Hari semakin petang. Davin bangun dari tidurnya. Ia mengambil gawainya yang ada di nakas untuk mengirim pesan singkat pada Gea bahwa ia ingin mengajak Gea fitting baju pengantin 2 hari lagi.
Pesan untuk Gea telah terkirim. Davin meletakkan gawainya kembali di atas nakas, lalu ia berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam ruangan kerjanya di kantor untuk membersihkan badannya yang lengket meninggalkan Dela yang masih tidur pulas di ranjang.
Gemericik air terdengar seiring air dari shower membasahi tubuhnya. Ia mengusap-usap kepalanya. Dingin menyegarkan, menyegarkan kembali tubuhnya namun tidak dengan hati dan pikirannya.
Bayangan demi bayangan muncul silih berganti. Pengkhianatan demi pengkhianatan yang ia lakukan pada Gea muncul satu demi satu, mengisi ruang pikirnya. Entahlah. Ada suatu rasa yang terasa aneh di dalam dirinya bahkan tidak nyaman untuk ia rasakan. Ada rasa lain yang ia sendiri tidak tahu.
Suara malaikat dan suara iblis silih berganti membisikinya anjuran yang membuatnya ingin menggelinding karena saking frustasinya. Ingin berteriak sudah biasa; ingin melempar barang, ia tidak rela barangnya rusak begitu saja; ingin meninju tembok, sayang tangannya; dan kalau ingin meninju kaca, ia tidak ingin 2 kerugian ditanggungnya.
(Makanya author baik, nggak mau membuat Davin rugi dulu. Nanti lumayan uang penanggunan rugi bisa masuk kantong authornya 😂)
Ada 2 pilihan yang menghantuinya. Satu sisi, ia ingin kembali namun sisi lain ia ingin terus berlari tanpa menoleh ke belakang. Kenikmatan yang disuguhkan iblis terlalu menggoda untuk dilewatkan.
Setelah cukup lama ia mandi dengan air dingin, Davin keluar menggunakan lilitan handuk dipinggangnya. Saat pintu kamar mandi terbuka, ternyata Dela ada di depan pintu. Seulas senyum manis terbit di bibirnya. Dela memeluk lalu mencium pipinya. Davin menerimanya dengan senang hati, bahkan memberikannya lebih.
"Sudah Darling, mandilah dahulu agar badanmu terasa lebih segar," ucap Davin yang tengah menatap intens Dela. Sorot matanya sangatlah meneduhkan bagi siapa saja yang berdekatan dengannya. Dela mengiyakan ucapan Davin. Ia segera membersihkan diri.
Tak lama setelah itu, Dela menyelesaikan mandinya dan berpakaian dengan baju yang telah disiapkan oleh Davin. Davin mengantarkan Dela pulang ke rumahnya. Tentunya dengan mobil mewahnya. Hati Dela begitu senang. Siapa sih wanita yang tidak senang diantar oleh orang dengan mobil mewahnya apalagi orang itu orang yang diidam-idamkan.
🍂
Saat ini Gea dan Hendri melanjutkan meeting kecil yang tertunda. Kebahagiaan masih dirasakan oleh Gea dan Hendri.
"Akhirnya selesai juga."
Gea menutup semua laporan yang ia teliti lagi. Ia tidak mau ada kecurangan-kecurangan dilakukan oleh bawahannya. Dan syukurlah, saat ini tidak ada yang mengecewakan.
Hendri juga lega. Bebannya telah berkurang sebagian karena telah melaporkan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan butik yang ia kelola. Senyum lega terulas di wajah mereka masing-masing.
"Bos, mau saya antar langsung ke rumah atau nanti mau jalan-jalan dulu Bos?" tanya Hendri yang sudah kembali menggunakan bahasa kakunya.
Gea tertawa mendengar pertanyaan dari Hendri. Hendri menatapnya heran, menaikan alis sebelah.
"Hahaha udah, khusus hari ini kamu jadi kakakku. Full day," ucapnya. Hendri tersenyum kemudian merangkul Gea dari samping seperti halnya seorang kakak laki-laki merangkul adik perempuannya.
"Let's go kak, kita makan dulu saja. Sudah lama kita tidak makan berdua."
