Hampir setengah jam akhirnya motor bebek tua yang dikendarai Kenan sampai ditempat tujuan. Berbarengan dengan hujan yang akhirnya berhenti dari tugasnya. Kenan mengangkat dagunya menatap langit yang kini sudah berubah cerah, "bahkan cuaca pun sebercanda itu sama gue," gerutunya kesal karena mau berangkat tiba - tiba turun hujan dan sudah sampai tujuan hujan langsung berhenti.
Dengan sedikit terburu - buru, Kenan menyandarkan motornya di area parkir perusahaan yang hari ini menjadi tempat pemuda itu bekerja. Kemarin waktu Kenan dihubungi oleh pihak perusahaan, menyatakan kalau kenan bisa mulai kerja esok lusa, tapi tadi pagi tiba - tiba ada pemberitahuan mendadak bahwa hari ini dia harus sudah mulai bekerja. Sehingga janjinya terhadap sang pacar harus dibatalkan.
Dengan pakaian basah kuyup ia melangkahkan kedua kakinya dengan terburu - buru. Kenan memasuki gedung pencakar langit itu. "Maaf, toilet sebelah mana ya?" pemuda itu langsung bertanya pada karyawan lain yang kebetulan berpapasan dengan dirinya.
Karyawan itu bisa menebak kalau Kenan orang baru. Seolah enggan menjawab, tatapan sinis langsung karyawan itu berikan, diiringi dengan telunjuk yg mengarah pada sebuah lorong.
"Terima kasih," ucapnya sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Kenan sadar dirinya hanya karyawan baru, jadi Ia berusaha bersikap sangat sopan kepada orang - orang dilingkungan baru nya.
Setelah dirasa penampilannya sudah lebih rapih dari sebelumnya, Kenan keluar dari toilet. Dirinya yang memang tidak memiliki jas hujan, Ia selalu membawa baju ganti didalam tas waterproof nya. Seperti orang yang mau minggat memang, tapi nyatanya hari ini terbukti sangat berguna untuknya.
Kenan segera menemui bagian HRD yang beberapa hari lalu juga sempat pemuda itu temui saat dirinya interview.
"Seperti yang sudah kami infokan kemarin, anda kami tempatkan di bagian marketing," ucap wanita yang menjabat sebagai kepala HRD.
Baju Kenan yang sedikit lusuh di bagian lipatannya, tidak berpengaruh pada pesona wajah gantengnya untuk menjadi pusat perhatian para karyawan wanita yang kini berada di ruangan tempanya sekarang. Lengan bajunya yang Ia lipat karena kancingnya yang copot akibat tadi terburu justru malah membuat otot - otot lengannya jadi terlihat seksi.
Terdengar suara riuh yang mengakibatkan kehebohan dari sebuah ruangan yang sedang Kenan tuju. Belum sampai Kenan memperkenalkan diri, karyawati satu persatu antri menyambutnya, mengucapkan selamat datang dan memperkenalkan dirinya. Dengan tatapan genit dan berbagai kalimat godaan terlontar pada Kenan.
"Hallo, salam kenal, saya Kenan," jawabnya dengan suara datar. Kalimat itu yang menjadi balasan untuk wanita - wanita yang menyalaminya.
"Kalau ada yang susah, atau perlu bantuan, kamu jangan sungkan ya, langsung aja minta bantuan aku," ucap seorang wanita dengan dandanan nya yang begitu medok dan pakaian yang terlihat kurang bahan. Vina, orang biasa memanggil wanita itu. Kenan hanya mengangguk pelan sambil bergidik saat tangan wanita itu mencolek lengannya.
Berbeda dengan para karyawati, karyawan di ruangan itu terlihat cuek tidak menghiraukannya dan malah fokus pada komputernya masing - masing. "Mungkin karena aku karyawan baru, atau mungkin mereka lagi sibuk," batinnya menghibur diri karena respon kurang ramah dari para pegawai lelaki di ruangannya.
#############
Dengan lesu Ica menempelkan bokongnya diatas kursi. Saat ini gadis itu sudah berada di kelas. "Telat lo, untung pak dosen belum datang," sambut Hana yang merupakan sahabat karibnya dari zaman SMA. "Kenapa tuh muka?" lanjutnya saat melihat wajah Ica yang tidak seperti biasanya.
"Lagi gak mau jawab!"
Hana mencabik bibirnya mendengar jawaban Ica. Sudah bisa diduga sahabat karibnya itu sedang dilanda kegalauan tingkat akut.
