Tubuh seorang Goblin terlempar dan seketika dia mati, pedang miliknya di ayunkan untuk menghilang bercak darah pada bilah pedangnya. Henka yang merupakan pemimpin dari pasukan ini, tidak pernah menduga kalau akan disergap.
'Kupikir rencanya berjalan sempurna, kami akan menyudutkan para Goblin ke dalam hutan dan memburu mereka. Karena sudah berpencar akan mudah menghabisi mereka. Namun kenyatannya, kami malah di sergap dan dibunuh satu persatu. Apa ini yang dirasakan oleh Dia waktu melihat rekan-rekannya terbunuh tapi itu tidak penting, saat ini aku harus menemukannya!'
Mata Henka menajam untuk mencari keberadaan Goruru, seekor Goblin yang bertanggung jawab karena telah membunuh rekan yang paling dia percayai. Meskipun temannya itu memiliki sifat ceroboh dan liar, tapi dalam hatinya Henka benar-benar percaya pada Lagilu.
Begitu dia melihat tanda yang dikirimkan oleh Lagilu, perasaannya senang karena lagi-lagi teman terpercayanya itu tidak mengecewakan. Segera dia bersama yang lainnya mengikuti arah munculnya cahaya tersebut.
Bukannya mendapat sambutan hangat, dia malah mendapati kalau kepala sahabatnya sudah di penggal oleh seekor Goblin.
Tentu saja itu membuatnya naik darah, apalagi yang memenggalnya adalah korban yang pernah selamat dari pembantaiann sebelumnya.
Pergelangannya kian mengerat saat sudah melihat keberadaan Goruru, yang sedang membunuh seseorang dengan pedangnya dari belakang.
"Tidak akan kubiarkan kau lepas begitu saja, Goblin sialan!"
Secepat yang dia bisa, Henka melaju sambil menghunuskan pedang ke arah punggung Goruru yang sedang lengah. Saat pedang itu hampir mengenainya, Goruru menggerakan tubuhnya sehingga pedang itu menusuk angin.
Dengan cepat Goblin itu berguling menjauh untuk menciptakan jarak dan segera bangkit, sambil menyiapkan pedangnya bersiap akan serangan lain datang dari orang yang mencoba menyerangnya dari belakang.
"Gerakanmu lebih lambat dari temanmu yang sudah kupenggal itu!" Ejek Goruru.
"Heh! Jangan senang dulu hanya karena lolos dari satu seranganku, perbuatan yang kau lakukan pada temanku tidak akan kumaafkan! Ucap Henka seraya menerjang ke arah Goruru.
"Demikian juga aku," jawab Goruru sambil meyiapkan kuda-kuda untuk menerima serangan Henka.
Satu ayunan berisik kekuatan untuk menebas tubuh lawan di depannya, sedangan ayunan pedang lainnya untuk menangkis serangan dari sang lawan. Keduanya menggertakan gigi, karena ketatnya duel mereka.
Goruru mencoba menebas kepala lawannya saat ada kesempatan, namun serangan itu di hindari oleh Henka dengan melompat ke belakang, Goruru menghunuskan pedangnya untuk menusuk tubuh Henka. Tapi lagi-lagiserangan Goblin itu tidak berhasil mengenaninya.
Kali ini Henka mencoba menebas Goruru dari samping, serangan itu bisa di tangkis dengan mudah oleh sang Goblin. Momen saling mendorong terjadi, keduanya mencoba untuk membuat musuhnya terdorong dan menebas.
"Aku tidak akan memaafkanmu, karena telah membunuh temanku!" Bentak Henka.
"Heh itu juga berlaku untukku. Nyawa saudara-saudaraku yang telah kau cabut. Akan kupastikan terbayar dengan kematianmu!
Keduanya sanling bertolak dan membuat mereka saling menjauh, napas Goruru memburu sebab staminanya sudah tinggal sedikit lagi.
Sementara Henka tidak terpengaruh sama sekali, itu karena kelas Warrior memiliki Strength yang tinggi. Hingga membuat mereka tetap kuat, meski bertarung dalam jangka waktu panjang.
'Sial staminaku belum pulih karena melawan si Lagilu. Kalau aku teruskan bisa-bisa aku berakhir memasuki mode Freeze, lalu orang ini akan langsung menjagalku tanpa ampun.'
"Kau menari cukup baik, aku tidak akan bermain-main lagi!"
Mata Henka menajam dan sekejap dia menghilang dalam pandangan.
"Dia cepat!" Kejut Goruru.
Matanya melirik ke segala arah untuk mencari tahu dimana Henka akan menyerang, dia merasa sesuatu yang berbahaya mendekat dari belakang. Segera dia berbalik namun tidak mendapati apapun, tiba-tiba tangannya tersayat dan darah mengujur dari sana.
