Setelah menempuh penerbangan selama dua belas jam menggunakan Singapore airline, akhirnya Aline dan keluarganya tiba di Berlin ibu kota negara tersebut.
Saat itu disana sedang musim panas, hingga jalanan di kota itu terlihat ramai dengan lalu lalang pejalan kaki yang sedang menikmati liburan musim panasnya.
" Selamat datang sayang." Nindy memeluk Aline dengan erat.
Setelah Nindy dan Wira menikah, mereka memutuskan untuk tinggal di Jerman mengurus perusahaan Austin yang ada di negara itu.
" Ibu bagaimana kabarnya ?" Nindy memeluk erat mantan bossnya itu, ia begitu merindukannya.
" Baik Nin. Dimana Praja, aku sangat merindukannya ?" pandangan Nisa kesana kemari mencari sosok yang ia cari.
Praja adalah anak dari Wira dan Nindy. Nisa sangat menyayangi anak kecil itu, setiap melihat bocah berumur tujuh tahun itu mengingatkan pada King anaknya yang sudah meninggal.
" Mami." Praja yang baru keluar dari kamarnya langsung menghambur kepelukan Nisa.
" Hallo Ojek eh Ojak." goda Aline.
" Namaku Praja kakak, bukan Ojak." Praja tampak manyun, sehingga membuat semua orang yang ada disana tergelak.
" Oh Ojak, eh Praja." Aline mencubit gemas pipi gembulnya bocah kecil itu.
" Sudah sayang jangan diganggu adik kamu." Nisa menegur putrinya itu yang selalu saja bersikap usil jika bertemu Praja.
Beberapa saat kemudian Nindy mengantarkan mereka ke kamar untuk beristirahat.
" Wir, titip anak gue ya. Mungkin akan sedikit merepotkan mu karena sikapnya yang manja." Austin menatap Wira yang duduk di sebelahnya di balkon rumahnya.
" Tenang saja boss, dari kecil Aline sudah kuanggap seperti anakku sendiri."
Setelah belasan tahun berlalu kini Wira tidak sedingin dulu, bahkan kini ia dan Austin seperti seorang sahabat tidak seperti dulu layaknya boss dan asistennya.
Sebulan kemudian
" Sayang, kenapa kamu dandan seperti itu ?" Nindy melihat penampilan Aline dari atas hingga bawah. Gadis di depannya itu memakai kemeja kotak - kotak dan celana jeans ala ala remaja tahun sembilan puluhan, rambutnya diikat satu keatas. Tidak ketinggalan kacamata baca anti radiasi itu sudah bertengger di hidung mancungnya.
" Alin nyaman seperti ini tante, biar tidak ada pria genit yang godain Alin." Aline tersenyum manis.
" Om setuju dengan penampilan kamu." Wira mengedipkan sebelah matanya pada gadis kecil itu.
Beberapa saat kemudian Aline berangkat ke kampusnya di antar oleh seorang sopir.
" Whattt, ini kamu ?" ujar seorang wanita bernama Sofia, yang Aline kenal beberapa waktu lalu. Sofia adalah anak dari rekan bisnis Wira di negara tersebut.
" Kenapa, kaget ?"
" Kamu tidak bersyukur banget sih, dikasih wajah cantik tapi justru kamu rusak kayak gini. Duh mataku langsung sepet tahu."
" Biarkan saja yang penting aku nyaman, ini caraku untuk melindungi diri dari laki - laki ganjen."
Sofia tampak geleng - geleng kepala, Aline yang ia kenal beberapa hari yang lalu adalah sosok perempuan berparas Asia yang sangat cantik. Tapi pada saat hari pertama kuliah, ia justru mengubah penampilannya menjadi cupu.
Melihat penampilan Aline yang seperti gadis desa itu, otomatis semua mahasiswa langsung menjauhinya. Tapi Aline tak ambil pusing, hingga bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun berlalu dan sekarang dia telah menyelesaikan kuliahnya dalam waktu tiga tahun dengan nilai cumlaude.
☆☆
" Yes aku diterima kerja di perusahaan Bryan construction." teriak Aline ia sangat senang, CV yang ia ajukan ke perusahaan itu sebulan yang lalu akhirnya mendapat balasan.
" Gila, orang tua kamu punya perusahaan disini justru kerja di perusahaan lain." Sofia tampak bingung dengan kelakuan sahabatnya itu.
" Biarin, untuk mendapatkan pengalaman berharga itu butuh perjuangan." sahut Aline, ia melihat keluar jendela Apartemennya.
