"Apa, Aline tidak mau di jodohkan Pa." Aline langsung mendengus kesal, bagaimana bisa ayahnya yang baru datang itu membicarakan perjodohannya.
"Papa tidak menjodohkanmu sayang." Nisa mengedipkan matanya pada suaminya agar tidak berbicara lagi.
"Kami hanya ingin mengenalkan kamu pada seorang pria Nak. Umur kamu sekarang sudah mau menginjak dua puluh dua tahun, tapi kamu sama sekali belum pernah dekat dengan seorang laki - laki." Lanjut Nisa lagi dengan lembut, ia tahu anaknya itu sedikit keras kepala seperti ayahnya jadi akan percuma menasehatinya dengan cara keras.
"Tapi Mi, Aline belum mau pacaran apa lagi menikah." Aline tampak memohon pada Ibunya itu.
"Hanya berkenalan sayang untuk selanjutnya kalian bisa berteman dahulu." Nisa berbicara pelan - pelan agar anak gadisnya itu mau menerima alasannya.
"Baiklah, tapi siapa pria itu ?" Aline menatap wanita yang masih terlihat cantik itu meski usianya sudah tidak muda lagi.
"Laki - laki itu bernama Dannis Bryan, anak dari teman bisnisnya Papa, tuan Nicholas Bryan. Selain sebagai rekan bisnis Papa, beliau juga mentor Papa dalam membangun usaha di negara ini." kali ini Austin yang menjawab pertanyaan putrinya.
"Apaaaa, pria mesum itu. Astaganaga, apa Papa akan memasukkan ku ke kandang buaya." gumam Aline.
"Tapi Pa, laki - laki itu playboy." Aline berusaha meyakinkan ayahnya agar segera membatalkan niatnya itu.
"Kamu tahu dari mana sayang, wajar sekelas Dannis yang seorang pengusaha muda dan sukses di kejar - kejar oleh banyak perempuan."
"Masa iya aku harus bilang sama Papa, kalau saat ini aku menjadi sekretarisnya Dannis dan sudah melihat pria itu dua kali bercinta dengan wanita yang berbeda. Bisa - bisa Papa akan membawaku pulang." gumam Aline.
"Sudah bukan rahasia lagi Pa, semua orang di kota ini juga tahu laki - laki itu seorang casanova." ujar Aline dengan kesal.
"Sayang itu hanya rumor, lagipula selama ini belum ada berita negatif tentangnya." Austin mencoba membujuk putrinya itu.
"Percuma berdebat dengan pak RT ini, lebih baik aku menyetujuinya sambil berpikir bagaimana caranya untuk menolak pria itu." gumam Aline.
"Baiklah terserah Papa saja."
"Begitu donk ini baru anak Papa." Austin langsung mengacak lembut rambut anaknya itu.
Ditempat lain Dannis sedang melajukan mobilnya menuju kediaman Ayahnya, entah ada angin apa Ayahnya itu tiba - tiba menghubunginya agar dia datang ke rumahnya.
Dannis menghentikan mobilnya tepat di depan mansion mewah milik Ayahnya, tuan Nicholas Bryan. Sejak pindah ke Apartemennya, jarang sekali ia mengunjungi Mansion tersebut. Apa lagi akhir - akhir ini Ayahnya itu selalu saja menyuruhnya untuk segera menikah.
"Ada apa Papa memanggilku." tanya Dannis tanpa basa basi pada Ayahnya, karena terakhir bertemu mereka sempat berdebat karena Ayahnya itu menyuruhnya untuk segera menikah.
"Apa selama tinggal sendiri di Apartemen sudah hilang rasa sopan santunmu terhadap ayahmu ini ?" sentak tuan Nicholas, ia menatap tajam putranya itu.
"Bukan begitu Pa, aku masih tetap menghormati Papa seperti dulu." Dannis merendahkan suaranya, ia tahu akibatnya jika Ayahnya itu sudah marah padanya.
"Apa kamu juga masih menyayangi Papa ?" kini laki - laki tua itu melembutkan suaranya.
"Tentu saja, kenapa Papa tanya itu."
"Papa sudah tua Nak, kapan kamu akan memberikan papa seorang cucu ?"
"Aku belum menikah Pa, bagaimana bisa memberikan Papa seorang cucu." Dannis merasa aneh dengan permintaan konyol ayahnya.
"Makanya kamu segera menikah !" ucap tuan Nicholas dengan lembut tapi tidak menghilangkan ketegasannya.
"Aku belum menemukan wanita yang cocok denganku Pa." sepertinya Dannis sudah mulai sedikit frustrasi dengan keinginan ayahnya.
"Tapi Papa sudah menemukan wanita itu, Papa yakin wanita ini akan menghentikan petualangan gilamu itu."
"Pa, sudah berapa kali aku bilang. Aku belum mau menikah Pa."
