Pengantin CEO Yang Tertukar
"Hahhh akhirnya selesai juga."
Helaan napas lega keluar dari mulut seorang gadis cantik. Pekerjaan yang ia kerjakan telah usai. Ia memberesi peralatan pel yang dia gunakan untuk mengepel lantai di perusahaan dimana ia bekerja. Mengepel adalah salah satu tugasnya sebagai seorang cleaning service.
Ia mengambil papan pengingat tanda bahaya, agar orang-orang tidak terpeleset karena menginjak lantai yang masih basah, meski ia sadar hanya ada beberapa orang saja yang masih tinggal.
"Astaga Gey, udah jam segini masih aja pasang papan tanda bahaya. Siapa yang mau lewat coba?" suara Runi, teman kerja Gea dari belakangnya.
Gea menoleh ke arah Runi, "Ya siapa tahu ada hantu lewat yang bisa terpeleset kalau nggak tahu," ucapnya kemudian tertawa.
"Mana ada hantu berjalan Gey? Yang ada mengambang kalau nggak ngesot sekalian." Runi ikut tertawa.
"Ada-ada aja kamu Gey," ucapnya lagi.
"Hei Gey, ayok pulang," ajak Runi.
"Bentar lagi deh Run, aku mau mengembalikan alat-alat ini ke gudang. Kamu duluan aja," ucap Gea sambil menunjukkan alat mengepel yang ia tenteng.
"Oke deh, sampai jumpa Gea. Awas nanti ketemu mereka loh!" ucap Runi yang berusaha menakuti Gea.
"Gak bakalan. Kayaknya nanti mereka minder kalau sampai ketemu aku. Udah sana pulang," usir Gea.
Runi hanya tertawa lalu berjalan meninggalkan Gea seorang diri disana. Sebagian besar karyawan sudah meninggalkan kantor kurang lebih dari setengah jam yang lalu, tinggal beberapa saja.
Gea melangkah menuju gudang yang berada di pojok gedung. Ia melewati lorong-lorong yang sepi, membuatnya merinding mengingat obrolannya yang terakhir.
"Haihhh kenapa tadi aku sama Runi malah ngomongin hantu sih. Kan jadi serem."
Gea menolehkan pandangannya ke kanan dan ke kiri meski hanya tembok yang ia temui. Bulu kuduknya berdiri, merinding kalau nanti ada makhluk tak kasat mata menghadang jalannya.
"Tenang Gea, jangan takut sama mereka, merekalah yang takut sama kamu." Gea mensugesti dirinya untuk tidak takut.
Sesampainya di gudang, Gea menempatkan alat pel seperti semula. Setelah memastikan gudang terkunci, Gea meninggalkan ruangan itu.
"Pak, ini kunci gudangnya," ucap Gea sambil menyerahkan kunci gudang kepada satpam yang bertugas.
"Siyap Neng. Kok baru pulang Neng?"
"Iya Pak. Lantainya di ruang rapat tadi kelihatan kotor banget Pak, makanya saya membersihkan lantai itu sebelum pulang. Mari Pak," ucap Gea sambil tersenyum.
Satpam itu mengangguk, "hati-hati di jalan Neng."
Gea mengangguk sambil tersenyum, memberikan suatu pernyataan yang meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja.
Gea menuju halte bus, untuk menunggu bus yang akan membawanya untuk pulang ke rumah kontrakannya. Rumah kontrakannya memang sempit namun cukup nyaman untuk ia tempati dibandingkan tinggal di rumah mewah orang tuanya sendiri.
Gea membuka pintu rumahnya. Ia langsung menuju kamarnya dan berbaring di ranjang, menghela napas untuk menghilangkan capek yang melanda.
Namun tak lama kemudian, bunyi notifikasi terdengar dari gawainya. Ia mengecek gawainya itu. Satu pesan masuk ia terima dari surelnya. Ada suatu dokumen kontrak perjanjian kerjasama yang harus ia cek sebelum ia tandatangani.
Gea segera beranjak dari ranjangnya untuk mengecek dokumen yang dikirim oleh orang kepercayaannya, Hendri. Hendri dipercaya untuk mengurusi butik miliknya, GA Fashion & Style. Butik itu merupakan salah satu butik terkenal yang memiliki kualitas barang yang tinggi. Sasaran pasar butik itu adalah para kalangan atas, seperti pengusaha, artis, para pejabat dan masih banyak lagi.
Tidak ada seorang pun dari keluarganya yang mengetahui jika butik itu milik Gea. Hanya kakek sajalah yang mengetahuinya, namun sang kakek telah berpulang 2 tahun yang lalu sebelum dirinya hidup mandiri.
Saat ini, tidak ada yang tahu siapa Gea sebenarnya. Mukanya yang jarang terekspos di media, memberikan keuntungan tersendiri saat ini. Yang orang ketahui, Gea adalah seorang wanita berusia 21 tahun yang bekerja sebagai cleaning service di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang real estate.
Gea meminta bantuan sepupunya, Bima Narendra untuk menutup semua akses informasi tentang dirinya. Nama keluarga yang tertera pada namanya, ia hilangkan untuk menghilangkan jejak siapa dirinya hingga namanya tersisa Gea Agatha. Bahkan keluarganya saja kesulitan untuk mengetahui keberadaannya.
"Bagaimana Bos?" tanya Hendri di sebrang telepon.
"Sudah beres, lakukan langkah selanjutnya. Saya tunggu hasilnya," titah Gea kepada orang yang 10 tahun lebih tua darinya itu.
"Baik Bos."
Gea mengakhiri panggilan teleponnya. Dia meletakkan gawainya di atas nakas, kemudian mengambil handuknya. Ia melangkah ke dalam kamar mandi yang sederhana namun bersih dan mewadahi. Gea melepas semua barang yang menempel pada tubuhnya lalu menghidupkan shower. Ia berdiri di bawah shower dan membiarkan tubuhnya basah terguyur air.
Tak disangka bayangan suatu awal yang membuatnya hidup mandiri muncul satu persatu.
Saat itu, banyak orang yang berdatangan di rumahnya. Gea yang telah usai menempuh ujian akhir pendidikan sekolah menengah atasnya bingung, kenapa banyak orang disana. Gea melihat banyak karangan bunga berjajar di sekitar rumahnya. Ada apa ini? Gea bertanya dalam hatinya. Perasaan was-was menyelimuti hatinya.
Gea melangkah masuk. Ia melihat mata semua keluarganya terlihat sembab, bahkan ada yang masih menangis. Hatinya seperti dihantam benda keras. Perasaannya hancur seketika. Kakek yang selalu menyayanginya terbujur kaku di dalam peti yang terbuka, tak bernyawa, diam tak bergerak. Air matanya luruh seketika.
Suara tangisan pilu terdengar, hingga siapapun yang mendengarnya merasakan betapa pilunya dia. Gea kehilangan orang yang selalu menyayanginya. Dunianya serasa hancur. Dia menangis sambil merangkul erat peti terbuka yang terdapat jenazah sang kakek di dalamnya, tak rela untuk melepasnya. Sampai ada tangan kokoh milik sang ayah yang merangkulnya, berusaha memberikan kekuatan untuknya.
Gea beralih merangkul sang ayah.
"Pa…. Kakek Pa, Kakek." Gea menangis di pelukan ayahnya dengan baju seragam yang masih menempel di tubuhnya. Sang ayah mengerti bagaimana perasaan anaknya itu. Ia membiarkan Gea menangis sepuasnya. Ia tahu bagaimana kedekatan hubungan antar keduanya yang melebihi hubungan Gea dengan ibu tiri dan adik sedarah ayah.
Sang ayah mengelus lembut kepala belakang Gea. "Ikhlaskan Gey, ikhlaskan kepergian kakekmu. Biarkan dia tenang disana," ucap ayahnya.
Tangis Gea tak kunjung reda hingga ia diam tak bergerak di pelukkan ayahnya. Kenyataan yang memaksa Gea untuk menerimanya membuat dirinya tak sadarkan diri.
Gea masih berdiri di bawah shower sambil menutup matanya. Rasa sesak kehilangan masih saja ia rasakan.
"Tenang disana ya Kek, doakan aku Kek. Sampaikan kepada Sang Pencipta untuk menyertaiku selalu Kek," ucapnya dalam hati.
Hingga suara dering dari gawainya terdengar, mengharuskan Gea untuk segera meninggalkan bayang-bayang masa lalu yang melekat di benaknya. Gea menyambar handuknya dan keluar dari dalam kamar mandi.
"Halo Vin," sapa Gea.
"Hai sayang, gimana aktivitasmu hari ini?" tanya seseorang yang Gea sebut sebagai kekasih di sebrang sana.
"Lancar semua Vin. Sebentar Vin, aku mau menyelesaikan mandiku dulu,"
"Okay sayang, jangan lupa selesai mandi hubungi aku lagi,"
"Iya sayang iya," ucap Gea sambil tersenyum. Hatinya menghangat ketika mendengar suara sang kekasih yang begitu perhatian.
Setelah panggilannya berakhir, dengan cepat Gea segera menyelesaikan mandinya. Hanya butuh 5 menit lagi untuk menyelesaikan mandinya yang terjeda dan 5 menit lagi untuknya membalut dirinya dengan kain yang pantas ia kenakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
keknya bagus
2022-05-15
1
Zzaa
menarik
2022-04-28
0
Shusee👀
mampir thor
2022-04-26
0