Aleycia bangun saat matanya merasakan sinar mentari menyapa. Sudah pagi, gadis itu masih mengumpulkan nyawanya yang tercecer entah kemana. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing.
Kejadian demi kejadian di rumah itu muncul berdatangan di kepalanya, menyisakan luka yang tidak tau seperti apa bentuknya.
“Lelaki itu benar-benar lelaki kaparat”
Gadis itu mengumpat dalam gumamannya, melamun memikirkan nasibnya setelah hari ini.
Ceklek
Suara pintu terbuka, Aleycia segera menutup matanya. Pura-pura tidur?
“Jangan pura-pura tidur, bangun dan bantu pelayan disini”
Suaranya terdengar dingin, siapa lagi kalau bukan sang pemilik rumah, Greg Rangley.
Mendengar hal itu, Aleycia segera membuka mata namun tatapannya sama sekali tidak menginginkan untuk menatap sosok yang telah merenggut kesuciannya semalam.
Sangat menjijikkan jika diingat.
“Cepat turun, jangan banyak drama” Ucap Greg.
Aleycia segera turun dari ranjang tapi, “Aw”.
Gadis itu mengadu, pangkal pahanya terasa perih dan sakit.
“Keluar dari sini, cepat!” Greg sama sekali tidak peduli dengan Aleycia, bahkan meskipun gadis itu mengadu seperti yang baru saja terjadi. Padahal lelaki itu tau bahwa kesakitan yang dirasakan Aleycia adalah ulahnya.
Tapi, greg adalah psikopat berdarah dingin, dia tidak memiliki hati apalagi perasaan. Belas kasihan? Cih, makanan busuk apa itu? Tidak ada kata ampun dan kasihan dalam kehidupannya, karena memang pembunuh yang sebenarnya adalah dirinya.
Aleycia berjalan sedikit tertatih, merambat dengan pelan agar sakit di pangkal pahanya tidak begitu terasa.
Lalu apa yang dilakukan Greg di kamar itu?
Setelah kepergian Aleycia, lelaki itu mengambil jam tangannya yang tertinggal semalam. Lalu dia beranjak ingin keluar dari ruangan itu tapi, dia berhenti sejenak, menangkap bercak darah di seprei putih itu.
Pikirannya melayang pada Aleycia, apa sesakit itu?
“Ah, kenapa aku harus memikirkan rasa sakitnya? Itu urusannya” Gumam Greg setelah sadar dari alam bawah sadarnya, memilih keluar saja dari kamar itu.
...***...
“Aku akan pulang” Ucap Aleycia pada lelaki yang baru saja turun dari kamar utama, siapa lagi jika bukan Greg Rangley.
Greg terdiam sebentar di tempatnya, nafsu makannya tiba-tiba menghilang mendengar penuturan mangsa barunya.
“Apa aku menyuruhmu melangkahkan kaki dari rumah ini?” Ucap Greg dingin.
“Tapi, aku punya rumah. Aku juga punya keluarga, tentu saja aku harus pulang. Adikku pasti sangat mengkhawatirkan diriku” Celoteh Aleycia. Gadis itu sepertinya benar-benar tidak tau takut setelah apa yang terjadi padanya selama berada di rumah itu.
“Aku tidak peduli dengan keluargamu, diam dan kau mati disini atau keluar dan keluargamu mati di luar sana. Kau hanya memiliki dua pilihan itu”
Deg
Aleycia merasa kesal dengan lelaki di hadapannya ini, bagaimana mungkin ada seseorang yang tidak memiliki hati sepertinya?
“Apa kau tidak tau bagaimana rasanya merindukan ibumu ha? Apa kau tidak pernah merasakan memiliki saudara yang menyayangimu? Bagaimana mungkin kau menyuruhku memilih hal bodoh itu?”
Sebenarnya yang dimaksud Aleycia bukanlah seseorang yang nyata tapi, itu adalah makam sang ibunda, ayah dan juga adiknya. Bagaimana mungkin dirinya yang setiap pagi sebelum berangkat bekerja akan bercerita di makam ketiganya sekarang malah harus terkurung di tempat mengerikan ini?
“TUTUP MULUTMU” Greg meraih leher gadis itu, mencekiknya perlahan.
“Jaga ucapanmu jal*ng, jika kau berani mengungkit masalah keluarga lagi akan aku patahkan lehermu ini”
Greg berbicara dengan nada dinginnya, berbisik pelan dengan giginya yang gemeretak marah.
Aleycia tetaplah gadis manis dulunya, gadis itu hanya bisa menahan sakit di lehernya dengan air mata yang mulai meleleh.
Tapi, sang pelaku tidak peduli. Lelaki itu semakin mengeratkan tangannya di leher Aleycia.
“Dengarkan aku baik-baik, jika kau berani berjalan satu langkah saja keluar dari rumah ini. Aku pastikan keesokan harinya kepalamu akan menggantung di depan rumah kekasihmu”
“Bukankah kekasihmu juga seorang musisi nona? Bagaimana jika aku juga menghancurkan karirnya setelah menghancurkan hatinya?” Lanjut Greg.
Deg
Bagaimana dia tau tentang kekasihku? Batin Aleycia di tengah kesakitannya.
Greg menyeringai, melepaskan cengkraman tangannya saat mendapati gadis di hadapannya sudah mulai kehilangan nafas.
Uhuk
Uhuk
Uhuk
Aleycia langsung terbatuk, mengeluarkan nafasnya yang tersendat sejak tadi.
“Kau memang lelaki kaparat” Ucap gadis itu menangis, menunduk meratapi bagaimana nasib kehidupannya selanjutnya.
“Tentu, jika aku tidak menjadi bajing*n maka aku tidak akan ada di titik ini”
Greg segera pergi dari ruang makan, melewatkan sarapannya begitu saja. Sedangkan Aleycia masih diam di tempatnya.
Tiba-tiba seorang gadis yang sepertinya seumuran menghampiri Aleycia, menepuk pundaknya perlahan.
“Biar aku katakan padamu, jika kau masuk ke rumah ini dan bisa hidup di dalamnya maka kau harus bersyukur. Tuan Greg masih memberimu kesempatan untuk hidup hari ini tapi, jika kau melanggar ucapannya lain kali, mungkin kau memang tidak sayang nyawamu”
Gadis itu masih diam, tidak tau harus mengatakan apa.
“Aku anak dari kepala pelayan disini, namaku Abey” Ucap gadis itu, mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.
Yang diajak bersalaman pun menerima uluran tangan itu, “Aleycia” Ucapnya.
“Kau sangat cantik, pantas jika tuan Greg terpikat padamu jadi jaga sikapmu baik-baik di mansion ini” Balas Abey sambil tersenyum.
Gadis manis itu terlihat sangat sopan dan menenangkan.
“Pergilah ke kamarmu dan bersihkan dirimu lalu kau bisa ikut aku untuk sarapan. Aku akan menunggumu di dapur, temui aku disana jika kau sudah selesai” Ucap gadis bernama Abey itu.
Aleycia mengangguk, berjalan perlahan ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
nobita
akhirnya menemukan sahabat yg baik
2023-06-28
0