Sudah satu tahun terakhir ini Aline tinggal di Apartemen, Apartemen itu adalah hadiah ulang tahunnya yang ke dua puluh dari orang tuanya. Ia juga sudah diijinkan membawa mobilnya sendiri.
" Aku harus kabari Dewa." gumam Aline kemudian ia membuka laptopnya untuk berkirim pesan melalui email.
" Kung, oh jangkung. Aku sudah diterima kerja nih, besok hari pertamaku. Doakan ya." Aline mengirim pesan tersebut.
Meski selama tiga tahun terakhir tidak pernah bertemu dengan sahabatnya itu, tapi mereka sering berkirim pesan melalui email untuk mengetahui kabar masing - masing. Bahkan sekarang Dewa sudah menjadi anggota polisi.
Ditempat lain, terlihat seorang pria sedang duduk di kursi kerjanya.
" Sam kamu belum dapat juga kriteria sekretaris yang ku mau ?" Dannis tampak frustrasi karena setiap bulan harus ganti sekretaris, itupun juga karena ulah dirinya. Setiap ada sekretaris yang cantik selalu dia kencani, tapi giliran diminta berhubungan serius dia langsung memecatnya.
" Sudah ada boss. Harusnya dia dibagian divisi keuangan, tapi karena penampilannya yang sesuai dengan kriteria yang boss cari maka aku pindahkan kesini." ujar Sam.
Namanya Samuel, biasa dipanggil Sam. Dia adalah asisten sekaligus sahabat Dannis.
Keesokan harinya
kring
kring
Terdengar alarm dari atas nakas, dengan mata masih ngantuk Aline mematikannya dan kembali tidur.
Drtt
Drtt
Beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi, dengan malas Aline menjawabnya meski dengan mata masih terpejam.
" Ya hallo."
" Bagaimana hari pertama kerja, bossnya tampan tidak ?" tanya Sofia dari ujung telepon.
" Baru bangun, lagipula ini masih pagi." Aline memeluk gulingnya dengan erat.
" Whattt, ini sudah jam sembilan."
" Apaaaaa, aku telat dong." Aline langsung berlari kedalam kamar mandi.
Tiga puluh menit kemudian, Aline sudah siap dengan dandanan cupunya. Dengan menggunakan mobil sedan second yang ia beli kemarin, ia segera tancap gas menuju kantor Bryan construction. Ia sengaja membeli mobil bekas karena tidak mungkin menggunakan Ferrari mewahnya untuk bekerja.
Tepat pukul sepuluh pagi Aline tiba di kantor tersebut. " Maaf tuan, saya terlambat."
" Ini hari pertama kamu bekerja tapi sudah terlambat dua jam." Sam menatap tajam Aline.
" Sekali lagi saya minta maaf tuan, saya janji tidak mengulanginya lagi." Aline tampak menyesal karena sudah melakukan kecerobohan dihari pertamanya kerja.
" Baiklah akan saya beri satu kesempatan."
" Terima kasih tuan."
" Tugas kamu sekarang adalah menjadi sekretaris CEO disini."
" Apaaaaa." Aline berteriak sangat keras.
" Nona apa kamu mau membuatku tuli ?"
" Maaf tuan, bukannya saya berada di divisi keuangan. Kenapa sekarang sekretaris ?" Aline merasa tidak terima karena sekretaris bukanlah bidangnya.
" Ehmm."
Terdengar deheman dari suara bariton Dannis. Ia melangkahkan kakinya menuju ruangan yang pintunya sedang terbuka itu, dimana saat itu Aline dan Sam sedang berdebat.
" Selamat pagi boss." Sam menyapa Dannis yang sudah berdiri tidak jauh darinya.
" Apa ini sekretaris baruku." Dannis melihat penampilan Aline dari atas hingga bawah.
" What, aku sepertinya pernah melihat pria ini tapi dimana ya." gumam Aline.
" Benar boss."
" Kerja bagus Sam."
" Eh tunggu dulu enak saja, saya belum bilang setuju." Aline menatap tajam Sam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Bundanya Robby
🙄🙄🙄🙄🙄masuk kerja jam 10 ya Linn...mendingan bbx lagi aja yuk...
2022-06-29
1
Candra Elisa
ketagihan baca karya mu thor....😍😍😍
2022-05-31
0
Desrina Tobing
wih ....mkinn seruu aj ni cerita😊😊😊😊😊👏👏
2021-11-19
1