Pagi ini Aline dan kedua orangtuanya pergi ke bandara. Tampak mobil mereka melaju dengan kencang, karena jalanan terlihat lenggang tidak macet seperti biasa. Mungkin karena ini hari minggu, jadi tidak banyak warga beraktifitas diluar terutama anak sekolah dan para karyawan kantor.
Sebelum ke Jerman, mereka akan singgah di Singapore dahulu. Karena ayahnya Aline ada pekerjaan disana.
" Sayang masih ada waktu untuk berubah pikiran." ujar Austin pada anaknya itu.
" Enggak papa, keputusan Alin sudah final."
" Ayo lah sayang, kamu tidak kasihan sama papa." Austin masih kekeh berharap anaknya akan berubah pikiran.
" Papa sudahlah." kali ini Nisa yang menimpali.
" Baiklah kamu selalu menang nyonya Austin." ujar Austin seraya membawa istrinya itu kepelukannya.
" Dewa lagi apa ya, lebih baik aku kirim pesan saja." gumam Aline lalu ia mengambil ponselnya didalam tas.
" Wa, kamu lagi apa ?" tanya Aline dalam pesannya.
Tak lama kemudian ponsel Aline berbunyi tanda pesan masuk.
" Lagi ngurus administrasi nih cil, gue mau coba daftar akpol. Siapa tahu rejeki gue disana." balas Dewa.
" Aku doakan semoga berhasil ya." balas Aline lagi.
" Amin, kamu sudah berangkat ?" tanya Dewa.
" Lagi dijalan nih menuju Airport."
" Ya sudah hati - hati ya cil, bocil."
" Assshiaaap, jangkung." balas Aline ia tampak tersenyum nyengir.
" Duh anak mami, lagi chat sama siapa senyum - senyum begitu." goda Nisa.
" Sama si jangkung mi." sahut Aline.
" Siapa jangkung ?" kali ini Austin yang menimpali.
" Siapa lagi pa, kalau bukan sahabat satu satunya Alin di sekolah." ujar Aline.
" Makanya kamu dulu sekolah di swasta, biar banyak temannya." sahut Austin.
" Buat apa banyak teman tapi pada jadi penjilat." ujar Aline sambil manyun.
Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba di airport, dan segera check in. Setelah melakukan serangkaian pengecekan dibagian imigrasi, mereka segera boarding karena sebentar lagi pesawat yang mereka tumpangi akan take off.
Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih dua jam lima belas menit, mereka tiba di Singapore. Kemudian Austin membawa keluarganya ke hotel dimana ia akan meeting dengan rekan bisnisnya.
Sore harinya
" Mi, Alin ke toilet dulu ya." ucap Aline, ia sekarang sudah berada di Changi Airport karena beberapa saat lagi pesawatnya ke Jerman segera take off.
" Astaga sayang, kenapa tidak dari tadi." Nisa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
" Aduh, kebelet mi." Aline sudah berlari menuju toilet yang berada di VIP Lounge tersebut.
Beberapa saat kemudian tampak Aline keluar dari toilet dengan perasaan lega, lalu dengan langkah cepat ia menuju dimana orang tuanya sudah menunggu.
Brukkkk
" Aaakkhhh." Teriak Aline, sepertinya ia terpeleset karena tidak melihat tanda peringatan kalau lantai sedang basah.
Beruntung ada seseorang yang segera menangkapnya, sehingga ia tidak sempat terjerembab ke lantai.
Aline terpaku melihat pria yang sedang memeluk pinggangnya itu. Ini adalah pelukan pertama dari seorang laki - laki selain ayahnya, hingga membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Begitu juga dengan pria tersebut, ia tampak menatap Aline. Tatapan mereka terkunci beberapa saat, laki - laki itu merasakan hatinya berdesir ketika menatap mata polos Aline. Setelah mendengar seorang wanita yang berteriak, baru laki - laki itu melepas pelukannya.
" Hei bocah, kalau jalan pakai mata." sentak seorang wanita cantik dengan dandanan menornya.
" Ya ampun ini ondel - ondel kenapa bisa nyasar kemari." gumam Aline menatap wanita tersebut.
" Maaf aunty, eh kak. saya sedang terburu buru." sahut Aline.
Lalu Aline menatap pria yang sudah menolongnya tadi, ia tersenyum dengan manis. " Terima kasih tuan." ucap Aline kemudian ia berlalu pergi.
" Hei jangan kabur kamu." teriak wanita itu.
" Sudahlah sayang jangan diperpanjang, lagipula dia masih anak - anak." ujar pria itu, dia adalah Dannis Bryan, laki - laki berumur dua puluh delapan tahun. Pengusaha sukses dan berkebangsaan Jerman, tetapi mendiang ibunya adalah asli orang indonesia.
" Tapi aku tidak suka kamu memeluknya didepanku." ujar wanita itu yang bernama Isabel. Ia adalah teman kencan Dannis.
" Astaga sayang. Bukannya aku sering memeluk banyak wanita, buat apa kamu mempersalahkannya." ujar Dannis.
" Dia sengaja menggodamu, sok tersenyum manis di depanmu."
" Dia masih kecil sayang, mana mungkin aku tertarik padanya. Aku yakin dia tidak sehebat kamu di ranjang." bisik Dannis tepat di telinga Isabel. Hingga membuat wanita itu tampak bergidik.
" Baiklah tuan Dannis Bryan, aku akan segera memuaskanmu nanti." ucap isabel seraya menggandeng Dannis meninggalkan tempat tersebut.
Beberapa saat kemudian, pesawat yang Aline tumpangi sudah lepas landas menuju Berlin, ibukota Jerman. Dimana ia akan menghabiskan waktunya beberapa tahun untuk kuliah disana.
Jerman bukanlah negara asing baginya, sejak kecil ia sering berlibur dengan keluarganya. Bahkan banyak orang Indonesia yang tinggal disana, termasuk para pelajar. Ia berharap akan menemukan banyak teman yang tulus seperti Dewa.
☆☆
Siang itu disebuah apartemen mewah di Singapore. Tampak seorang pria sedang duduk di balkon sambil mengisap sebatang rokok di tangannya, pandangannya kosong menatap puncak gedung - gedung yang berdiri kokoh di depannya.
" Gadis kecil itu, kenapa matanya begitu polos." Gumam Dannis ketika mengingat tatapan mata Aline dan lagi - lagi hatinya terasa berdesir.
Baru kali ini ia memikirkan seorang wanita terutama seorang Gadis kecil, tapi sepertinya ia menyukai mata polos itu. Menurutnya matanya itu seperti magnet ketika menatapnya terasa enggan untuk berpaling.
" Sayang." seru Isabel, sehingga membuyarkan lamunannya.
Setelah percintaan panasnya dengan Dannis tadi, isabel langsung membersihkan dirinya. Kini wanita itu hanya memakai bathrobe yang panjangnya diatas lutut.
" Sayang kenapa kamu tidak memakai bajumu, kamu mau menggodaku lagi. Hmm." ujar Dannis seraya menarik tubuh wanita itu kepangkuannya.
Begitulah seorang Dannis, dalam hidupnya ia tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun. Ia pernah sekali jatuh cinta dengan seorang wanita, tetapi kekasihnya itu pergi meninggalkannya tanpa ia ketahui penyebabnya.
Sejak saat itu ia menganggap wanita hanya lah pemuas nafsunya. Karena ketampanan dan kekayaan yang ia miliki, jadi banyak wanita cantik yang rela menjadi teman tidurnya meski hanya sesaat.
" Kapan kamu akan kembali ke Jerman ?" tanya isabel, ia masih berada di pangkuan Dannis.
" Beberapa hari lagi, setelah urusanku disini selesai."
" Kapan kamu akan mengajakku kesana, aku lelah menjadi simpanan kamu disini." kali ini isabel beranjak dari pangkuan Dannis dan duduk di kursi yang ada di hadapannya.
" Sayang jangan berharap lebih dariku, kamu cukup membuatku senang dan aku akan memberikan semua yang kamu mau." Dannis tampak mengisap rokoknya lagi.
"Baiklah tuan Dannis." sahut wanita itu kemudian ia mengambil sebatang rokok dan mengisapnya.
" Aku harus bersiap, meeting sebentar lagi dimulai." ucap Dannis ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya kemudian beranjak pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Bundanya Robby
numpang rehat ya Thor ..lelah🚶🏾♀️🚶🏾♀️🚶🏾♀️🚶🏾♀️
2022-06-29
2
Candra Elisa
ketemu cow casanova lg...
2022-05-31
0
Liesdiana Malindu
paling gak suka klau ketemu cerita yg pemeran lakinya seorang pemain 😡🤮🙄
2022-04-04
2