Rising Of The Mage
"Aku harus ke toko perlengkapan sihir, untuk mencari tahu sihir apa yang cocok untukku."
Langkah kaki kini menuju sebuah toko perlengkapan sihir, karena keluargaku telah tiada sebab gelombang pertama datang. Kini aku harus menjadi petualang, untuk melawan gelombang itu selain bertahan hidup.
Aku akan menjadi kuat dan melawan gelombang, aku tidak mau bergantung pada kekuatan para Pahlawan Legendaris, yang tidak jelas kapan mereka akan datang.
Selagi meneguhkan tekad, kulangkahkan kaki menuju pintu masuk toko dan membukanya. Hal yang kulihat pertama adalah seorang wanita tua, namun wajahnya tampak masih bersinar.
Mengenakan jubah penyihir berwarna ungu dan topi khasnya serta sebuah liontin ungu. Kurasa penampilan seperti itu, membuat orang-orang yakin akan kemampuannya.
"Ah ada tamu ternyata, silakan mendekat!"
Saat aku hanya termenung karena sibuk menilai penampilannya, dia secara terbuka mengundangku untuk masuk lebih dalam. Segera aku menurutinya, saat berhadapan dia langsung bertanya.
"Apa yang kau inginkan?" Ucapnya.
"Aku hendak mengetahui sihir apa yang cocok untukku, karena aku ingin jadi seorang petualang." Tanyaku
Sang wanita mengangguk saat mendengar apa yang aku ucapkan, segera dia mengarahkan tangannya ke arah bola kristal yang terletak di antara kami.
"Letakan tanganmu di atas bola kristal ini, dan biarkan aku melihat sihir apa yang cocok untukmu?" Perintahnya.
Aku segera mengikuti instruksinya lagi, saat tanganku berada tepat di atas bola kristal tersebut. Secara mengejutkan di dalam bola kristal itu, tampak dipenuhi asap dan berwarna merah jingga.
Saat memperhatikan kejadian itu wanita tersebut mengernyitkan dahi, kemudian dia menginstruksikan dengan tangannya untuk memindahkan tanganku kembali.
"Aku sudah melihatnya, kau akan sangat cocok mempelajari sihir api!"
Sihir api ya, sebuah pemberitahuan yang bagus. Aku sangat senang mendengarnya, tapi yang jadi masalahnya.
"Berapa biaya yang harus aku keluarkan untuk membeli sebuah buku sihir api di levelku saat ini?" Tanyaku ragu.
Sang penjaga toko memandangku dan kemudian menyentuhkan telunjuknya pada dagu, lalu mengetuk-ngetukannya pelan. Kemudian berkata kembali.
"Berapa levelmu saat ini?"
"Hm masih level 4!" Jawabku
Benar, berjuang menggunakan tenaga bukan gayaku. Aku ingin menggunakan sihir sebagai senjata, tentu aku akan melatihnya agar bisa mahir menggunakannya. Karena itu, aku pergi ke sini untuk mengetahui sihir apa yang cocok untukku. Lalu meminta metode yang pas untuk melatih sihir yang kudapat.
"Level empat ya, aku hanya bisa merekomendasikan sihir Fireshot. Itu karena sangat cocok dengan kekuatanmu saat ini!" Tawar nya.
"Fireshot ya, kurasa itu ide bagus." Jawabku
Aku memasang wajah senyum yang dipaksakan itu karena buku sihir sangat mahal, sekarang aku sangat takut jika gagal mendapatkan buku untuk mempelajari sihir itu.
"Harga buku ini adalah 10 Silver, apa kau punya uangnya?"
Pertanyaan inilah yang membuatku takut, ditambah uangku saat ini tidak mencukupi apa yang harus aku bayar. Kepalaku berkutat mencari ide namun sepertinya sia-sia aku hanya menemukan jalan buntu.
"Maafkan aku, apa harganya bisa dikurangi. Aku hanya punya 6 silver berkat perburuan di hutan seminggu ini. apa kau bisa mempertimbangkannya?" Pintaku
Aku menundukkan kepala tanda berharap padanya, bisa dibilang ini adalah langkah selanjutnya diriku untuk menjadi petualang. Memang aku bisa saja mengandalkan kekuatan tubuh, tapi masalahnya tubuhku sangatlah lemah. Karena itu, aku Memutuskan mempelajari sihir sebagai ganti penyerangan.
