menghapus +++

Terlihat pancaran kemenangan dari sorot mata Dodi, "malam ini kamu akan menjadi milikku, sayang."

Dengan cepat Khalisa bangun, mendorong tubuh Dodi yang hendak mendekatinya, membuat lelaki itu terjengkang.

Kesempatan itu buru - buru dipergunakan Ica untuk kabur dari kamar berukuran kecil itu. Namun ternyata usaha yang dilakukan Ica sia - sia. Lelaki itu dengan cepat menarik lengan Ica dari arah belakang. Ica kembali ditarik masuk ke kamar itu.

"Lepaskan, biarkan aku pergi!" teriaknya dengan penuh permohonan.

Dodi tertawa jahat. "Aku akan melepaskan kamu, tapi setelah kita bersenang - senang." Dodi menarik baju Ica, dan berhasil membuat bagian atas kaos berwarna maroon itu sobek, menampakan pundak sampai dada Ica yang putih.

"Ica semakin ketakutan, tangannya berusaha menutupi bagian atas tubuhnya.

Dodi tidak lagi mau menyia - nyiakan mangsa yang ada dihadapannya. Lelaki itu kini memegang kedua lengan Ica dengan satu tangannya, menguncinya diatas kepala perempuan itu.

Ica menggelengkan kepalanya, bagian tubuh bawahnya tidak bisa melakukan apa - apa, karena Dodi sudah berhasil menindihnya.

"Lepas! Tolong!"

"Hahaha,," percuma kamu teriak, sayang." Bibir Dodi berhasil mengecup bibir ranum milik Ica, membuatnya tertawa penuh kemenangan.

Melihat wajah Ica yang sudah semakin ketakutan dan penuh dengan deraian air mata, membuatnya semakin tertantang untuk melakukan lebih dari yang barusan. Namun, tiba - tiba tubuhnya ada yang menariknya dari belakang.

"Brak..."

Tubuh Dodi terjengkang, membentur tembok. Terlihat sorot amarah dari kedua matanya. "Breng sek!" teriaknya mencoba bangun untuk memberi pelajaran pada lelaki yang sudah berani mengganggu nya.

Namun sebelum dia berhasil bangun, lelaki itu lebih dulu kembali menendang perutnya, membuatnya kembali terjengkang, memegangi perutnya yang terasa begitu sakit.

"Berani kamu macam - macam sama perempuanku!" Bentak Kenan yang menyorot tajam ke arah Dodi. Kilatan amarah terpancar dari wajah lelaki yang kini melangkahkan kakinya menuju Dodi.

Brug..

Brug..

Beberapa kali Kenan melayangkan pukulannya pada beberapa organ vital Dodi, membuat lelaki yang hendak melakukan perbuatan tidak senonoh pada perempuan yang dicintainya itu terkapar lemah tanpa pergerakan.

Kenan melirik perempuan yang kini sedang ketakutan di bagian pojok ruangan itu. Dibukanya kemeja putih miliknya, sehingga menyisakan kaos putih yang masih melekat ditubuhnya.

Dengan satu gerakan, Kenan menutup bagian tubuh Ica dengan kemejanya dan mengangkat tubuh perempuannya itu.

Ica yang sudah lemah hanya pasrah dengan semua yang dilakukan lelaki yang merupakan papa sambungnya itu.

Air mata masih keluar deras dari pipinya. Namun sekarang dirinya sudah merasa aman. Mereka sudah keluar dari tempat gemerlap itu.

"Aku bawa mobil," ucap Ica lirih.

Kenan mengantarkan Ica menuju mobil milik perempuan itu. "Kamu tunggu sebentar, ya," ucapnya setelah membantu Ica dalam posisi duduk di jok mobil.

Kenan setengah berlari kembali menuju tempat yang hampir membuat Ica jadi korban. Ada yang harus dia bereskan supaya lelaki yang sudah berani menyentuh perempuan yang dicintainya itu menjadi kapok.

Kenan menatap Dodi yang masih terbujur lemah di ruangan tadi. Satu pukulan kembali dia berikan kepada lelaki itu, untuk memastikan kalau Dodi memang sudah lemah.

Seolah ringan, Kenan menyeret, melempar tubuh Dodi yang sudah babak belur dan lemah itu ke hadapan dua orang penjaga yang ada di depan pintu masuk. "Tolong bereskan!" perintah Kenan kemudian.

Seolah mengerti dengan keadaan yang baru terjadi, kedua orang itu nampak segera menghubungi polisi.

Kenan tidak perduli, nanti akan dia urus kembali untuk memberikan keterangan. Namun sekarang ada hal yang lebih penting yang masih menunggunya.

Kenan kembali menuju mobil Ica, dirinya duduk di kursi kemudi. Diliriknya perempuan yang masih terisak. Kedua tangan Ica terlihat sedang menggosokkan tisu dengan begitu kasar ke bagian bibirnya.

Buru - buru Kenan menahan, menghentikan tindakan yang dilakukan Ica. Bagian bawah bibir perempuan itu terlihat memerah, mungkin karena tindakan Ica yang menggosok begitu kasar.

"Aku jijik dengan bibir ini." Ica kembali histeris, mengingat kejadian tadi.

Sekuat tenaga Kenan menahan tangan Ica yang hendak kembali mengulang tindakannya.

"Stop, kamu jangan menyakiti diri kamu sendiri!"

Ica menatap Kenan dengan wajah yang begitu menyedihkan. "Aku benci bibir ini. Dodi tadi..."

Ucapnya terhenti saat tiba - tiba jempol Kenan mengusap lembut bagian bibirnya itu.

"Boleh aku menghapusnya?" tanya Kenan dengan tatapan sendu berhasil membuat Ica diam dan tanpa sadar mengangguk sebagai jawaban.

Ica memejamkan matanya, saat wajah Kenan hanya berjarak beberapa mili dari wajahnya. Matanya terpejam, merasakan hembusan nafas dan benda kenyal yang dengan lembut mengecup bibirnya.

Rasa takut pada diri Ica kini berubah menjadi rasa yang pernah dirasakannya dulu. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang.

Ica Mendorong pelan dada Kenan. Seharusnya dari tadi dia mengingat kalau lelaki yang barusan mengecup bibirnya itu ialah papa sambungnya.

Untuk beberapa saat keheningan tercipta diantara mereka berdua.

Ica masih berusaha menstabilkan deru nafasnya yang masih tidak karuan.

Sebenarnya kenan penasaran, kenapa Ica bisa berada ditempat seperti itu. Namun rasa penasarannya dia kubur sementara melihat Ica yang terlihat masih shock.

Banyak hikmah dari setiap kejadian.

Tadi sore, setelah Kenan pergi dari gedung perusahaan, dirinya langsung menuju rumah ayahnya. Dia yang tidak bisa menahan emosinya kepada Lilis.

Pertengkaran terjadi diantara sepasang ibu dan anak sambung itu. Suasana semakin memanas, emosi pun semakin tak terkendali. Kenan hampir kalap, sehingga dengan sisa kesadaran yang masih tersisa dirinya memutuskan untuk kembali pergi meninggalkan wanita itu.

Banyak cerita yang pernah Kenan dengar, kalau semua masalah bisa terasa ringan dan bahkan bisa hilang, dengan datang ke tempat hiburan malam dan meminum minuman yang banyak tersedia ditempat itu.

Meskipun Kenan tau hanya akan hilang dalam waktu yang sementara, tetapi dirinya tetap memutuskan untuk pergi ketempat itu. "Setidaknya untuk sementara aku ingin meringankan emosi dalam pikiran ku," ucapnya waktu itu.

Baru saja Kenan menginjakan kakinya ditempat itu, tiba - tiba dibawah sinar lampu yang temaram, dari kejauhan sepasang matanya menangkap sosok perempuan yang dikenalnya sedang diseret paksa oleh seorang lelaki.

Dengan cepat Kenan melangkahkan kakinya, membelah kerumunan orang - orang yang sedang menggoyangkan tubuh mengikuti dentuman irama musik yang disuguhkan tempat itu.

Ketika mengingat itu, Kenan sedikit merasa bersalah karena hampir telat menyelamatkan Ica.

"Saya antar pulang," ucapnya tanpa menunggu respon dari Ica, Kenan langsung melajukan mobil.

Sepanjang perjalanan keheningan masih tercipta diantara mereka.

Sekali kali Kenan melirik kearah Ica, ingin melihat keadaan perempuan itu.

Sedangkan yang dilirik masih terus menatap ke depan dengan tatapan kosongnya.

Ica masih berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dari kejadian yang membuatnya takut, sampai kejadian tiba - tiba yang membuat hatinya kembali merasakan getaran yang sebelumnya pernah dirasakannya dengan lelaki yang ada disampingnya sekarang.

Dirinya sudah memerintahkan pikirannya untuk membenci Kenan. Namun hatinya selalu luluh hanya dengan bertatapan dengan lelaki itu.

***Baru juga itu jok mobil dicuci. Eh, malah di duduki lagi sama Kang Kenan. Semoga kali ini neng Ica gak nyuruh sii mamang buat nyuci lagi🤲😂😂

### Like, Koment.. 🙏🙏

Nuhun 🤗🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!