"Jangan bilang kamu masih mengharapkan perempuan itu ?" sentak tuan Nicholas.
"Aku sudah melupakannya." Dannis mendengus dengan kesal, ia paling tidak suka jika Ayahnya mengungkit masa lalunya.
"Melupakannya dengan cara meniduri banyak wanita, kenapa kamu merusak dirimu sendiri. Contohlah adik kamu, dia selalu menghormati wanita bukan merusaknya seperti kamu." Kali ini tuan Nicholas membandingkan Dannis dengan anak angkatnya Lionel Bryan.
"Papa bela saja anak angkat itu." Dannis berlalu keluar meninggalkan ayahnya.
"Berani kamu melangkahkan kaki keluar, Papa akan coret kamu dari daftar warisan." Ujar tuan Nicholas dengan tegas dan seketika langkah Dannis terhenti.
"Baiklah, aku turuti kemauan Papa." sahut Dannis kemudian ia berlalu pergi keluar dari Mansion tersebut.
"Dasar keras kepala." gumam tuan Nicholas, ia duduk bersandar di kursi kerjanya seraya menatap foto Aline di ponselnya yang di kirim oleh Austin beberapa hari yang lalu.
"Sangat mirip dengan mendiang istriku." gumam tuan Nicholas lagi.
🍁🍁🍁
"Apaaaaaa, aku tidak salah dengarkan ?" Sofia berteriak nyaring ketika Aline mengatakan ia akan di jodohkan dengan Dannis.
"Makanya aku pusing, bagaimana caranya memberitahu Papa ku kalau laki - laki itu playboy." Aline menopang kedua dagunya dengan tatapan kosong.
"Kamu beritahu saja, selama ini kamu jadi sekretarisnya dan sering melihat Dannis berkencan dengan banyak wanita."
"Gila kamu, selama ini aku selalu diam - diam kerja di perusahaan orang lain. Kalau sampai Papa tahu, bisa - bisa hari ini juga aku disuruh pulang. Memang kamu mau aku tinggal pulang ?" Aline melotot pada sahabatnya itu.
"Iya tidak lah, selama ini kamu adalah sahabat tergokilku. Aku bisa merana kalau kamu balik ke negaramu." Sofia tampak sedih.
"Makanya bantu aku cari ide untuk menggagalkan perjodohan itu." Aline nampak frustrasi.
"Kenapa kamu tidak menerimanya saja, siapa tahu setelah menikah denganmu pria itu akan berubah menjadi setia." lagi - lagi Sofia memberikan ide konyolnya.
Aline langsung menoyor sahabatnya itu. "Sudah gila kamu. Sampai lebaran monyetpun laki - laki itu tidak akan berubah, yang ada aku yang akan mati berdiri melihat dia selingkuh melulu."
"Jangan salah, Tuhan itu maha membolak balikkan hati seseorang. Kalau dia sudah jatuh cinta sama kamu, gunungpun akan ia angkat untuk di berikan padamu."
"Kamu sehat sof ?" Aline memegang dahi sahabatnya itu.
"Aku sehat Aline." teriak Sofia.
"Kalau sehat kenapa bicaramu seperti orang sakit begitu."
"Kamu tidak sedang mengataiku sakit jiwakan ?" Sofia melotot pada sahabatnya itu.
"Bukan aku ya yang bilang." Aline tertawa puas melihat wajah kesal sahabatnya.
"Lagipula kalaupun Dannis bisa berubah, aku tidak mungkin bisa menerima laki - laki yang sudah tidur dengan banyak wanita." ucap Aline lagi.
"Astaga Aline, jaman sekarang tidak ada laki - laki perjaka. Jangankan pria dewasa seperti Dannis, yang anak masih sekolah saja mereka sudah pernah berhubungan intim." Sofia mendengus kesal melihat sahabatnya yang terlalu naif menilai seorang laki - laki.
"Tapi tetap saja hatiku tidak bisa menerima."
"Kamu beneran mau sama laki - laki yang masih perjaka." Sofia menatap serius temannya itu.
"Siapa ?"
"Tuh anak bayi sebelah rumahku, asli original paling - paling baru emaknya saja yang menjamahnya." Sofia tertawa puas bisa membalas kekesalannya.
"Sofiaaaaaaa." Aline berteriak nyaring hingga sebagian pengunjung di Cafe itu menoleh padanya.
"Seru amat sedang ngobrolin apa ?" tiba - tiba Sam sudah menghampiri meja mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
lanjutkan,
2023-07-13
3
Momo R
gonta ganti tiap hari mlhn jdi penyakit, ksian aline kalo smpai menikah
2022-07-18
0
Bundanya Robby
🤣🤣🤣🤣🤣bener Sofia ..jaman Sekaran gak gak ada onderdil yg SNI 🤣🤣🤣.
2022-06-30
0