"Selama ini lo bohongin gue 'kan, katanya punya pacar itu bikin duni indah, apaan!" ucap Ica yang kini sedang menelungkupkan kepalanya diatas meja.
"Makanya jangan pacaran! Kalaupun mau punya pacar itu harus sama saya."
Bola mata Ica melotot mendengar suara yang dia hafal betul siapa pemiliknya. Posisi Ica kini terduduk, mendongak wajah dosen genit yang saat ini sedang tersenyum dihadapannya.
"Eh, bapa, hehe," dengan malas Ica tersenyum, sebelah tangannya bergerak dengan cepat tanpa ampun mencubit pinggang Hana yang kini sedang menahan tawa. Suara dalam ruangan itu masih riuh dengan tawa teman sekelas Ica.
"Awas aja lo! Tega lo sama gue," gerutu Ica yang kini sedang melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah. Hana yang masih saja tidak bisa menahan gelak tawanya berbelok kearah tukang minuman.
"Bakso dua mbak, yang satu bakso nya aja, satu lagi mienya aja!" pinta Ica yang langsung berlalu menarik kursi dan mendudukinya.
Hana yang sudah terbiasa dipesankan, ia juga ikut duduk. "Maaf deh, maaf,, 'kan tadi gue udah bilang tuh dosen datang tiba - tiba, gue juga gak sadar tuh kapan dosen masuk kelas. Lagian lo ngomongnya kurang keras, jdi kedengaran sama pak dosen ganteng. Hahaha"
Ica menghembuskan nafasnya kesal, "emang gue ngomongnya tadi keras banget ya?" masih saja terbayang kejadian dikelas tadi yang membuatnya malu diledekin teman - teman sekelasnya. Ditambah dosen genit yang semakin menjadi. Sampai sepanjang jam pelajaran malah menjadikan dirinya sebagai materi pembelajaran. "Ganteng dilihat dari cerobong asap," imbuhnya yang justru membuat Hana semakin tergelak.
Hana mengatupkan bibirnya. "emang kenapa sih lo? Baru juga beberapa hari pacaran, eh!"
Ica menceritakan semua yang membuatnya galau hari ini.
"Oooo, gitu. Kan udah gue bilang udah paling bener lo mending menjomblo aja terus. Lebih cocok, serius," respon sahabat Ica dengan santainya yang justru malah membuat Ica semakin bete.
"Emang paling bener juga gue gak usah cerita sama lo. Kesel deh, orang lagi bete juga, ah!" Ica memberikan tatapan sinis nya.
Hana sebenarnya sahabat yang selalu mendengarkan semua curhatan Ica. Hanya saja kejadian tadi pagi begitu lucu menurutnya. Hana juga masih ingat jelas beberapa hari lalu dengan hebohnya Ica menceritakan bahwa dirinya baru saja jadian dengan alumni terpopuler yang membuat dirinya iri, karena Hana juga naksir sama Kenan. Hanya bedanya naksir sebatas mengagumi.
"Mungkin kak kenan lagi ada kegiatan atau apalah yang membuatnya sibuk sampai gak jadi menjemput lo," Hana mencoba menenangkan Ica.
Ica menghembuskan nafas kasar, "tapi pas malam harinya juga gue chat, do'i bales nya lama, singkat, kaya yang males gitu."
Tangan kanan Hana menepuk nepuk pelan punggung Ica yang berada disampingnya, "sabar, sabar.. Atau mungkin kak Kenan lagi ada masalah. Coba deh lo tanya dia pelan - pelan!"
"Hmm..." Ada benarnya juga yang dikatakan Hana, harusnya Ica jangan terburu - buru menyimpulkan, apalagi sampai uring - uringan kaya anak kecil, seperti yang saat ini sedang ia lakukan.
"Jadi, pacaran itu gak selamanya indah Bu, ada kalanya kaya gini," dengan wajah serius Hana menatap Ica.
"Cih,, Iya deh, iya. Siap Bu. Yang paling suhu soal pacaran," jawab Ica sambil menuangkan saus, sambal ke mangkuk bakso yang baru saja dihidangkan mbak kantin.
Hana terkekeh geli. Namun tak lama kemudian ekspresi mukanya langsung berubah, "loh, kok punya gue cuman mie nya doang, kagak ada baksonya," ucapnya sambil terus mengaduk isi mangkuknya.
Ica menahan tawanya, cuek, sambil menikmati bakso yang sedikit membuatnya lupa tentang kegalauannya.
#mohon suportnya ya.. Like, komen. 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments