Saat ini, Gea tengah bersiap menggunakan pakaian serba hitam. Tak lupa ia memakai syal berwarna hitam pula. Kacamata hitam telah bertengger manis di hidungnya. Hari yang mulai terik tak mengurungkan niatnya untuk berpergian.
Gea berjalan menghampiri Davin yang tengah menunggunya di depan rumah.
"Maaf lama. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan."
Davin menganggukkan kepalanya. Senyum manis mengembang di bibirnya. Gea segera masuk ke dalam mobil.
Hari ini, adalah hari dimana Gea berjanji untuk mempertemukan Davin dengan keluarganya. Mereka berdua ingin bertemu dengan orang tua Gea. Suasana sepi, menemani perjalanan mereka kali ini. Davin pun tidak berniat untuk mengganggu Gea yang tengah menatap kosong jalan yang mereka lalui. Davin ingin memberikan sedikit ruang waktu untuk Gea.
"Vin, mampir beli bunga dulu ya," ucap Gea tiba-tiba.
"Iya, Sayang."
Davin mencari toko bunga terdekat yang searah dengan tempat tujuan mereka. Davin menghentikan mobilnya di depan toko bunga kecil. Gea membeli sekeranjang kecil bunga tabur dan seikat bunga lili putih.
🍂
Gea dan Davin berjalan di hamparan tanah luas yang merupakan tempat pemakaman umum. Mereka berjalan menuju tempat peristirahatan terakhir mamanya tercinta. Gea berjongkok di dekat kubur mendiang. Davin ikut berjongkok di samping Nisa.
Annaya Christi
Nama itu terukir di atas batu nisan yang kini tengah Gea pegang. Gea menghela napas dalam, melonggarkan rasa sesak yang terasa memenuhi dadanya.
"Mama, Gea datang Ma," sapa Gea pada mamanya. Gea tersenyum tipis. Tangannya mengusap-usap batu nisan mendiang mamanya.
Gea tidak tahu harus bersikap seperti apa selain mendamba. Mengingat kenangan? Ia bahkan tidak punya kenangan bersama mamanya yang bisa ia kenang. Umurnya terlalu kecil untuk kehilangan sosok seorang ibu. Mamanya meninggal ketika ia masih bayi. Ingin sekali ia merasakan bagaimana rasanya dirawat oleh mamanya. Namun apa daya, kehendak Yang Kuasa menginginkan Gea untuk seperti ini. Keinginan itu tidak akan pernah terwujud, karena takdir telah tertulis.
"Kali ini Gea gak hanya sendiri Ma. Gea bawa teman sekaligus kekasih Gea, calon pendamping hidup Gea Ma. Gea ingin mengenalkannya pada Mama," ucap Gea lagi.
Matanya mulai mengembun. Ingin rasanya ia menangis, namun sekuat tenaga ia menahannya agar air matanya tidak jatuh. Davin mengelus pelan bahu Gea, memberikan sentuhan yang menghangatkan dan menenangkan bagi Gea.
"Hai Tante, perkenalkan, saya Davin, Davin Angkara. Saya kemari untuk meminta ijin pada Anda. Saya ingin melamar putri Anda di depan Anda saat ini."
Davin mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Sebuah cincin yang indah telah berada di genggaman jarinya. Davin meraih tangan Gea, lalu menyematkan cincin itu di jari manis tangan Gea. Gea menerimanya dengan senyuman. Davin tersenyum tipis. Ia mengecup singkat punggung tangan Gea. Bahagia menyelimuti hati Gea saat ini.
"Dan di hari ini juga, saya ingin meminta restu Tante. Saya ingin menikahi anak Tante bulan depan. Restuilah kami." Tangan Davin menggenggam erat tangan Gea.
Gea begitu terharu mendengar ucapan Davin yang sangat bersungguh-sungguh. Tak terasa, air matanya telah jatuh membasahi pipinya. Ia meringsak masuk ke dalam pelukan Davin. Ia memeluk Davin erat. Davin juga membalas pelukan Gea dengan tak kalah eratnya. Ia membelai lembut kepala belakang Gea.
"Ma, doakan kami Ma. Restuilah kami. Doakan yang terbaik untuk anakmu ini, Ma. Semoga apa yang dikatakan Davin adalah suatu kesungguhan yang benar adanya. Semoga pilihan Gea tepat Ma. Gea ingin bahagia Ma." ucap Gea dalam hati. Ia menatap kubur mamanya dengan penuh harap.
Setelah hati Gea tenang dan tangisnya reda, Gea dan Davin pergi meninggalkan tempat itu. Mereka pergi ke sebuah warung makan terdekat untuk mengisi perut mereka yang telah kosong.
🍂
"Yeyy akhirnya rawonku datang juga," ucap Gea antusias. Rasa lapar telah membuang urat malunya. Davin terkekeh melihat tingkah Gea.
Mereka memakan makanan yang telah mereka pesan dengan lahap.
"Hati-hati, Sayang," ucap Davin mengingatkan. Gea hanya menatap Davin dengan cengiran khasnya lalu tetap memakan rawon dengan lahap.
"Ahh kenyang," ucap Gea. Tak butuh lama, Gea telah menghabiskan makanan yang telah ia pesan.
Sedari tadi, Davin menatap Gea penuh tanya. Tatapan Davin membuat Gea salah tingkah. Davin malah tertawa melihatnya.
"Ada apa Vin?" tanya Gea penasaran.
Gea meletakkan sendok yang sebelumnya masih ia pegang. "Katakanlah Vin," ucap Gea.
Davin berdehem, dengan hati-hati Davin pun bertanya. "Kalau boleh tahu, dimana ayahmu?"
Alih-alih menjawab, Gea hanya bergeming mendengar pertanyaan yang dilontarkan Davin. Lidahnya serasa kelu, bahkan hanya untuk menjawab 1 kata saja. Gea menunduk, untuk menata hatinya agar ia bisa bercerita.
Davin menangkap kesedihan Gea. "Emm gak usah dijawab kalau memang berat. Aku menghargai keputusanmu. Aku tidak akan memaksamu."
Gea mengangkat wajahnya lalu tersenyum tersenyum, "Makasih ya"
Sebenarnya ia ingin memberitahu Davin siapa dia. Namun selaan Davin membuatnya tidak yakin untuk mengatakan kebenarannya.
"Kapan kita bisa menemui orang tuamu?" tanya Gea.
"Untuk saat ini, kita belum bisa menemui mereka. Mereka tengah melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri selama sebulan penuh," jelas Davin.
"Lalu bagaimana kita akan menikah jika orang tuamu saja tidak ada?" Ucapan Gea mulai sedikit meninggi.
"Tenang, Sayang. Mereka sudah aku beri tahu dan mereka merestu kita. Mereka menginginkan kita untuk tetap melangsungkan pernikahan kita. Mereka akan menemuimu setelah mereka pulang."
Penjelasan Davin melegakan hati Gea. Ingin rasanya hari itu segera tiba. Menikah dengan kekasih tercinta. Membayangkannya saja sudah begitu membahagiakan, apalagi mengalaminya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
Davin buru2 pen nikah sm Gea pasti krn udah gk than... pen cpt2 unboxing Gea.. dasar penjahat wanita!!!
2021-09-09
1
Siti Jufrah
buaya dasar
2021-06-08
0
Alisa Ceillia
davin emg tukang bohong
2021-06-07
0