Terselamatkan

Kenan tersenyum sebagai jawaban kalau dirinya tidak apa - apa. Namun tak lama senyum itu pudar, berubah menjadi tatapan tegas, "aku minta mulai besok dan seterusnya kamu jangan berpenampilan seperti ini lagi!"

Khalisa memang bersyukur karena telah terselamatkan dari Dodi dan teman - temannya. Namun ketika ada orang lain yang tiba - tiba mengaturnya, tentu saja dirinya tidak bisa terima.

Khalisa melepaskan tangannya dari genggaman Kenan. "Siapa Anda berani mengatur kehidupan saya!" tanpa ada sedikitpun niat untuk mengucapkan terimakasih, perempuan itu berlalu meninggalkan Kenan.

"Saya papa kamu," ucap Kenan penuh penegasan.

"Hahaha."

Khalisa menghentikan langkahnya. Entah mengapa kalimat yang keluar dari mulut Kenan begitu ingin membuatnya tertawa. Bukan karena lucu, tapi lebih karena jijik.

Khalisa membalikan posisi tubuhnya, menghadap ke arah Kenan. "Papa saya sudah lama meninggal. Anda hanya orang lain yang tiba - tiba menikah dengan Ibu sambung saya. Jadi Anda tidak ada hak sama sekali untuk mengatur saya!"

Jleb...

Kenan terdiam, semua yang dikatakan Khalisa memang benar. Namun apa salah dirinya khawatir, takut hal yang sama terjadi lagi pada perempuan yang dicintainya. "Dan asal kamu tau, Ica, aku begitu tidak rela kalau lelaki lain melihat bagian tubuh kamu," ucapnya dengan amarah saat mengingat bagaimana tadi Ica disentuh dan ditatap oleh lelaki lain.

Dari kejauhan Kenan mengikuti langkah Ica. Dirinya ingin memastikan keadaan Ica aman dari gangguan siapapun.

"Pak Kenan!" Teriak salah seorang lektor.

"Anda sudah ditunggu profesor," imbuhnya kemudian saat Kenan sudah melihat keberadaan nya.

Sekilas Kenan melirik Khalisa yang ternyata sudah bersama mahasiswi lain. "Aman," ucapnya dalam hati.

Kenan segera menuju ke ruangan professor. Hari ini dirinya memang ada janji untuk membicarakan tawaran yang diberikan kepadanya menjadi asisten ahli.

Tadi pagi Kenan yang hendak berangkat ke kantor tempatnya bekerja, tiba - tiba dari pihak universitas menghubunginya.

Kenan yang memang merupakan lulusan terbaik, membuatnya dipercaya dan dimintai untuk menjadi salah satu tenaga pendidik di universitas yang menjadi tempatnya kuliah dulu.

Monika sebenarnya tidak setuju, karena ternyata kantor tempat Kenan bekerja merupakan perusahaan milik ayah Khalisa.

Bahkan Monika mengatakan kalau Kenan akan dinaikan jabatannya, mendapatkan posisi penting di perusahaan itu.

Namun ternyata semua niat Monika justru semakin membuat Kenan lebih memilih pekerjaan hasil dirinya sendiri.

Kenan salah satu lelaki yang menjunjung harga diri. Dirinya tidak mau terus - terusan memanfaatkan orang lain. Apalagi setelah mendengar kalimat 'mengambil semua harta milik keluarga Ica'

Dirinya hanya mengikuti perintah untuk mau menikah, bukan mau merebut harta orang lain. Terserah apa niat Lilis nantinya, tetapi Kenan juga sedang memikirkan cara selanjutnya untuk terlepas dari ancaman wanita itu.

Cukup lama tadi kenan berdebat dengan Monika, tapi pada akhirnya istrinya itu setuju.

#######

Khalisa sudah sampai dirumah megah nya. Hanya satu mata kuliah yang dia dapatkan hari ini. Namun cukup membuat tenaganya terkuras karena kejadian tadi pagi. "Mang, tolong cuci sarung jok mobil Ica, ya," perintahnya pada salah satu pegawai laki - laki dirumahnya.

"Sarung jok bagian depan nya saja ya, mang," imbuhnya kemudian.

Monika yang hendak pergi tidak sengaja mendengar percakapan anak dan pegawai nya. "Kok cuman jok nya saja?" tanyanya saat berpapasan dengan Ica.

"Soalnya jok nya bau parfum suami anda dan itu sangat mengganggu indera penciuman aku," ucapnya dalam hati.