Mereka berjalan berdampingan lalu melajukan mobil mereka ke tempat tujuan.
🍂
Mobil Davin telah berhenti di depan rumah mewah milik keluarga Dela. Dia langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman keluarganya. Melihat mobil Davin telah menjauh, Dela masuk ke dalam rumahnya. Suasana hatinya sangatlah bagus.
"Akhirnya aku bisa memilikinya. Aku tidak peduli dia punya pasangan atau tidak. Kalau pun punya aku akan merebut Davin dari tangannya," tekatnya dalam hati. Senyum yang terulas pun penuh dengan kelicikan- kelicikan yang tentunya sangatlah picik.
"Hei anak mami, sudah pulang Del?" sapa Clara, mami Dela.
Dela meengangguk sambil tersenyum.
"Kayaknya ada yang berbunga-bunga nih," tebak Clara.
"Ihh Mami tahu aja kalau Dela sedang bahagia."
Dela memeluk Clara penuh kasih sayang.
"Uhh coba cerita. Ada apa sih?" Mata Clara berbinar, penasaran apa yang akan diceritakan anaknya.
"Mi, sebentar lagi Mami akan punya calon mantu. Dia tampan, kaya, penuh pesona lagi." Dela membayangkan betapa gagahnya seorang Davin.
"Siapa dia Del?"
"Dia Davin Angkara Mi, anak Tuan Angkara, putra penerus perusahaan," ceritanya antusias. Tentunya Clara menanggapi dengan keantusiasan yang sama besarnya.
"Yaudah tunggu apa lagi, sikat Del."
Inilah jati diri seorang Clara. Ia adalah seorang wanita paruh baya yang cantik tetapi bisa melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan orang berduit yang diincarnya. Ia sangat mengagungkan harta dan popularitas. Apalagi sekarang posisi Edi Wiyarta, suaminya itu, bukan orang sembarangan. Dia tidak akan mau mendapatkan mantu dari orang biasa apalagi miskin.
Berbagai rencana telah mereka rundingkan. Kemungkinan-kemunginan yang akan terjadi telah mereka antisipasi agar tidak ada yang bisa menghancurkan keinginannya. Memang benar. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
🍂
"Wihh tumben jam segini Abang sudah pulang," ucap adiknya, Missella Ayu Angkara. Pakaiannya sudah rapi, ia ingin pergi hangout dengan teman-temannya.
Davin hanya melirik sekilas adiknya yang ia anggap cerewet itu.
"Nggak pulang ditanyain, pulang cepet ditumbenin," ucapnya malas. Ayu menampilkan deretan gigi yang memperlihatkan gigi gingsulnya yang manis.
"Daddy kemana?"
"Entah, belum pulang dia. Mungkin dia masih di kantor."
"Kalau Mommy kemana?" tanya Davin lagi.
"Katanya sih tadi arisan, tapi gak tahu juga sih," jawab Ayu cuek. Ia sudah terbiasa sendirian karena orang tuanya memiliki kesibukan masing-masing. Dan kakaknya yang dulu sering menemaninya, beberapa tahun ini bertemu hanya untuk sekadar "say hello".
"Ohh" Davin berlalu meninggalkan Ayu. Ia sudah tahu kemana Daddy dan Mommynya pergi. Namun ia dan kedua orang tuanya menyembunyikan kebenarannya dari Ayu, adiknya.
"Bang minta jajan dulu Bang!" teriak Ayu.
Davin mengabaikannya dan terus melenggang ke dalam.
"Bang, sejuta aja Bang!" teriak Ayu lagi.
Davin melambaikan tangannya sambil terus berlalu masuk ke dalam rumah.
"Ihh punya abang kaya tapi sama adik pelitnya minta ditampol," geruntu Ayu.
Ayu pergi mengendarai mobil kesayangannya dengan muka cemberut karena tidak mendapat jatah uang jajan dari kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
nichic
pantes dela gitu kelakuannya, mama sama anak sama2 jalang
2021-09-06
1
D.R.S
ayu jdi ama adam aja yach
2021-06-13
0
meow18
asik asik asikkkk, ceritanya asik, mendebarkan
2021-06-12
0