"Baiklah, kau bisa mencicilnya dulu dan sekalian. Aku berikan tongkat dan jubah untukmu."
Mengangkat kepala Sang wanita tua penjaga toko itu, kini menyerahkan sebuah buku sihir Fireshot dengan sebuah tongkat dan jubah warna merah.
Aku menerimanya dengan senang hati dan juga menyerahkan 6 keping perak yang kupunya pada Sang pemilik toko ini.
Namun secara mengejutkan, dia menyerahkan satu keping perak kepadaku.
"Kau juga butuh makan, simpan itu dan datanglah jika kau sudah memiliki uang untuk melunasinya." Katanya.
Aku selamat, wanita tua ini sangat baik sehingga masih memikirkan kalau aku butuh makan. Segera aku menunduk kembali padanya.
"Aku benar-benar berterima kasih, akan kuingat kebaikanmu Ibu!"
"Sama-sama, semoga kau menjadi penyihir yang hebat. Itu siapa namamu?" Tanyanya.
"Yudi! Namaku Yudi!" Jawabku.
"Ah iya Yudi, semoga kau menjadi penyihir yang hebat nantinya"
"Terima kasih doanya. Hm aku harus memanggilmu siapa?"
"Panggil saja, Sophie!"
"Baiklah, kalau begitu aku permisi!"
Setelah mendapat apa yang kuinginkan aku harus mempelajarinya dengan baik, segera aku ke restoran untuk mengisi perut karena cacing di perut minta diberi makan.
Karena jaraknya yang dekat aku tidak begitu memerlukan waktu lama untuk menemukan restorannya, ada banyak orang di dalam. Saat masuk ke dalamnya itu membuatku gugup. Tapi aku abaikan saja, aku tidak mengganggu mereka.
Segera aku duduk di pojok kiri ruangan dan mengangkat tangan kanan untuk memesan sesuatu.
"Pelayan, aku pesan makanan paling murah!"
"Ah iya segera datang!"
Setelah mengatakan itu, aku segera menaruh jubah dan tongkat yang baru kudapat disebelah temoatku duduk lalu membuka buku sihir yang kudapatkan dengan cara membayarnya secara cicilan.
Buku itu tampak tipis karena hanya memiliki dua halaman di dalamnya, sebuah sihir tingkat awam untukku. Lalu aku mempelajari bagaimana mantra dari sihir itu.
"Jadi seperti itu, aku harus membaca mantranya dengan tenang, lalu konsumsi SP juga tidak banyak hanya 10 poin. Di levelku saat ini, aku bisa menggunakannya sekitar lima belas kali."
Ya itu karena poin spiritku hanya sekitar 150, dan Life poin ku 239 cukup rendah karena aku baru mulai berburu setelah desa tempatku hancur.
Sialan! Andai saja aku tidak malas-malasan untuk mengumpulkan exp. Aku tidak mungkin berakhir dengan status konyol seperti ini.
"Ini tuan, makanan yang Anda pesan!"
Aku segera mengangguk pada pelayan, saat dia menaruh pesananku di atas meja dan segera setelah itu aku mengisi perutku yang lapar.
Setelah mengisi ulang perut, aku bergegas pergi dari sana dan menuju ke hutan untuk mencoba Spell yang baru kupunya.
Di saat itulah, aku melihat seseorang dengan pakaian agak lusuh berjalan dengan pandangan kosong. Dia mengenakan atasan kaus lengan pendek hijau muda dan celana pendek biru. Di lengannya terdapat sebuah perisai dengan berlian hijau di tengahnya.
"Aku belum pernah melihatnya sama sekali."
Kalimat itu yang terlintas di mulut saat telah melewatinya, sekarang ini aku tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan orang lain. Hal yang harus dilakukan adalah menaikan level dan skill poin dari sihirku.
Agar aku bisa lebih kuat sebelum gelombang berikutnya tiba, tidak akan kubiarkan monster-monster itu bertindak seenaknya setelah apa yang mereka lakukan pada keluargaku.
secara refleks tanganku mengepal kuat saat mengingat apa yang telah terjadi, namun aku menyadarkan diri bahwa emosi seperti ini hanya akan membuat diri tampak bodoh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Pompano
Tempat bang bukan temoat
2024-02-24
1
The Moderator
up
2023-01-02
1
Dafa Ahmad
bagus ni
2022-10-20
0