Ketika Aline sedang asyik makan cakenya, matanya tak sengaja melihat Dannis. Begitu juga dengan Dannis, ia juga sedang memperhatikan Aline dari kejauhan. Mata mereka terkunci beberapa saat, kemudian Aline memalingkan wajahnya ke sembarangan arah.
" Gawat." Aline sedikit berteriak.
" Aku lupa kalau boss ada meeting di Cafe ini." gumam Aline.
" Ada apa ?" Sofia tampak bingung dengan tingkat sahabatnya itu.
" Apa kamu lihat pria yang memakai kemeja hitam itu, dia bossku." Aline mengarahkan pandangannya kearah Dannis sekilas agar bossnya itu tidak menyadari kalau sedang dibicarakan.
" What. Sumpah demi apa, jadi pria yang bernama Dannis Bryan yang terkenal sangat kaya raya itu boss kamu. Aku pikir yang jadi boss kamu itu om - om genit." Sofia berteriak dengan histeris.
" Kecilkan suaramu dodol." Aline langsung membekap mulut Sofia.
" Kamu kenal ?" Aline tidak menyangka reaksi berlebihan dari temannya itu.
" Meski tidak kenal, semua orang juga tahu siapa dia. Pewaris tunggal kekayaan keluarga Bryan, banyak wanita yang mengejarnya hanya untuk bisa tidur dengannya." Sofia bercerita dengan antusias.
" Jangan - jangan yang di kantor tadi salah satu dari mereka dong."
" Bisa jadi."
" Astaga murahan sekali bossku, kasian yang jadi bininya nanti dapat barang obralan." Aline menopang dagunya sok merasa miris.
" Barang obralan yang berkualitas, kalau di kasih aku juga mau." Sofia menatap kagum pada laki - laki yang sedari tadi diam - diam memperhatikan sahabatnya itu.
" Kalau aku ogah, amit - amit." Aline mengetuk meja beberapa kali.
" Semoga saja dia tidak mengenaliku dengan penampilan seperti ini." gumam Aline.
Beberapa saat kemudian Aline menyudahi acara nongkrong sorenya, karena hari sudah mulai gelap. Begitu juga dengan Sofia dia sudah pergi duluan karena harus menjemput ibunya.
Ketika akan membuka pintu mobilnya, tangan Aline ditahan oleh seseorang dari belakang. Aline segera berbalik badan dan melayangkan tinjunya tapi sialnya tangannya langsung di tahan oleh pria tersebut.
" Nona tangan cantikmu ini, tidak pantas digunakan untuk kekerasan." tampak Dannis menggenggam tangan Aline yang tadi dia tahan.
Dengan sekuat tenaga Aline menghempaskan tangan Dannis.
" Jangan kurang ajar tuan."
" Nona apa Anda ingat denganku, ternyata gadis kecil itu sekarang tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik."
" Astaga ternyata dia masih mengingatku." gumam Aline.
" Tentu saja aku mengingatmu nona, sudah tiga tahun ini bayanganmu memenuhi kepalaku."
" Cih, modus sekali ini orang. Btw, apa boss mesum ini bisa mendengar kata hatiku." gumam Aline lagi.
" Maaf tuan sepertinya anda salah orang." Aline segera beranjak masuk kedalam mobilnya dan melajukannya dengan kencang.
" Shit." gerutu Dannis.
" Jadi selama ini dia berada satu negara denganku tapi kenapa aku tidak pernah melihatnya, dilihat dari penampilan dan kendaraannya sepertinya dia bukan wanita sembarangan." gumam Dannis lagi.
Aline masih melajukan mobilnya, kali ini dia akan berkunjung ke rumah Wira. Setelah menempuh perjalanan kurang dari tiga puluh menit, kini ia berhenti tepat di sebuah rumah mewah di kawasan elit kota tersebut.
" Sayang." kebiasaan Nindy setiap bertemu dengan Aline langsung mencium dan memeluknya.
" Apa kabar tante ?"
" Baik sayang, ayo masuk !"
" Ojak mana tante ?"
" Praja kakak, bukan Ojak." Praja yang baru keluar dari kamarnya langsung menghampiri Aline, bocah kecil itu sekarang sudah berumur sepuluh tahun dan lumayan tinggi.
" Adikku sayang." Aline memeluk Praja dengan erat.
" Hallo sayang." panggil Wira ketika baru menuruni anak tangga.
Aline langsung menghambur ke pelukan Wira, bagi Aline Wira adalah ayah keduanya.
" Ayo kita makan malam dulu !" Nindy yang sudah berada di meja makan meneriaki semua penghuni rumah itu.
" Wah enak nih indonesian foods semua, jadi kangen mami dan papa." Aline mengambil satu tusuk sate ayam yang ia cocol dengan sambal.
" Baru beberapa hari yang lalu ketemu, masa sudah kangen. Mending kakak pulang saja ke Indonesia." celetuk Praja yang baru mendudukkan badannya di kursi.
" Hey bocah, kamu mengusirku ?"
" Yang bocah itu kakak, umur saja yang tua tapi kelakuan kayak bocah." ledek Praja kemudian ia berlari dari sana.
" Ojaaaaaaaak, sampai dapat ku cium habis kamu ya." Aline berlari cepat mengejar Praja.
" Sudah sayang. Sudah, ayo makan dulu." Nindy memanggil anak - anaknya yang sedang berduel diatas sofa.
Beberapa saat kemudian mereka makan dengan tenang. " Sayang, om dengar kamu sudah dapat kerja ?" kali ini Wira membuka keheningan di meja makan itu.
" Ya om, di Bryan Construction."
" Benarkah, itu perusahaan sangat besar disini sayang. Tapi om harap kamu mempertimbangkan kemauan ayah kamu untuk mengurus salah satu perusahaannya disini."
" Ya om, Alin mau cari pengalaman di tempat lain dulu sebelum mengurus perusahaan sendiri. Alin harus banyak belajar."
" Baiklah kalau itu mau kamu."
Beberapa saat kemudian setelah menyelesaikan makan malamnya. Aline berpamitan pulang, karena esok hari ia harus kembali bekerja.
Keesokan harinya
Pagi ini Aline bangun sangat pagi, ia tidak mau terlambat seperti kemarin. Kalau tidak, pasti akan kena semprot boss mesum dan asistennya.
Setelah mematikan alarmnya, ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Satu jam kemudian dia sudah siap dengan penampilannya, hari ini ia menyanggul rambutnya ala ala pegawai bank dan memakai celana bahan panjang semata kaki dan kemeja kerja sedikit kedodoran.
Tidak lupa kacamata jadulnya sudah bertengger di hidung mancungnya, ia sengaja berpenampilan seperti itu agar boss mesumnya itu semakin ilfil dengannya.
Sebelum berangkat ia memeriksa email di laptopnya, kali saja ada pesan dari si jangkung sahabatnya, benar saja baru membukanya ada sebuah pesan masuk dari Dewa.
" Cil, bocil gue di pindah tugaskan ke Jakarta nih. Doakan ya semuanya lancar.....merindukanmu." isi pesan dari Dewa.
" Ashiaaaap kung semoga sukses, merindukanmu juga." balas Aline.
Kemudian setelah selesai berkirim email, Aline segera bergegas untuk berangkat meski hari masih sangat pagi.
" Astaga kenapa masih sepi sekali ini kantor." gumam Aline, ketika ia baru keluar dari mobilnya. Lalu ia bergegas masuk kedalam kantornya dan melangkahkan kakinya menuju lift.
Setelah sampai di meja kerjanya, ia langsung merapikan beberapa berkas disana.
" Lebih baik aku ke pantry, bukannya boss mesum itu tidak menyukai kopi panas. Jadi kalau kubuatkan sekarang, pas dia datang langsung bisa diminum." gumam Aline, kemudian ia bergegas pergi ke pantry.
Beberapa saat kemudian ia kembali dengan nampan yang berisi secangkir kopi dan beberapa kue, ia langsung memasuki ruangan Dannis tanpa permisi karena hari masih pagi dan bossnya itu juga pasti belum datang.
Sampai didalam Aline lagi - lagi mendengar desahan seorang wanita dan ia tampak terkesiap ketika bossnya itu sudah ada disana dan sedang bercinta dengan seorang perempuan yang berbeda dari yang kemarin.
" Sial." gumam Aline.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Bundanya Robby
heheheheh barang obral tapi berkualitas ..berati Monza donk Sofia🤪
2022-06-29
4
Candra Elisa
😂😂😂😂😂parah gitu dennis...
2022-06-01
0
Becky D'lafonte
obralan yg berkualitas🤣
2022-03-15
1