Kepo

Kenan berdiri di depan jendela kamarnya. Matanya menatap lurus kearah luar. Haruskah dirinya mengikuti permintaan kedua orang tuanya. Haruskah ia mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan orang tuanya.

"Gimana? Kamu sudah mendapatkan keputusannya belum?" tanya Lilis yang berhasil membuat lamunan Kenan terhenti.

"Apa hanya dengan cara menikahi wanita itu, Ayah sama Ibu bisa bahagia?" tanya Kenan tanpa menoleh kearah Lilis.

Lilis merotasi kan matanya, dirinya mulai kesal dengan anak tirinya. "Iya, hanya itu cara yang cepat untuk membuat kita kembali kaya, karena wanita itu sudah janji akan memberikan sebagian hartanya jika kamu bersedia menikahinya," ujarnya dengan nada bicara yang tak santai.

Lilis berjalan menuju meja belajar Kenan, matanya tertuju pada bingkai foto seorang gadis. "Apa gara-gara gadis ini kamu mau menolak permintaan orang tua kamu?" tanyanya kemudian sambil melemparkan foto itu kearah jendela kamar yang terbuka.

Kenan langsung tersentak, saat bingkai itu melewati pinggir kepalanya, matanya langsung tertuju pada bingkai yang kini tergeletak di atas tanah. Kaca pada bingkai itu pecah, membuat Kenan menjadi tersulut emosi.

Mata Kenan menghunus tajam kearah Lilis. "Selama ini, saya berusaha untuk menghormati Anda layaknya ibu kandung saya sendiri. Tapi bukan berarti Anda bisa selalu bertindak semau Anda!" bentak Kenan yang membuat Lilis shock tak menyangka.

Ya, selama ini Kenan memang selalu menuruti perintah Lilis , termasuk mengerjakan pekerjaan rumah. Kenan selalu sabar tanpa mengeluh, karena merasa berhutang budi pada ibu tiri nya yang telah rela merawatnya dari kecil, meskipun hanya merawat dengan keterpaksaan.

Lukman yang baru pulang, langsung menuju kamar Kenan, saat mendengar suara yang terdengar ribut. "Ada apa ini?" tanya pria itu dengan panik.

"Kenan!" Lukman sedikit mengeraskan volume suaranya, saat pertanyaannya tidak juga mendapatkan jawaban.

"Dia tidak mau menuruti permintaan kita," ucap Lilis dengan kesal.

Lukman menghela napas. "Yasudah, Ayah gak akan maksa kamu lagi. Kamu memang sudah besar, kamu berhak menentukan hidup kamu sendiri," ucap Lukman yang memang kurang setuju dengan keputusan istrinya.

Lilis membulatkan matanya. Wanita itu terus memutar otaknya, tidak mau kalau tambang emas yang sudah ada didepan matanya menghilang begitu saja, hanya gara-gara Kenan tidak mau bekerja sama untuk menggali emas itu. "Oke. Kalau Kenan tidak mau menerima perjodohan ini, aku minta cerai," ucapannya yang langsung keluar dari kamar Kenan.

Lukman begitu shock dengan ucapan Lilis yang menurutnya terlalu berlebihan. Dirinya memang sangat mencintai istrinya, tapi Lukman sungguh tidak sanggup lagi menghadapi sifat buruk istrinya yang selalu mementingkan harta diatas segalanya. Dengan cepat Lukman menyusul Lilis. "Baik, kalau memang-,"

"Aku bersedia" ucap Kenan dengan suara pelan.

Lilis tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Lukman menatap putranya dengan wajah yang terlihat terluka. Lukman tau, kalau anaknya terpaksa melakukan itu. "Tidak, ayah tidak mau kamu jadi korban ambisi ibu kamu," ucapnya setengah membentak.

"Kenan sudah memikirkannya. Lagian tujuan hidup Kenan memang hanya untuk membuat kalian bahagia," ujarnya sambil memalingkan wajahnya dari tatapan Lukman.

"Nah gitu dong, jadi anak memang harus nurut. Baiklah, kalau gitu ibu akan atur pertemuan kamu dengan nya.

#########

Monika menuruni anak tangga. Wajah wanita itu terlihat begitu bahagia karena mendapat kabar dari Lilis yang merupakan teman sosialitanya dulu.

"Hai cantik, lagi apa?" Monika langsung duduk disamping Ica yang sedang menonton televisi.

Ica menoleh kearah Monika, bibirnya melengkung membentuk senyuman manis pada wanita yang menjadi ibu tiri nya sejak dirinya masih bayi. "Hai juga Mami," ucapnya dengan sopan.

Ica memang sudah mengetahui kalau Monika hanya ibu sambungnya, tapi ia yang selalu diperlakukan baik dan penuh kasih sayang, membuatnya membalas perlakuan Monika dengan sopan dan jadi anak yang penurut, yang selalu menghormati ibu sambungnya.