'Eugh sial! Dia lebih cepat daripada si Lagilu yang telah kulawan sebelumnya.' Gerutunya mengabaikan tangannya yang terluka.
Lalu sayatan demi sayatan terus muncul dari tubuh Goruru, setiap sayatan muncul bercak darah selalu muncul. Henka menikmati bagaimana Goblin itu tersiksa, apalagi dia tidak mencoba untuk menyerang. Sebuah tindakan yang bisa diasumsikan olehnya, kalau Goblin itu sudah putus asa.
'Tapi aku tidak akan membuatnya mati dengan mudah, akan kubuat dia menerima serangan terus menerus sampai nyawa miliknya habis.'
Henka yang terus menyerang Goruru tanpa perlawanan merasa di atas angin. Namun Goruru yang terus menerus menerima serangan, akhirnya menemukan apa yang dia cari.
'Kali ini, sebelah sini!'
Tepat saat mengatakan itu pedangnya menebas ke arah kanan, memotong kedua tangan Henka yang memegang gagang pedang untuk memberi serangan terakhir.
Wajah ketua pasukan penyergapan itu memucat ketika tangannya terputus, oleh gerakan tiba-tiba Goruru yang dia kira hanya berdiam diri.
'Aku lengah! Dia menunggu momentum serangan terakhir!'
"Saat melakukan serangan penghabisan, biasanya gerakan itu mudah dibaca. Kau kubiarkan menyayat tubuhku sampai membuat HP milikku tinggal sedikit lagi, namun aku mengambil kedua lenganmu!"
Gigi Henka bergetak saat mendengar Goruru menjelaskan strategi miliknya.
"Kau bertaruh pada kematian, kurasa kau memiliki keberuntungan besar. Lakukanlah!"
Mendengar ucapan itu Goruru tanpa ragu memberi serangan terakhir pada Henka sehingga membuatnya menemui ajal, setelah itu dia berteriak Lantang.
"Pemimpin kalian sudah tewas ditanganku! Jadi menyerahlah, letakan senjata kalian!"
Saat mendengar pengumuman itu mereka yang tersisa ketakutan, lalu meletakan senjatanya dan mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.
Orang-orang yang sudah menyerah itu dikumpulkan dengan tangan terikat, lalu duduk berbaris untuk menunggu keputusan. Sedangkan para Goblin yang memenangkan pertarungan, mengangkat suara ke atas langit.
"Akhirnya, kita berhasil!"
"Kita telah membalas dendam saudara kita!"
"Ouuuhh!!"
Sorak sorai itu begitu menggema, setelahnya mereka mengumpulkan jumlah korban akibat pertarungan. Salah seorang Goblin yang sudah ditugaskan, untuk menghitung jumlah korban yang tewas dan hidup melaporkan hasilnya.
"Aku hendak menyampaikan kalau jumlah musuh yang menyerang kita 50 orang, yang gugur adalah 35 orang dan tersisa 15 orang yang menjadi tawanan. Sedangkan pihak kita yang berjumlah 150 orang, yang gugur ada 65 orang dan tersisa 85 orang. Itulah hasil yang bisa kuberikan!"
Setelah menyampaikan laporan Goblin itu mengundurkan diri, lalu Goobu, Yudi, Goruru, serta yang masih selamat merenungi apa yang sudah disampaikan oleh Goblin tadi.
"Apa yang harus kita lakukan pada mereka yang tersisa?" Tanya Goruru.
"Aku ingin mereka dibunuh, saat itu rakyatku digorok olrh mereka bahkan setelah menyerah." Jawab tegas Gobu.
Semua yang mendengar jawaban Goobu setuju kalau tawanan itu dibunuh, bagaimanapun dendam mereka belum puas sepenuhnya jika masih ada yang tersisa dari para pembantai. Namun sebuah saran tak terduga datang dari Yudi.
"Aku rasa kita tidak perlu menghukum mati mereka!"
Saat mendengar ucapan yang disampaikan oleh Yudi, semuanya kembali terkejut dengan tindakan sang Mage. Mereka yang berkumpul tidak mengetahui sama sekali, jalan pikiran dari calon penasehat raja itu.
"Kenapa kau berkata seperti itu?" Tanya Goruru.
"Aku punya sesuatu yang menarik dan itu memerlukan peran mereka." Jawab Yudi.
Semua yang mendengar tambah terkejut dengan apa yang baru diucapkan sang Mage, lalu dia kembali menambahkan dengan senyum.
"Percayalah! Ini akan sangat berguna bagi desa yang akan kita bangun."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
DNK • SLOTH SINN
next
2021-11-19
1
John Singgih
kemenangan yang gemilang
2021-03-05
1
anggita
mampir bwa like,👍 trus lnjut.,
2020-12-17
3