Siang ini Dannis tampak tak bersemangat, apalagi kalau mengingat nanti malam Ayahnya akan memperkenalkannya dengan wanita yang akan menjadi calon istrinya itu.
"Astaga, kenapa nasi goreng ini rasanya beda banget dengan buatan si cupu itu." Dannis menggerutu ketika sesendok nasi goreng sudah berhasil mendarat di mulutnya.
"Enak boss ?" Sam memperhatikan Dannis yang tampak tak berselera.
"Buat kamu saja." Dannis mendorong piring nasi itu.
"Beneran boss, kebetulan aku belum makan siang." Sam segera mengambil nasi goreng dari hadapan Dannis.
"Astaga ini enak banget, memang tidak salah aku memperkerjakan chef itu." Sam makan nasi goreng dengan lahap.
Dannis hanya menggelengkan kepalanya melihat asistennya itu, entahlah kali ini dia tidak selera makan. Mungkin karena bukan Aline yang memasaknya langsung atau memang karena sedang memikirkan acara nanti malam.
"Boss sedang ada masalah ?" Sam melihat bossnya itu sedang termenung sambil memainkan bolpoin di tangannya.
"Masalah berat." ujar Dannis lirih.
"Benarkah, tapi perusahaan kita dalam keadaan stabil boss ?"
"Papa menjodohkanku, entah dengan wanita mana ?" Dannis mengusap wajahnya dengan kasar, ia tampak frustrasi.
"Wah, gercep sekali Om Nicholas."
"Tapi aku belum mau menikah." sentak Dannis.
"Apa boss masih menunggu wanita itu ?" kali ini Sam bertanya dengan mimik serius.
"Entahlah, aku belum mau saja berkomitmen."
"Untuk apa menunggunya, jelas - jelas wanita itu sudah meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas. Mungkin dia sekarang sudah beranak pinang." ujar Sam dengan geram ketika mengingat mantan Dannis yang sudah pergi tanpa pamit, hingga membuat Dannis menjadi laki - laki playboy hanya untuk melampiaskan kekecewaannya.
"Aku sama sekali tidak menunggunya, saat ini belum ada wanita yang mampu mengisi hatiku." ujar Dannis.
"Benarkah, lalu gadis kecil itu ?" Sam menatap bossnya dengan intens.
"Kecuali dia. Sudah lama aku tidak pernah bertemu dengannya, bagaimana kabarnya." batin Dannis dalam hati.
"Boss." Sam sedikit berteriak karena bossnya itu tampak melamun.
"Aku mau keluar cari makan." Dannis beranjak dari duduknya kemudian berlalu pergi meninggalkan Sam sendiri.
Dannis melajukan mobilnya dengan kencang membelah jalanan yang tampak lenggang, sesekali dia mengacak rambutnya dengan kasar ketika mengingat beberapa jam lagi dia akan bertemu dengan wanita pilihan ayahnya.
"Sepertinya wahana itu akan sedikit menghilangkan stresku." gumam Dannis, ia melihat sebuah roller coaster di taman bermain.
Dannis segera memarkirkan mobilnya, setelah membeli sebuah tiket ia segera menuju ke wahana tersebut, ia memakai topi untuk menghalau teriknya matahari siang itu.
Tanpa ia sadari, ada Aline dan Praja anaknya Wira sudah duduk di sebelahnya. "Aku yakin, sebentar lagi kakak akan menangis histeris." ucap Praja meledek, karena ia tahu selama ini Aline selalu menolak ketika di ajak naik wahana tersebut.
"Aku sudah berbaik hati menemanimu jadi jangan cerewet, seperti emak - emak komplek saja." Aline mendengus kesal.
"Bersiap kak." ujar Praja ketika roller coaster itu mulai bergerak.
"Bagaimana ini, aku sudah merinding duluan. Astaga nih orang kenapa bisa santuy begitu." gumam Aline, ia melihat seorang laki - laki di sebelahnya sedang bersandar dengan topi menutupi wajahnya.
"Akhhhh, Ojak kakak takut." Aline berteriak histeris ketika wahana itu mulai bergerak cepat.
"Ini menyenangkan kak." Praja tertawa girang sambil berteriak teriak.
Dannis yang mendengar suara perempuan menangis histeris, seketika ia menoleh ke sebelahnya. "Astaga wanita ini."
"Tenanglah ada aku disini." Dannis berteriak agar wanita di sebelahnya itu mendengarnya, lalu ia menggenggam tangannya dengan erat.
"Berteriaklah agar kamu tidak mual." sambung Dannis lagi ketika Aline menatapnya.
Aline berteriak teriak dengan keras yang di ikuti juga oleh Dannis. Sepertinya ia mulai menikmati wahana tersebut, sesekali ia tertawa.
