinya tanpa memperdulikan siapa dia.
Hendri menangkap kebimbangan Gea. Ia mengerti posisi Gea. Hidup yang layak seorang buronan yang dicari-cari namun buronan itu berusaha untuk bersembunyi.
"Tenanglah Bos, saya dan Bima akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi Bos dan juga identitas Bos. Yang terpenting mulai sekarang Bos harus lebih berhati-hati."
"Baiklah."
"Sebisa mungkin aku akan menghindari bertemu dengan mereka." ucap Gea dalam hati.
Setelah percakapan yang serius itu, hanya kesunyian yang ada di antara mereka. Gea dan Hendri sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, memikirkan kemungkinan apa saja yang akan terjadi dan langkah apa yang akan mereka ambil.
Hingga Hendri melihat ada sebuah mobil yang cukup mencurigakan mengikuti pergerakan mobil mereka. Hendri berpikir langkah apa yang harus ia lakukan.
"Bos ada seseorang yang mencoba mengikuti mobil kita," ucapnya cukup tenang.
Gea terkesiap lagi. Ia langsung menoleh ke belakang. Ternyata benar ada sebuah mobil mencurigakan mengikuti mobilnya. Mereka telah mengikuti Gea dari rumah kontrakan Gea.
"Kak, cari jalan tikus dan turunkan aku di sekitar sana kak. Jika kakak, belok kiri di sana ada gang berkelok yang cukup panjang. Di sana juga tidak di lengkapi dengan CCTV. Jadi aman untuk diriku."
Hendri menuruti perintah Gea. Ia bersyukur, untung saja tadi dia tidak keluar saat sampai di rumah kontrakan Gea. Mobil itu terus mengikuti mobil mereka dengan jarak yang cukup jauh tapi cukup bagi mereka untuk mengintai orang.
Sesampainya Hendri di persimpangan jalan, ia menurunkan Gea. Gea segera turun dari mobil dengan jaket hitam dan topi yang ia pakai. Ia segera mencari tempat persembunyian.
Ia melihat mobil yang mengikutinya, masih terus mengikuti mobil Hendri yang menjauh dari keberadaan Gea.
Setelah yakin mereka telah pergi, Gea mengelus dadanya pelan. Lega, adalah rasa yang Gea rasakan saat ini.
Gea melanjutkan perjalanannya menggunakan taxi yang Gea pesan. Sebelumnya ia telah mengganti gawai dan nomor teleponnya juga untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.
🍂
"Sayang, apa kabar?" sapa Dela saat memasuki ruangan Davin. Dela berjalan mendekat lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Davin dengan lembut. Mereka saling melempar senyum satu sama lain.
"Seperti yang kamu lihat, Darling."
"Ada apa kamu memintaku ke sini?" tanya Dela dengan manjanya.
(Astaga othornya gak bisa bayangin betapa mengerikannya cara bermanja Dela 😣😂 Para readers tercinta, jangan bayangin yahh. Hati-hati nanti jijik loh haha)
"Aku kangenlah,"
"Kangen yang mana nih?" goda Dela.
"Semuanya,"
Sudah bisa dipastikan mereka melakukan rutinitas mereka ketika mereka bertemu.
"Bolehkah aku bertanya?" tanya Davin, setelah mereka selesai melakukan rutinitas mereka.
"Hem?" Dela mendongakkan wajahnya.
"Ada hubungan apa kamu dengan orang itu?"
"Orang yang mana?"
"Di video yang tersebar itu?"
"Ohh pelayan itu. Dia musuh bebuyutanku. Memang kenapa? Apa jangan-jangan kamu mengenalnya?"
Ucapan Dela serasa menohok di hatinya. Tepat, benar seratus persen. Tapi ia penasaran. Musuh bebuyutan? Bukankah menjadi musuh bebuyutan keluarga Wiyarta itu bisa dibilang cukup mengerikan bagi orang awam? Davin mencoba menekan semua rasa penasarannya agar tidak begitu kentara.
"Tidak, bukan begitu. Tidak sengaja juga aku melihat kalian secara langsung tapi cuma sebentar sih sebelum kamu dan mamimu pergi," jawab Davin cepat.
"Aku cuma penasaran aja. Kenapa dia bisa mengenal kalian." ucapnya lagi.
"Ya bisa saja dong. Tapi kali ini aku tidak akan membahasnya."
Jawaban Dela sudah cukup untuk mengurungkan pertanyaan Davin selanjutnya. Karena jika ia memaksa, yang ada Dela bakal curiga.
"Maukah kamu membantuku?" tanya Davin.
"Apa?"
Davin membicarakan semuanya pada Dela. Dengan senang hati Dela membantu Davin. Senyuman penuh arti terukir di wajah mereka masing-masing.
"Baiklah Gea, tunggulah kehancuranmu!" ucap Dela dalam hati. Ia tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
kolab sepasang manusia yg sm2 menjijikkan.... Duo D...
2021-09-09
1
Maysaroh Suherman
jangan biarkan gea sama davin tor
2021-06-12
0
MazZa'rina Aiin
davin itu pnuh misteri dia jhat atao baik sbnrnya?
2021-06-11
0