Siang itu setelah menyelesaikan makan siangnya Aline kembali lagi berjibaku dengan pekerjaannya.
"Apa tuan Dannis tidak makan siang, bahkan ini sudah lewat dari jam makan siang." Gumam Aline ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Apa aku tawari saja ya, duh kenapa aku jadi sok peduli begini. Tidak mungkin kan kalau aku menyukainya, ya benar ini pasti karena rasa kemanusiaanku saja." gumam Aline lagi.
Kemudian ia beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju ke ruangan bossnya, setelah mengetuk pintu ia segera masuk kedalam ruangan tersebut.
Ketika masuk Aline melihat Dannis sedang menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya dengan mata tampak terpejam.
"Permisi tuan, apa tuan mau saya pesankan makan siang ?" ujar Aline dengan ragu - ragu.
Seketika Dannis melihat Aline yang masih berdiri mematung di depannya. "Buatkan nasi goreng !" ucap Dannis.
Ketika sedang suntuk pria itu selalu saja mengingat mendiang ibunya yang asli orang Indonesia. Ketika masih kecil Ibunya itu sering memasak masakan khas Indonesia.
"sejak kapan bule ini makan nasi goreng." gumam Aline.
"Maaf tuan, tapi menu di kantin tidak ada nasi goreng."
"Kamu kan bisa membuatnya sendiri." Dannis masih fokus menatap layar komputernya tanpa melihat Aline.
"Tapi saya kan bukan koki tuan." Aline mendengus kesal, bukan berarti dia tidak bisa masak bahkan dia sangat pandai memasak. Karena dari kecil ibunya selalu mengajarinya tapi kali ini dia sangat malas melakukannya, karena pasti baju kerjanya akan menjadi bau karena aroma penggorengan.
Dannis menatap kesal Aline. "Kalau mau menjadi sekretarisku kamu harus bisa segalanya."
"Baik tuan akan saya buatkan." sahut Aline kemudian ia berlalu keluar dengan dongkol menuju pantry.
Beberapa saat kemudian Aline membawa nampan berisi sepiring nasi goreng buatannya.
"Silakan tuan, tapi kalau rasanya aneh saya tidak tanggung jawab." ucap Aline kemudian ia pamit keluar.
Dannis hanya diam saja tidak menghiraukan sekretarisnya itu, sekarang ini ia sedang menatap sepiring nasi goreng yang berada di depannya. Karena perutnya sudah keroncongan ia segera memakannya.
Ia mulai memasukkan satu sendok nasi goreng itu ke mulutnya. "Astaga ini enak sekali, persis dengan masakan mama." gumam Dannis kemudian ia kembali memakan nasi goreng itu sampai tak bersisa.
Sejak saat itu setiap makan siang di kantornya, Dannis selalu saja meminta Aline untuk membuatkannya nasi goreng. Mau tidak mau Aline melakukannya meski dengan perasaan kesal, sampai - sampai ia harus membawa baju ganti supaya tidak tercium bau penggorengan.
"Boss ini informasi tentang wanita yang anda cari waktu itu." ujar Sam ia nampak membawa sebuah map di tangannya. Karena ia kemarin sudah sepakat dengan Aline kalau akan memberi tahu bossnya itu sedikit informasi tentangnya.
"Tidak perlu Sam, aku sudah tidak menginginkannya lagi." ucap Dannis dengan tegas. Sebenarnya Dannis sangat ingin mengetahuinya, tapi ia mengenyampingkan perasaannya. Ia lebih mementingkan ego dan harga dirinya yang tinggi, tidak ada di kamusnya untuk mengejar wanita tapi wanita lah yang harus mengejarnya.
"Baiklah boss." Sam tampak heran tapi kemudian ia berlalu keluar dari sana.
"Bagaimana ?" tanya Aline ketika melihat Sam baru saja keluar dari ruangan bossnya itu.
Sam menaruh map itu di meja Aline. "Boss sudah tidak menginginkan kamu lagi." ujar Sam setengah berbisik. Entah kenapa laki - laki itu tampak senang sekali, senyum di wajahnya sangat mereka ketika menatap Aline.
"Syukurlah kalau begitu, jadi aku aman dari pria mesum itu." sahut Aline ia tampak membalas senyum Sam, tapi entah kenapa dia merasakan sepertinya hatinya sedikit sakit ketika bossnya itu tidak lagi menginginkannya.
🍁🍁🍁
Hari ini Aline tampak senang ketika mengetahui kalau bossnya itu sedang tidak masuk kerja, itu berarti dia tidak lagi di sibukkan dengan memasak untuk makan siang bossnya. Sehingga ia bisa fokus menyelesaikan pekerjaannya, agar bisa pulang lebih awal.
Setelah beberapa bulan menjadi seorang sekretaris, Aline sudah bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Ia menganggap pekerjaannya itu adalah sebuah pengalaman baru baginya selain keahliannya menjadi staf keuangan.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Sam mengijinkannya untuk pulang lebih cepat. sehingga jarum jam baru menunjukkan pukul dua siang dia sudah keluar dari kantornya.
Kemudian setelah sampai di Apartemen ia langsung merebahkan badannya, sepertinya ia akan menikmati tidur siangnya yang jarang sekali ia lakukan semenjak ia bekerja. Karena setiap weekend dia juga harus membantu Wira memantau perusahaan Ayahnya.
Drtt
Drtt
Terdengar bunyi ponselnya, dengan mata masih mengantuk Aline menjawab panggilan itu.
"Ya hallo siapa ini ?" ucap Aline dengan mata masih terpejam.
"Hey lagi dimana kamu ?" ucap seorang pria dari ujung telepon.
"Lagi tidur siang." jawab Aline dengan malas, ia rasanya enggan untuk membuka matanya.
"Memangnya saya menggaji kamu buat tidur." dari ujung telepon Dannis berteriak dengan nyaring.
"Astaga si boss." gumam Aline seketika ia menjauhkan ponselnya karena teriakan Dannis memekikkan telinganya.
"Saya sudah menyelesaikan pekerjaan saya tuan dan Sam juga mengijinkan saya pulang." ucap Aline, ia melihat jam diatas Nakas sepertinya ia baru satu jam tertidur.
"Kamu ke Apartemenku sekarang, belikan aku obat penurun demam." perintah Dannis dari ujung telepon.
"Tapi ini kan bukan jam kerja saya tuan, kalau tuan sakit kan bisa ke dokter." celetuk Aline ia tidak mau bossnya itu semena mena terhadapnya.
"Kamu mau aku mati." pekik Dannis lagi.
"Ya tidak mau tuan, nanti siapa yang menggaji saya."
"Makanya cepat kesini !" ucap Dannis kemudian menutup teleponnya.
"Pemaksa sekali ini orang, untuk saja ganteng. Btw dia dapat nomor ponselku darimana." gumam Aline. Setelah berpikir sejenak kemudian ia bergegas mandi kilat. Aline tampak memakai celana olahraga panjang dan kaos rumahan, rambutnya ia kincir kuda dan tidak lupa kacamata tebalnya sudah bertengger di hidung mancungnya.
Beberapa saat kemudian Aline sudah berada di depan pintu Apartemennya Dannis, karena Apartemennya hanya berbeda satu lantai dengan Dannis.
"Astaga sedekat ini tapi tidak pernah bertemu." gumam Aline ia tampak cekikikan sendiri.
Tak berapa lama Dannis membuka pintu Apartemennya, wajahnya tampak pucat. "Cepat sekali kamu datang." ujar Dannis heran karena lima belas menit setelah ia menutup teleponnya Aline sudah berada di depannya.
"Saya seorang karyawan professional tuan, ini obatnya." Aline menyerahkan bungkusan obat di tangannya.
"Masuklah !" perintah Dannis ia membuka pintunya agak lebar supaya Aline bisa masuk kedalam.
"Buat apa tuan tugas sayakan cuma mengantarkan obat." ujar Aline.
"Hey harusnya kamu bersyukur kamu satu satunya wanita yang bisa masuk ke Apartemenku." Dannis melotot kearah Aline.
"Buatkan aku makan, aku belum makan !" perintah Dannis tegas tanpa mau dibantah.
"Untung saja ganteng, kalau tidak sudah ku bejek-bejek." gerutu Aline ia mengikuti Dannis masuk kedalam Apartemennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Bundanya Robby
😀😀😀😀Lin yuk ikut aku ..ke rumah ku aja kita bisa bbx bareng biar gak di ganggu ..sama Monza Denise...
2022-06-30
2
Candra Elisa
seru2 cerita thor...
2022-06-02
0
Chiki
seruuu
2022-03-19
0