Dannis masih menggenggam tangan Aline dengan erat, sentuhan kulit itu seperti sengatan listrik yang mengaliri darahnya sehingga membuat jantungnya seketika berdebar debar.
Beberapa saat kemudian Wahana tersebut mulai berhenti, Setelah itu Aline segera turun dan meninggalkan Dannis yang masih enggan untuk turun dari sana.
"Hey nona tunggu !" Dannis mengejar Aline yang sudah jauh meninggalkannya.
"Apa kamu tidak berterima kasih padaku ?" ujar Dannis ketika sudah berhasil menghentikan Aline.
"Om siapa ?" tanya Praja.
"Nama Om, Dannis. Om temannya kakak kamu ini, apa kamu mau naik wahana lain bersama Om ?"
"Tentu saja." Praja tampak girang.
"Dek, kamu tidak boleh berbicara dengan orang asing !" ujar Aline menatap tajam pada Praja.
"Tapi Om ini kan teman kakak." sahut Praja.
"Ayo !" Dannis sudah menarik Praja dan berlalu meninggalkan Aline yang masih tampak bengong.
"Teman dari Hongkong." batin Aline dalam hati.
"Hey tunggu, kok aku yang jadi ditinggal !" Aline berlari mengejar mereka.
"Ayo Om temani Praja masuk situ ?" Praja menunjuk sebuah wahana kereta rumah hantu.
"Baiklah siapa takut." sahut Dannis.
"Duh anak orang bisa hilang nih kalau tidak aku ikuti." gumam Aline.
"Hey tunggu aku." Aline tampak ngos ngosan ketika berhasil menghentikan langkah Dannis dan Praja.
"Kalian yakin mau masuk ke dalam ?" Aline menatap Dannis dan Praja bergantian.
"Tentu saja ayo." Dannis sudah menarik tangan Aline untuk masuk ke dalam.
Kini mereka sudah berada di atas kereta, ruangan itu tampak temaram dan nyaris gelap. "Awas kamu jangan cari kesempatan." ujar Aline memperingatkan Dannis yang sedang duduk di sebelahnya.
Dannis hanya tersenyum penuh arti mendengar ancaman Aline, tak berapa lama kereta mulai berjalan menelusuri lorong yang lumayan gelap dengan suara - suara yang menyeramkan.
"Akhhhh." teriak Aline. Seketika ia memeluk Dannis, ketika tiba - tiba ada kepala melayang di hadapannya. Dannis hanya terkekeh ketika gadisnya itu tiba - tiba memeluknya, lagi - lagi ia sepertinya mendapatkan sengatan listrik dan jantungnya terasa berdebar debar.
Setelah menyadari, Aline langsung melepaskan pelukannya. Ia ganti menggenggam tangan Praja untuk menghilangkan rasa takutnya, ketika melihat beberapa makhluk yang terlihat menyeramkan.
"Kakak sakit." Teriak Praja ketika Aline mencekeram tangannya dengan erat.
"Sudah kamu diam disini saja, kalau takut pejamkan mata." perintah Dannis. Ia merasa kasihan dengan Praja, maka dari itu Dannis menarik Aline dan membawa kepelukannya.
Aline tampak menurut, ia merasa tenang berada di dekapan Dannis. Ia mencium wangi maskulin di tubuh laki - laki itu. Bahkan detak jantungnya begitu nyaring ia dengar.
Begitu juga dengan Dannis, ia merasakan nyaman dan tenang ketika memeluk Aline. Perasaan yang tidak pernah ia rasakan selama ini dan tanpa ia sadari bibirnya berucap lirih nyaris tak terdengar. "Aku mencintaimu, sungguh mencintaimu."
Tak terasa kereta itu sudah berhenti tepat di pintu keluar, Dannis tampak enggan melepas dekapannya tapi gadisnya itu sudah melotot ke arahnya. "Tuan, anda jangan modus !" Aline sudah meronta dari dekapan Dannis, kemudian ia berlalu meninggalkannya.
"Hey nona tunggu !" Dannis melangkahkan kaki panjangnya untuk menghentikan Aline.
"Kalau boleh tahu siapa nama mu ?" tanya Dannis.
"Tidak penting tuan dan jangan mengikuti ku lagi." Aline segera berlalu meninggalkan Dannis.
Dannis tampak berdiri mematung melihat kepergian Aline. Kali ini ia tidak akan mengejarnya, tapi dia sudah bertekad untuk mencari tahu siapa wanita itu sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
pasti gak kenal ya Bos,yang ni kan cantik
2023-07-13
3
Bundanya Robby
gak mau ngejar denis awas nyesel ...biar aku aja yg kejar Aline.....klw dapet gak akan pernah ku lepas kan dia buat mu😀😀
2022-06-30
0
Taty AB
Thor ,emang tadi Aline berpenampilan yg mana?
2022-05-11
1