"Sayang, boleh kan kalau Mami kamu ini nikah lagi?" tanya Monika sambil tersenyum penuh harap.

Ica menatap Monika, wanita yang hanya terpaut usia delapan belas tahun dengannya, memang masih terlihat cantik. Apalagi dandanannya yang selalu modis, membuat wanita yang kini hampir berusia kepala empat itu masih terlihat muda. Bahkan tak ayal banyak orang yang menyangka kalau keduanya sepasang adik dan kakak. Ica juga selalu merasa kasihan, melihat ibu sambungnya yang mulai terlihat kesepian setelah Bram yang merupakan papi nya meninggal karena kecelakaan, beberapa tahun yang lalu.

"Aku sih setuju-setuju saja, selagi bisa membuat Mami bahagia," jawabnya seolah tanpa ragu.

"Memang siapa calonnya?" tanyanya kemudian.

Monika tersenyum, sebenarnya dirinya ragu untuk mengatakan kepada Ica. "Ada deh, besok kita akan melakukan pertemuan. Ica ikut ya, biar Ica bisa lihat sendiri gimana orangnya."

Ica menekuk bibir bawahnya. "Palingan juga om-om perut buncit, pendek, kepalanya botak, terus usianya diatas papi. Iya 'kan?" tebaknya sambil mengulum senyumnya.

"Tebakan kamu salah, bahkan seratus persen sangat salah." Monika berdiri, setelah sempat mencubit hidung mancung Ica.

"Kok aku jadi kepo ya. Boleh dong lihat fotonya," ujar Ica yang langsung berdiri mengejar Monika yang sudah lebih dulu berlari.

Monika tergelak, dia menghentikan tubuhnya di tengah tangga yang menuju lantai atas. Usianya yang sudah berumur membuatnya jadi lebih sering lelah, bahkan otot kakinya terasa cepat sakit. "Udah, Mami menyerah. Cape..." keluhnya saat Ica berhasil menarik ujung lengan bajunya.

Ica tertawa, tangannya masih memegang ujung baju Monika. Dari dulu sampai sekarang mereka berdua memang selalu berprilaku layaknya anak kecil. Namun karena itulah keduanya hampir tidak pernah bertengkar. "Cepat aku mau lihat calon papa tiri aku!".

Ica mencoba meraih ponsel Monika yang kemungkinan terdapat foto pria yang akan menjadi papa tiri nya.

Monika masih mempertahankan ponselnya, dari dulu dirinya memang sering membuat anaknya itu penasaran.

"Yee, dapat." Ica dengan girangnya membawa ponsel itu. Dirinya yang tau password ponsel Monika, membuatnya dengan mudah membuka ponsel itu. Dengan cepat tangannya membuka galery.

Namun Monika yang juga tak kalah cepat ia meraih ponselnya, dan prang....

Ponsel itu langsung jatuh. Ica segera mengambil ponsel itu. "Mami, ponselnya gak bisa nyala. Maaf..." lirihnya dengan kepala yang menunduk penuh penyesalan sambil membolak balikan ponsel yang dipastikan sudah tidak bisa dipakai lagi.

"Sudah gak apa-apa, nanti tinggal beli lagi," jawab Monika dengan wajah santai nya. "Kebetulan iPhone keluaran terbaru sudah rilis," imbuhnya kemudian yang memang tidak mempersalahkan ponselnya yang sudah tidak berbentuk lagi.

"Kalau kamu mau, nanti sekalian Mami belikan juga," sambil tersenyum, sebelah tangan Monika terulur mengusap pipi sang putri sambung kesayangannya itu.

Ica membalas senyuman wanita yg sudah seperti ibu kandungnya itu. Gadis yang selalu nampak biasa saja, meskipun dengan kekayaan yang berlimpah, tetapi ia lebih memilih berpenampilan sederhana dan barang-barang yang dimilikinya juga tidak semua harus keluaran terbaru. Baginya, hartanya lebih baik ditabung, daripada dihamburkan untuk membeli barang yang pada ujungnya hanya akan menjadi rongsokan, karena kalau hidup terus mengikuti gengsi, sampai kapanpun dirinya tidak akan merasa puas.

"Gak ah, yang lama juga masih bagus," menggelengkan kepala, memutar tubuhnya melangkah menuju kamar.

"Ah kamu, selalu saja ngirit. Harta yang ditinggalin papi kamu tuh banyak, gak akan habis walau sampai tujuh turunan," ujar Monika yang sudah hafal sifat Ica.

Ica mengangkat pundaknya acuh. "Iya Mami, tapi Ica mikirin turunan Ica yang ke delapan, kalau Ica terus menghamburkan hartanya kasian nanti dia gak kebagian."

Terpopuler

Comments

ANI MAULIDA HERLIANI

ANI MAULIDA HERLIANI

next thor pnsran😁

2022-02-07

0

Rezki Antoni Baharuddin

Rezki Antoni Baharuddin

mana nich kok gantung

2020-12-02

1

Momy

Momy

lanjut

2020-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!