Beberapa hari berlalu, Aleycia masih terlihat kalem di kampus meskipun setiap waktu dia harus di gunjing banyak orang karena selalu diikuti oleh bodyguard, bahkan ketika mau ke kamar mandi, maka para bodyguard itu akan menunggu di depan pintu.
Kadang Aleycia juga merasa tidak nyaman dengan hal itu, pergerakannya sangat terbatas dan dia sulit mencari cela untuk kabur.
Pernah pada suatu hari dia berniat kabur, mengelabui para bodyguard tentang jam pulangnya. Saat para bodyguard lengah, sekedar beristirahat saat menunggu kelas selesai, pada waktu itu Aleycia keluar kelas dan berlari kecil untuk pergi. Namun, na’as ada bodyguard yang mengetahui hal itu dan langsung mengejar Aleycia.
Karena otak Aleycia tergolong pintar, akhirnya dia langsung berkata “Aku mau ke kamar mandi, sudah di ujung pintu rasanya”
Bodyguard itu langsung mengangguk dan mengikuti langkah kaki Aleycia.
“Kira-kira bagaimana caranya aku bisa bebas dari orang-orang itu?” Gumam Aleycia. Bukan materi dosen lagi yang ia dengarkan.
“Kau tau dia dosen killer kan, Al?” Bisik teman di sebelahnya. Aleycia hanya mengangguk sebagai jawaban, dia tau tapi dia tidak takut sebenarnya.
Saat itu Aleycia tiba-tiba angkat tangan, “Ada apa Aleycia Delwyn?” Tanya sang dosen.
“Izin ke kamar mandi, sir” Ucap Aleycia lalu berdiri dan berlari kercil keluar kelas. Tentu saja dia langsung disambut oleh para bodyguard di depan pintu.
“Mau kemana nona?” Tanya salah satu bodyguard.
“Kamar mandi” Ucap Aleycia singkat lalu langsung pergi ke arah tujuan. Kali ini dia tidak berbohong, itu serius.
Saat sudah selesai dengan hajatnya, Aleycia mencuci tangan di wastafel kamar mandi.
Prok
Prok
Prok
“Lihat, mahasiswa beasiswa yang dijaga oleh bodyguard ada di sini” Ucap Dhea, gadis yang cukup terkenal di universitas itu.
“Kau sedang ingin menyaingiku disini? Aku sangat tidak suka memiliki saingan seperti ini” Ucap Dhea lagi.
Aleycia hanya diam, tidak peduli dengan ucapan gadis itu. Dia bahkan tidak mengenal Dhea.
“Yak, aku sedang bicara denganmu” Dhea menarik rambut Aleycia kasar, kesal karena tidak di respon oleh lawan bicaranya.
Lagi-lagi tanpa menjawab, Aleycia hanya menahan tangan nakal di rambutnya agar kepalanya tidak semakin tertarik.
“Guys, harus di apain nih anak? Berani-beraninya dia melawanku? Kau tidak mengenalku ya? Aku anak dari donatur tertinggi di kampus ini jika aku mau, beasiswamu itu bisa langsung dicabut” Ucap Dhea. Aleycia tidak peduli, lagipula itu tidak penting untuknya, yang penting serangan nenek lampir itu berhenti.
“Berhenti membawa bodyguard dan bertingkah sok cantik di depan para lelaki disini! Jijik sekali aku melihatnya” Lanjut Dhea, masih tidak melepaskan jambakannya.
“Itu perintah atasanku, aku tidak memiliki hak menyuruh mereka berhenti mengikutiku” Jawab Aleycia akhirnya.
“Cih, alasan. Kau hanya berlagak sok keren saja kan? Pasti itu karena om-om hasil menjual tubuhmu kan”
Plak
Saat itu juga Aleycia merelakan beberapa helai rambutnya dan menampar Dhea spontan.
“Jaga ucapanmu. Lihat! Penampilanmu saja terlihat sangat murahan, bisa-bisanya mengataiku pelac*r” Ucap Aleycia dengan berani, bahkan melihat Dhea dari atas sampai bawah. Mini dress berwarna merah dan high heels setinggi 5cm sangat tidak cocok digunakan saat ke kampus bukan?
“Beraninya kau” Teriak Dhea lalu menjambak rambut Aleycia lagi. Kali ini tidak mau kalah, Aleycia membawa Dhea keluar dari kamar mandi dengan kondisi rambut yang masih di jambak.
“Tolong aku, wanita gila ini terus menyerangku sejak tadi” Ucap Aleycia pada bodyguardnya setelah sampai di depan pintu kamar mandi.
Dengan tergopoh-gopoh para bodyguard langsung merelai keduanya.
...***...
“Katakan! Ada apa?” Tanya Greg dingin, dia mendapat laporan dari bodyguardnya bahwa Aleycia terlibat perkelahian dengan teman seangkatannya.
“Dia mengataku pelac*r!” Ucap Aleycia kesal.
“Lalu kau melawannya? Bertengkar seperti kucing betina begitu?” Tanya Greg lagi.
Berada di ruang kerja Greg, membuat Aleycia sama sekali tidak merasa terintimidasi. Kenapa? Karena hatinya masih terbakar kemarahan.
“Tentu saja! Harga diriku di injak begitu, apa menurutmu aku terima? Oh, tentu tidak. Dia terlihat lebih pelac*r” Sahut Aleycia dengan membara.
“Kalau kau mau, aku bisa membuat pembalasan untuknya”
Glup
Aleycia menelan salivanya kasar, mengedipkan matanya beberapa kali. Itu bahaya bukan? Greg tidak main-main saat menghukum seseorang sekalipun wanita, ingatan tentang wanita yang sempat ia bantu dulu masih tertangkap jelas di otaknya dan dia tidak mau itu terjadi lagi apalagi gara-gara dirinya.
“Tidak, aku bisa mengatasinya sendiri. Percaya saja padaku” Sahut Aleycia memberi keputusan.
“Tapi, jika terjadi apa-apa denganmu di luar pengawasanku, kau tidak aku perbolehkan ikut campur” Jawab Greg dengan tatapan dinginnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments