NovelToon NovelToon

Rising Of The Mage

Chapter 1

"Aku harus ke toko perlengkapan sihir, untuk mencari tahu sihir apa yang cocok untukku."

Langkah kaki kini menuju sebuah toko perlengkapan sihir, karena keluargaku telah tiada sebab gelombang pertama datang. Kini aku harus menjadi petualang, untuk melawan gelombang itu selain bertahan hidup.

Aku akan menjadi kuat dan melawan gelombang, aku tidak mau bergantung pada kekuatan para Pahlawan Legendaris, yang tidak jelas kapan mereka akan datang.

Selagi meneguhkan tekad, kulangkahkan kaki menuju pintu masuk toko dan membukanya. Hal yang kulihat pertama adalah seorang wanita tua, namun wajahnya tampak masih bersinar.

Mengenakan jubah penyihir berwarna ungu dan topi khasnya serta sebuah liontin ungu. Kurasa penampilan seperti itu, membuat orang-orang yakin akan kemampuannya.

"Ah ada tamu ternyata, silakan mendekat!"

Saat aku hanya termenung karena sibuk menilai penampilannya, dia secara terbuka mengundangku untuk masuk lebih dalam. Segera aku menurutinya, saat berhadapan dia langsung bertanya.

"Apa yang kau inginkan?" Ucapnya.

"Aku hendak mengetahui sihir apa yang cocok untukku, karena aku ingin jadi seorang petualang." Tanyaku

Sang wanita mengangguk saat mendengar apa yang aku ucapkan, segera dia mengarahkan tangannya ke arah bola kristal yang terletak di antara kami.

"Letakan tanganmu di atas bola kristal ini, dan biarkan aku melihat sihir apa yang cocok untukmu?" Perintahnya.

Aku segera mengikuti instruksinya lagi, saat tanganku berada tepat di atas bola kristal tersebut. Secara mengejutkan di dalam bola kristal itu, tampak dipenuhi asap dan berwarna merah jingga.

Saat memperhatikan kejadian itu wanita tersebut mengernyitkan dahi, kemudian dia menginstruksikan dengan tangannya untuk memindahkan tanganku kembali.

"Aku sudah melihatnya, kau akan sangat cocok mempelajari sihir api!"

Sihir api ya, sebuah pemberitahuan yang bagus. Aku sangat senang mendengarnya, tapi yang jadi masalahnya.

"Berapa biaya yang harus aku keluarkan untuk membeli sebuah buku sihir api di levelku saat ini?" Tanyaku ragu.

Sang penjaga toko memandangku dan kemudian menyentuhkan telunjuknya pada dagu, lalu mengetuk-ngetukannya pelan. Kemudian berkata kembali.

"Berapa levelmu saat ini?"

"Hm masih level 4!" Jawabku

Benar, berjuang menggunakan tenaga bukan gayaku. Aku ingin menggunakan sihir sebagai senjata, tentu aku akan melatihnya agar bisa mahir menggunakannya. Karena itu, aku pergi ke sini untuk mengetahui sihir apa yang cocok untukku. Lalu meminta metode yang pas untuk melatih sihir yang kudapat.

"Level empat ya, aku hanya bisa merekomendasikan sihir Fireshot. Itu karena sangat cocok dengan kekuatanmu saat ini!" Tawar nya.

"Fireshot ya, kurasa itu ide bagus." Jawabku

Aku memasang wajah senyum yang dipaksakan itu karena buku sihir sangat mahal, sekarang aku sangat takut jika gagal mendapatkan buku untuk mempelajari sihir itu.

"Harga buku ini adalah 10 Silver, apa kau punya uangnya?"

Pertanyaan inilah yang membuatku takut, ditambah uangku saat ini tidak mencukupi apa yang harus aku bayar. Kepalaku berkutat mencari ide namun sepertinya sia-sia aku hanya menemukan jalan buntu.

"Maafkan aku, apa harganya bisa dikurangi. Aku hanya punya 6 silver berkat perburuan di hutan seminggu ini. apa kau bisa mempertimbangkannya?" Pintaku

Aku menundukkan kepala tanda berharap padanya, bisa dibilang ini adalah langkah selanjutnya diriku untuk menjadi petualang. Memang aku bisa saja mengandalkan kekuatan tubuh, tapi masalahnya tubuhku sangatlah lemah. Karena itu, aku Memutuskan mempelajari sihir sebagai ganti penyerangan.

"Baiklah, kau bisa mencicilnya dulu dan sekalian. Aku berikan tongkat dan jubah untukmu."

Mengangkat kepala Sang wanita tua penjaga toko itu, kini menyerahkan sebuah buku sihir Fireshot dengan sebuah tongkat dan jubah warna merah.

Aku menerimanya dengan senang hati dan juga menyerahkan 6 keping perak yang kupunya pada Sang pemilik toko ini.

Namun secara mengejutkan, dia menyerahkan satu keping perak kepadaku.

"Kau juga butuh makan, simpan itu dan datanglah jika kau sudah memiliki uang untuk melunasinya." Katanya.

Aku selamat, wanita tua ini sangat baik sehingga masih memikirkan kalau aku butuh makan. Segera aku menunduk kembali padanya.

"Aku benar-benar berterima kasih, akan kuingat kebaikanmu Ibu!"

"Sama-sama, semoga kau menjadi penyihir yang hebat. Itu siapa namamu?" Tanyanya.

"Yudi! Namaku Yudi!" Jawabku.

"Ah iya Yudi, semoga kau menjadi penyihir yang hebat nantinya"

"Terima kasih doanya. Hm aku harus memanggilmu siapa?"

"Panggil saja, Sophie!"

"Baiklah, kalau begitu aku permisi!"

Setelah mendapat apa yang kuinginkan aku harus mempelajarinya dengan baik, segera aku ke restoran untuk mengisi perut karena cacing di perut minta diberi makan.

Karena jaraknya yang dekat aku tidak begitu memerlukan waktu lama untuk menemukan restorannya, ada banyak orang di dalam. Saat masuk ke dalamnya itu membuatku gugup. Tapi aku abaikan saja, aku tidak mengganggu mereka.

Segera aku duduk di pojok kiri ruangan dan mengangkat tangan kanan untuk memesan sesuatu.

"Pelayan, aku pesan makanan paling murah!"

"Ah iya segera datang!"

Setelah mengatakan itu, aku segera menaruh jubah dan tongkat yang baru kudapat disebelah temoatku duduk lalu membuka buku sihir yang kudapatkan dengan cara membayarnya secara cicilan.

Buku itu tampak tipis karena hanya memiliki dua halaman di dalamnya, sebuah sihir tingkat awam untukku. Lalu aku mempelajari bagaimana mantra dari sihir itu.

"Jadi seperti itu, aku harus membaca mantranya dengan tenang, lalu konsumsi SP juga tidak banyak hanya 10 poin. Di levelku saat ini, aku bisa menggunakannya sekitar lima belas kali."

Ya itu karena poin spiritku hanya sekitar 150, dan Life poin ku 239 cukup rendah karena aku baru mulai berburu setelah desa tempatku hancur.

Sialan! Andai saja aku tidak malas-malasan untuk mengumpulkan exp. Aku tidak mungkin berakhir dengan status konyol seperti ini.

"Ini tuan, makanan yang Anda pesan!"

Aku segera mengangguk pada pelayan, saat dia menaruh pesananku di atas meja dan segera setelah itu aku mengisi perutku yang lapar.

Setelah mengisi ulang perut, aku bergegas pergi dari sana dan menuju ke hutan untuk mencoba Spell yang baru kupunya.

Di saat itulah, aku melihat seseorang dengan pakaian agak lusuh berjalan dengan pandangan kosong. Dia mengenakan atasan kaus lengan pendek hijau muda dan celana pendek biru. Di lengannya terdapat sebuah perisai dengan berlian hijau di tengahnya.

"Aku belum pernah melihatnya sama sekali."

Kalimat itu yang terlintas di mulut saat telah melewatinya, sekarang ini aku tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan orang lain. Hal yang harus dilakukan adalah menaikan level dan skill poin dari sihirku.

Agar aku bisa lebih kuat sebelum gelombang berikutnya tiba, tidak akan kubiarkan monster-monster itu bertindak seenaknya setelah apa yang mereka lakukan pada keluargaku.

secara refleks tanganku mengepal kuat saat mengingat apa yang telah terjadi, namun aku menyadarkan diri bahwa emosi seperti ini hanya akan membuat diri tampak bodoh.

Chapter 2

"Apa ada sesuatu yang aku lewatkan ya?"

Sesaat setelah sadar dari emosi, aku seperti melupakan hal penting. Lalu sebuah perbincangan dua orang kudengar.

"Hei, apa kau sudah memutuskan untuk mengatur kelasmu?"

"Iya, aku sudah memutuskan akan memilih Class Archer karena aku takut digaris depan."

"Bagus, kalau begitu. Biar aku yang ada di garis depannya Oke."

"Archer dan Mercenaries, kurasa itu bukan ide buruk."

Kedua orang itu tertawa bersama sambil merangkul pundak masing-masing, aku rasa mereka sudah mengalami petualangan cukup lama.

"Akhirnya, aku menemukan apa yang aku lewatkan."

Setelah melewati berbagai macam orang dan menikmati gedung-gedung besar yang berdiri kokoh di kerajaan ini. Langkahku berhenti tepat di depan sebuah Kuil.

Aku menengadah untuk melihat setinggi apa bangunan ini, Architects yang membangun Kuil ini kurasa niat sekali. Bahkan setelah menengadah cukup lama, aku tidak bosan akan keindahan bangunan ini.

"Akan sangat baik jika aku punya kontribusi di Kuil ini, tapi rasanya tidak mungkin."

Setelah bergumam, aku langsung menuju ke dalam Kuil. Alasanku kemari adalah untuk mengganti kelasku. Hal ini kudapatkan, setelah bertanya dengan beberapa orang yang ku jumpai.

Para Bishop dan Priest sibuk mengobati mereka yang terluka, beberapa ada yang minta pertolongan untuk disembuhkan akibat luka selama petualangan mereka.

Sementara senior diantara mereka, menyambut tamu-tamu penting dari bangsawan dan aku hanya dibiarkan lewat seperti angin.

Lalu aku sampai di tujuan, itu adalah sebuah jam pasir zaman naga. Kabar yang kudapatkan, jam itu sudah ada sejak dulu, dan aku baru mengetahuinya sekarang.

"Ibu dan ayah tidak pernah cerita soal ini sebelumnya."

"Apa kau mencoba untuk mengganti statusmu, Petualang muda?"

Sebuah pertanyaan yang datang tiba-tiba itu membuat aku terkejut, lalu segera menoleh ke sumber suara. Saat aku melihatnya itu adalah seorang Priestess muda dengan pakaian khas mereka.

"Iya, aku ingin mengganti classku. Apa kau bisa membantu, Nona Pendeta?"

Dia mengangguk saat aku bertanya seperti itu dan segera mengarahkan tangannya, ada sinar putih yang muncul dari tangannya dan sebuah notifikasi muncul di depan wajahnya.

Itu adalah status tentang dirinya

Nama : Augie

Level :11

Class : Apprentice Priestess

Afiliasi : Gereja suci

HP : 420

MP :570

Agi:25

Int:56

Dex:32

Spd:12

Sihir:

Fast Heal

Fast cure

'Jadi namanya Augie, ya.'

"Kau tinggal mengarahkan tanganmu ke arah jam ini maka status dirimu akan terlihat cobalah!"

Aku mengangguk dan segera melakukan apa yang dia perintahkan, seperti sebelumnya sebuah cahaya putih keluar dari telapak tanganku dan mengarah ke jam pasir zaman naga.

Lalu status diriku terlihat jelas

Nama : Yudi

Level : 4

Class : Penduduk [Change]

Afiliasi : tidak ada

HP : 239

MP : 150

Agi: 23

Int: 34

Dex: 19

Spd: 20

Sihir:

Fireshot

Ya ampun betapa lemahnya diriku, tapi aku tidak boleh menyerah masih banyak waktu untuk menjadi lebih kuat. Sepertinya Sihir itu sudah tertanam, saat aku sudah memahaminya.

Aku langsung menekan tombol Change, pada bagian Kelas dan tersedia beberapa kelas dasar untukku. Karena sudah menentukan tujuan akan menjadi apa, segera aku menekan kotak dengan kata [Mage] di dalamnya.

Setelah menekannya tubuhku bercahaya, dan aku merasa ada gejolak dalam diriku. Lalu class milikku pun berubah menjadi seorang mage.

"Sepertinya kau sudah melakukan pergantian Class nya, selamat karena telah berhasil melakukannya dengan baik."

Aku tersenyum saat menerima pujian tersebut, alasan aku mengetahuinya berkat buku yang diberikan oleh Ibu sophie. Di dalam buku itu tidak hanya berisi mantra fireshot, tapi juga tutorial dasar untuk menggunakan jam pasir zaman naga.

'Aku berhutang lagi padamu, ibu sophie.'

"Terima kasih juga padamu karena telah membantu, kalau begitu aku permisi dulu."

"Iya, Berhati-hatilah!"

Aku mengangguk, saat mengucapkan perpisahan dan rasa terima kasih padanya. Kini aku sudah siap untuk melakukan perburuan.

-Hutan-

"Hey yah!"

Tongkatku memukul monster balon dan membuat monster itu melanting jauh, kemudian aku menyiapkan mantra saat dia mulai mendekat.

"Hai sumber kekuatan utama, sebagai seorang Mage aku memerintahkan. Uraikan hukum alam dan bakarlah objek yang menjadi targetku! Fireshot!"

Monster balon yang mencoba menyerang itu kini terbakar api yang keluar dari tongkatku, untuk monster seperti mereka sihir ini memang sesuai.

"Fiuh, ini perburuanku yang menakjubkan."

Berkat sihir tersebut, tidak hanya balon yang ku kalahkan ada juga Rabbit, Wild Boar, dan Slime. Kini aku sedang mengatur napas, menggunakan sihir menguras banyak sekali MP.

MP sama dengan tenaga, jadi bila aku banyak menggunakan sihir yang cenderung menggunakan MP. Sama saja aku menguras tenaga itu sendiri.

Tapi tidak apa, selagi itu tidak membuatku banyak bergerak. Class Mage memang cocok, meskipun kekurangan yang besar terletak pada jumlah HP yang sedikit dan Dex yang kecil.

Tapi class ini menawarkan sesuatu yang lain yaitu sihir, ada banyak tipe sihir di dunia ini. Membutuhkan banyak waktu dan latihan, untuk mempelajari itu semua.

Tapi aku tidak mau terlalu banyak Eleman sihir yang dikuasai, cukup elemen api saja yang perlu ditingkatkan sampai maksimal. Lagipula, hanya elemen itu saja yang sesuai untukku.

"Aku berburu dari setengah hari sampai sore dan hasil yang kudapat cukup memuaskan."

20 Kulit balon, 12 Kulit kelinci, 6 Taring Wild Boar, dan 1 batu sihir. Item ini dijatuhkan oleh para monster, setelah kita mengalahkan mereka.

"Menurut buku panduan ibu Sophie itu disebut Item Drop, sebaiknya aku menjual kepadanya saja deh."

Hari sudah mulai sore dan aku melangkah menuju toko ibu sophie, itu adalah tempat yang akan sering aku kunjungi mulai dari sekarang.

Setelah melewati semak dan jalan setapak, akhirnya aku kembali ke kerajaan itu. Aku masih ragu untuk mendaftar sebagai pasukan kerajaan, untuk menghadapi gelombang kehancuran.

Meskipun tidak ada syarat khusus untuk bisa diterima, tapi tetap saja aku tidak tertarik. Memang mereka akan memberikan uang bulanan sebesar 500 keping perak setiap bulannya.

"Bekerja dengan beberapa kode etik, bagiku itu seperti dipenjara secara tidak langsung."

Itu adalah pilihan, beberapa ada yang nyaman dengan itu dan beberapa ada yang tidak. Aku tentu saja berada pada posisi yang kedua.

Saat terus memikirkan itu akhirnya sampai juga ditempat ibu sophie, tanganku segera membuka pintu dan ibu sophie menerimaku dengan senyum.

"Selamat datang kembali, Yudi!"

Aku begitu tersentuh akan sapaan yang dia ucapkan, itu mengingatkanku tentang ibuku. Dia selalu menyambutku saat pulang ke rumah. Entah bagaimana, perasaan itu kembali hadir.

"Aku pulang!"

Itulah jawaban yang kuberikan, sama seperti saat aku pulang ke rumah. Dengan keyakinan kuat, aku menetapkan kalau tempat ini adalah rumah kedua.

Chapter 3

"Apa yang kau dapat hari ini?"

Aku sedikit melekukan sudut bibir saat kalimat itu terlontar dari Ibu Sophie, lalu dengan bangga aku mengeluarkan semua Item drop yang didapatkan.

"Inilah yang kudapatkan hari ini, ibu!"

Ibu Sophie begitu terkejut saat melihat apa yang aku dapatkan, matanya masih belum berkedip melihat item drop di atas meja. Tatapannya terus mengarah ke batu sihir.

Aku segera mengambil batu sihir itu dan wajah dari ibu sophie tampak malu, sepertinya dia sadar kalau aku telah mengetahui dia terus menatapnya.

"Aku minta maaf jika berlebihan menatapnya, jadi apa saja yang mau kau jual?"

"Sebenarnya tidak masalah kau menatapnya, karena aku juga berniat memberikannya padamu."

"Eh!"

Dia terkejut saat aku mengatakan seperti itu. Memang niatku begitu sih, aku tahu mungkin benda ini berharga. Tapi, akan lebih baik jika yang memilikinya lebih paham akan sihir.

"Apa maksud ucapanmu?"

Dia bertanya lagi, ya ampun berapa kali aku harus mengatakan padanya. Baiklah kalau begitu, lebih baik aku menyerahkannya dengan benar.

"Ibu! Aku memberikan batu ini sebagai hadiah, itu karena apa yang telah kau berikan jauh lebih berharga. Lagi pula, batu ini sepertinya tidak cocok untukku."

Batu sihir itu berwarna ungu, jika tidak salah elemen yang mewakili warna ungu adalah petir. Sedangkan aku adalah pengguna elemen api, jadi itulah mengapa elemen itu tidak cocok untuk diriku.

"Batu sihir amat berharga, aku tidak bisa menerima hadiah seperti ini. Terlebih batu ini, memiliki efek khusus untuk meningkatkan status."

Sebuah batu dengan efek khusus, aku belum pernah mendengarnya. Yang ku tahu batu-batu itu hanya memiliki elemen yang sesuai dengan sihir dunia ini.

"Apa batu sihir juga memiliki sesuatu selain peningkatan sihir di dalamnya. Yang aku tahu, batu sihir hanya untuk meningkatkan kekuatan dari sihir milik penggunanya."

Ibu Sophie menggeleng saat aku mengatakan apa yang ku tahu, kemudian dia mengambil batu sihir itu. Sejenak menatapnya, lalu kembali meletakkan di atas meja.

"Batu ini memiliki efek meningkatkan perasaan orang disekitarnya. Dengan kata lain, batu ini bisa membantu untuk melakukan pendekatan dengan orang yang baru kau kenal."

Jadi ada efek seperti itu juga, walau aku mengetahuinya. Keinginan untuk menyerahkan batu itu padanya tetap akan kulakukan.

"Bukankah itu sangat bagus untukmu, dengan begitu setiap pengunjung yang datang bisa lebih akrab denganmu. Kemampuan batu itu sangat bagus, untuk mereka yang selalu bertemu dengan orang baru."

Setelah mendengar apa yang aku ucapkan dia tampak tersentuh, lalu mengambilnya dengan rasa haru. Aku turuk senang jika dia menerimanya.

"Terima kasih Yudi!"

"Sama-sama dan bagaimana dengan barang-barang lainnya. Berapa kau akan membayarnya, Ibu?"

Dia menyimpan batu sihir tersebut dan mulai menghitung harga, untuk beberapa item drop yang lainnya. Setelah menghitung dengan teliti dia menatapku.

"Semuanya 65 Perak ditambah 24 Tembaga. Itulah harga yang bisa kuberikan. Bagaimana?"

Aku mengangguk saat mendengar harga tersebut, lalu dia menyerahkan jumlah uang yang telah disebutkan. Ketika melihat uang tersebut, aku begitu senang, karena akhirnya aku memiliki persediaan untuk beberapa minggu.

Lantas aku menyerahkan 5 silver, untuk melunasi hutang dari buku yang pernah kubeli tadi pagi.

"Ini adalah hutang untuk buku yang kubeli tadi pagi."

"Tidak usah, kau kan sudah memberiku batu sihir. Jadi tidak perlu membayar buku tersebut."

"Ibu sophie, itu adalah hadiah sedangkan aku tadi pagi membeli. Tolong terimalah, bagaimanapun buku tersebut telah membantuku. Jadi, biarkan aku membayar buku itu dengan layak."

Wajah miliknya menjadi cemas, takut jika dia telah membebaniku. Aku tidak ingin hal ini membuat ke depannya buruk, jadi harus dipertegas.

"Aku tidak merasa terbebani, kumohon terimalah!"

Saat aku memohon untuk kesekian kalinya dia mengembuskan napas, lalu mengambil 5 silver yang telah kuberikan.

"Lain kali kalau butuh sesuatu katakan saja, aku akan senang membantumu."

Kalimat itulah yang ingin aku dengar, sekarang aku begitu senang karena memiliki rumah baru. Walaupun belum resmi sih, setidaknya ke depan aku bisa mengandalkan Ibu sophie.

"Terima kasih atas sambutan hangatnya. Oh iya, bisakah aku memesan baju rantai sederhana?"

"Oh aku mengerti, sebagai Penyihir memang kita rentan terhadap serangan. Jika menggunakan baju rantai, setidaknya akan mengurangi luka yang diterima."

Bahkan tanpa dijelaskan olehku, dia sudah mengerti apa yang aku inginkan dari memesan baju rantai tersebut. Ibu sophie memang bisa diandalkan.

"Kebetulan aku memiliki kenalan dengan Blacksmith, akan aku lihat apakah dia memiliki satu yang cocok untukmu."

"Woah aku sangat senang mendengarnya, lalu selanjutnya apakah kau memiliki solusi untuk diriku ke depannya?"

Ibu sophie kemudian memperhatikan diriku, menilai dari ujung kepala sampai kaki. Setelah dirasa cukup dia mengangguk, kemudian berbalik untuk mencari sesuatu.

Setelah menemukan apa yang dicari, dia membalikan badan, ditangannya kini terdapat sebuah kotak. Aku tidak tahu, apa yang ada didalam kotak tersebut.

"Ini adalah apa yang kau butuhkan, satu set lengkap perlengkapan penyihir. Aku juga menambahkan buku sihir baru untukmu, namanya Fireball dan Fireburn. Aku yakin levelmu sudah naik, karena berburu kemarin bukan."

Barang yang ditawarkan tidak buruk terdiri dari sepasang sarung tangan, sepasang sepatu, sebuah lionting merah, juga dua buah buku sihir yang disebutkannya.

"Berapa harganya?"

"Karena kau telah memberi orang tua ini sesuatu yang bagus, aku akan memberikan harga 20 silver."

Tidak buruk, buku sihir itu harusnya memiliki harga yang lebih tinggi dari sebelumya. Karena aku sudah mendapat kepercayaan darinya, kurasa diskon seperti ini bagus juga.

"Baiklah, aku terima tawaranmu!"

Aku menyerahkan 20 silver padanya, kemudian mengenakan apa yang baru dibeli. Bahan yang digunakan sangat nyaman, aku rasa sekarang aku bisa dengan bangga menyebut diri seorang Penyihir.

"Syukurlah pas, kurasa tinggal satu masalah lagi yang harus diselesaikan."

Masalah, apa dia juga memiliki solusi yang lain. Apa mungkin baju yang diberikan ini, untuk meyakinkan orang-orang kalau aku seorang mage.

"Lalu, masalah apa yang harus aku selesaikan?"

Ibu sophie tersenyum ketika aku bertanya seperti itu, aku tidak tahu apa ada yang lucu dalam pertanyaan barusan.

"Seorang Penyihir harus memiliki rekan untuk membuat celah, lagi pula saat membaca mantra kau berada dalam keadaan rentan terkena serangan. Karena itu rekan diperlukan, untuk menahan serangan kepadamu dan juga memberi celah."

Aku gak kepikiran sejauh itu, apa yang diucapkan olehnya benar aku butuh seorang rekan. Alasan aku selamat hari ini karena lawanku memang relatif lemah.

Tapi kalau seandainya, tiba-tiba muncul monster yang lebih kuat dariku. Maka bisa dipastikan aku akan mati, bagaimanapun aku tidak ingin itu terjadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!