Sepanjang tadi mengemudikan mobilnya, Ica terus mencium aroma Kenan yang tadi pagi duduk di kursi kemudi, mengemudikan mobilnya. Bahkan wangi pengharum tidak mempu mengalahkan wangi parfum Kenan yang sudah menempel di jok itu.

"Sudah benci sama orangnya, ditambah sepanjang jalan terus tercium wangi parfumnya, benar - benar sangat membuatku muak," dalam hatinya Ica terus menggerutu.

"Tadi kena najis, Mam. Jadi harus di sucikan," ucapnya asal.

Monika teringat kejadian tadi pagi. "Oh, iya.. Sayang, mami minta maaf, ya. Tadi mami nyuruh papi kamu pakai mobil kamu, soalnya masa dia ke kampus mau pakai motor. Kebetulan tadi berbarengan sama kunci mobil kamu yang ketemu, jdi biar cepet mami kasihkan aja kunci punya kamu." Panjang lebar Monika menjelaskan.

Khalisa mengangguk, "emang kenapa kalau dia pakai motor? Bukannya sudah biasa?" jawabnya pelan tetapi samar - samar terdengar oleh telinga Monika.

"Kenapa, Ca?"

"Emm, enggak Mam, gak apa - apa kok," jawabnya kikuk.

Khalisa melirik penampilan Ibu nya yang terlihat begitu rapi. "Mami mau kemana?" tanya nya sekedar basa basi.

Monika tersenyum, "mami mau jemput papi kamu. Kamu 'sih gak nungguin dia pulang."

"Idih,, biar apa aku harus nungguin tuh cowok matre," batin Ica.

"Hehe, maaf mam, Ica tadi buru - buru."

Monika tersenyum. Wanita itu langsung masuk, mengemudikan mobil warna putih miliknya.

"Udah kayak anak TK aja, harus dijemput," ucap Ica yang terus menggerutu setelah kepergian Monika.

#####

Kenan berdiri di depan gerbang universitas. Tadi dirinya mendapatkan pesan dari istrinya yang sedang menuju ke tempatnya mengajar, hendak menjemputnya.

Ingin membalas 'tidak perlu,' tetapi ponselnya sudah kehabisan daya.

Tin,,

Tin..

Bunyi klakson membuatnya menoleh ke arah roda empat yang berada di sebrang jalan. Setelah pemilik mobil menurunkan kaca jendela, Kenan dapat melihat siapa pemilik mobil itu. Kenan berlari menghampiri nya.

"Maaf ya saya gak nyebrang, susah soalnya banyak kendaraan dari arah lawan," ucap Monika.

Jalan depan kampus memang terbilang kecil. Mau masuk ke area dalam Kenan sudah ada di luar gerbang, jadi nanggung.

"Tidak apa - apa kok, Bu," ucap Kenan yang langsung masuk.

Monika memanyunkan bibirnya kesal. "Saya 'kan sudah bilang, jangan panggil ibu ke saya. Saya bukan ibu kamu," ucapnya menegaskan.

Kenan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "maaf, saya belum terbiasa."

Monika membuka pintu mobil, keluar dari balik kemudi.

"Kamu yang nyetir!" ucapnya setelah berada di samping pintu Kenan.

Sepanjang jalan Kenan hanya menuruti arahan jalan sesuai arahan Monika, tapi ternyata tempat yang Monika tuju ke gedung tempat kenan bekerja.

Kenan masih duduk ditempanya mengemudikan mobil itu.

"Kenapa belum turun?" tanya Monika yang ternyata menunggu suaminya.

Kenan menunjuk dirinya sendiri, "saya? Mau ngapain?" tanyanya bingung.

"Bukannya kamu masih karyawan disini. Kamu masih terikat kontrak 'loh."

Benar juga dengan yang dikatakan Monika. "Tapi mau apa siang - siang ke perusahaan," pikir Kenan.

Dengan bingung Kenan terpaksa mengikuti langkah istrinya. Mereka kini memasuki lift khusus.

Semua karyawan yang baru selesai istirahat menunduk dan memberi salam ke arah Monika. Tapi tidak kepada Kenan.

Gosip yang beredar tentang Pemilik perusahaan yang menikah dengan karyawan baru sudah menyebar ke setiap divisi.

Padahal waktu itu Monika hanya mengundang beberapa orang yang menjadi kepercayaan nya saja. Entah siapa yang berkhianat berani menggosipkan nya. (Nanti author cari pelakunya, ya)

###

Janlup, like, tulis komentarnya, ya...

Nuhun,, 🤗🙏🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!