Mereka menikah di ruang resusitasi, dengan saksi Sokter Bambang dan Dokter Sam, yang sebelumnya sudah Alex peringatkan untuk sementara waktu merahasiakan pernikahan ini dari siapapun, termasuk boss mereka Hardhan dan istrinya, sesuai dengan persyaratan dari Sonya.
Alex menyerahkan satu-satunya cincin yang ia simpan selama ini, dan selalu ia bawa kemanapun ia pergi, sebagai mas kawin, meski terasa berat untuknya melepas cincin itu. Cincin yang akan selalu mengingatkannya dengan kejadian menyedihkan itu.
Setelah Ijab Kabul dengan pak Bramanta sendiri yang menjadi wali Sonya, meski dengan kalimat terpotong-potong karena nafasnya yang sudah mulai kembali sesak, akhirnya mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, diiringi tangis bahagia pak Bramanta karena ia sempat menyaksikan putri semata wayangnya pada akhirnya menikah.
Pun demikian dengan Sonya, air mata mengalir di pipinya, entah itu air mata haru atau air mata penyesalan karena sudah menikah dengan pria yang di bencinya.
Alex tidak mempermasalahkan apapun alasan air mata itu, ia hanya harus menikahi Sonya sesuai dengan intruksi bossnya, meski untuk sementara Alex harus merahasiakannya terlebih dahulu dari bossnya itu.
Alex langsung menyematkan cincinnya ke jari manis Sonya, kemudian Sonya mencium tangan Alex, dan Alex mencium kening Sonya, "Kenapa kau menciumku...?" desis Sonya pelan nyaris seperti bisikan.
Aku melihat boss mencium kening nona Kei setelah nona mencium tangannya, - Alex.
"Kenapa kau mencium tanganku?" balas Alex tidak kalah sinisnya.
Gue lihat Kei melakukan itu ke boss Hardhan setelah boss menyematkan cincin ke jarinya, - Sonya.
"Kesambet kayanya...!" elak Sonya.
Merasa semua mata sedang ditujukan ke arah mereka, Sonya langsung memaksakan senyum tersungging di bibirnya, walaupun terlihat sedikit kaku, sementara Alex tetap santai dengan wajah datarnya.
Alex menandatangani surat keterangan menikah sementara mereka di bagian suami, lalu menyerahkannya ke Sonya yang menandatanganinya di bagian istri, lalu surat beralih ke pak Bramanta selaku wali nikah, lanjut ke dokter Bambang dan dokter Sam sebagai saksi.
"Nah, kalian boleh keluar sekarang, biarkan pasien istirahat dulu sebelum operasi..." seru dokter Sam dengan nada mengusir.
"Boleh saya bicara dengan menantu saya sebentar...?" pinta pak Bramanta.
Dokter Sam melihat Alex, meminta persetujuan darinya, "Ya boleh, tapi jangan lama-lama anda butuh istirahat." jawab dokter Sam setelah melihat anggukan di kepala Alex.
Sonya menatap Alex kesal, lalu ke Papanya, "Papa tidak mau bicara denganku juga...?" tanya Sonya merajuk.
Pak Bramanta terkekeh pelan, lalu terbatuk karena sesaknya, "Nanti Papa akan bicara denganmu sayang, sekarang biarkan sesama pria saling bicara dulu..."
Sonya mengangguk, sekali lagi menatap kesal Alex sebelum beranjak keluar ruangan. Alex langsung duduk di sisi tempat tidur pak Bramanta.
"Ada yang ingin anda sampaikan Pak Bramanta?" tanya Alex.
"Pak...? panggil saya Papa... kau kan sudah menjadi anakku sekarang..." pinta pak Bramanta.
Alex mengangguk, "Baik Pa."
"Alex..., saya senang kau lah yang menikahi anak saya. Meski saya tahu kalian sebenarnya tidak saling mencintai, tapi saya yakin kau pria yang baik, kau tidak akan menyakiti anak saya, saya percaya itu. Entah apa anak tomboiku itu yang memaksamu untuk menikahinya, atau karena kau memiliki alasan sendiri untuk menikahinya. Tapi yang pasti, kau bukan tipe pria yang mudah diintimidasi, kau pasti memiliki alasan sendiri untuk menikahinya, dan saya tidak akan bertanya apa alasanmu itu. Saya hanya ingin minta maaf, karena sudah menyeretmu ke keluarga saya." ujar pak Bramanta dengan suara pelan, tapi Alex mampu mendengarnya dengan jelas.
"Terima kasih atas kepercayaan Papa yang begitu besar kepada saya, dan Papa tidak perlu meminta maaf, karena sebenarnya, saya lah yang menawarkan diri untuk menikahi Sonya, dan Papa benar, saya punya alasan sendiri untuk itu. Tapi apapun alasan saya itu, saya bisa pastikan itu bukan untuk menyakiti Sonya, jadi Papa tidak perlu khawatir." jelas Alex dengan tenang.
"Saya tidak tahu operasi ini akan berhasil atau tidak." desah pak Bramanta lirih.
"Kami memiliki banyak dokter ahli di rumah sakit ini, jadi jika Tuhan menghendaki, besar kemungkinan operasi ini akan berhasil, dan Papa akan pulih seperti sediakala." Alex berusaha menenangkan.
"Bisakah kau menjanjikan satu hal padaku Nak...?" tanya pak Bramanta.
Ada sesuatu yang mengusik hati Alex saat pak Bramanta memanggilnya nak, panggilan yang biasa di sematkan papa dan mamanya ke alex saat mereka masih hidup dulu.
"Menjanjikan apa Pa?" tanyanya dingin, ia tidak suka ini, tidak suka kedekatan seperti ini. Hatinya harus tetap beku, ia tidak akan mengizinkan siapapun membuatnya mencair, itulah bentuk pertahanan dirinya.
Apa aku membuat kesalahan dengan menikahi Sonya...? tanya Alex dalam hati.
"Kau akan selalu menjaganya dengan baik." pinta pak Bramanta.
Kalau hanya menjaga Sonya dengan baik itu bukan masalah besar untuk Alex, ia juga melakukan itu untuk Hardhan, selama Sonya masih tetap membencinya Alex akan aman, dan ia akan memastikan dan membuat Sonya untuk terus membencinya.
"Papa tidak perlu memohonnya Pa, karena saya dengan senang hati akan menjaga Sonya dengan baik, sekarang ia sudah menjadi istri saya, yang berarti juga sudah menjadi tanggung jawab saya, jadi Papa tidak perlu mengkhawatirkan hal itu lagi." tegas Alex.
Pak Bramanta menghela nafas lega, matanya kembali berkaca-kaca, "Kau memang anak yang baik nak, sekali lagi Papa katakan, Papa senang kau lah yang menikahi anakku."
Alex menepuk-nepuk punggung tangan pak Bramanta, "Sekarang Papa istirahat ya, Papa harus menyiapkan diri untuk operasi yang akan Papa jalani nanti." saran Alex, ia ingin sesegera mungkin meninggalkan ruangan ini.
"Baiklah kau boleh keluar sekarang, dan tolong suruh masuk anak tomboi itu, Papa ingin bicara sebentar saja..."
Alex mengangguk, lalu beranjak keluar ruangan, "Masuk, Papamu ingin bicara." serunya singkat ke Sonya, lalu bergegas pergi meninggalkan Sonya yang ternganga melihat sikapnya.
Dengan berbagai pikirannya yang berkelana kemana-mana, Alex menyusuri lorong rumah sakit ini, yang mengarah ke bagian IGD dan menemukan vending machine.
Sebenarnya yang ia butuhkan saat ini adalah segelas brandy, tapi untuk saat ini minuman apapun akan bersedia ia minum selama itu bisa mendinginkan otaknya.
Alex memasukkan uangnya, tapi selalu kembali keluar lagi, berkali-kali Alex masukkan tetap keluar lagi sampai akhirnya vending machine itu membuatnya semakin kesal.
"Hahhh sial!!" teriak Alex sambil memukul dan menendang vending machine itu.
"Maaf vending machine itu rusak Lex, kami belum sempat memanggil tekhnisi untuk mereparasinya." celetuk seseorang di belakangnya.
Alex langsung balik badan ke arah suara itu, dari jas lab warna hijau yang wanita itu kenakan, Alex yakin wanita ini adalah dokter residen di rumah sakit ini.
Alex hanya menatapnya tidak peduli lalu beranjak pergi.
"Tunggu..." cegah wanita itu dan Alex berhenti, lalu melihat wanita itu mengeluarkan sekaleng minuman dan meyerahkannya ke Alex,
"Ini untukmu... Teh Chamomile yang mengandung glisin dan asam amino yang dapat menghilangkan ketegangan sel sarafmu, dan akan membuatmu lebih rileks. Karena sepertinya kamu membutuhkannya."
Untuk menjaga kesopanan Alex mengambilnya, bagaimanapun juga banyak mata yang melihat ke arah mereka, "Terima kasih." ucapnya dengan nada dingin, dan langsung bergegas pergi.
"Namaku Talita..." teriak wanita itu, sambil terus jalan Alex mengangkat tangannya yang sedang memegang kaleng minuman itu, tanpa sedikitpun menengok ke belakangnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Indah Milayati
kayanya dulu Alex cinta ke almarhumah adenya Hardhan ni
2022-09-28
0
Rokiyah Yulianti
Penasaran sama masa lalu Alex kaya apa???
2022-05-13
1
Sri Faujia
kasihan talita di cueki sm alex
2021-12-15
1