Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut

Yvanna bahkan tak terlihat di meja makan, dia sudah pergi pagi-pagi buta. Mama dan Papa baru pulang di pagi buta dan langsung terlihat sedih melihat anak-anaknya bertengkar. Hal itu sangat terlihat di mata mereka berdua. Sejujurnya hal itu juga menyakitiku, namun aku masih gengsi jika harus berbaikan dengan Galliard. Dia yang salah dan egois karena menutupi banyak hal dariku. Setelah menyarap, Galliard langsung pergi tanpa berpamitan. Ia bergegas keluar dan tak menjawab saat Papa bertanya kemana ia akan pergi. Perasaanku juga seketika semakin memburuk dan selera makanku hilang jadi ku letakkan garpu di atas piringku yang belum kosong.

"Apa kalian bertengkar, cinta?" Tanya Mama.

Aku menggeleng pelan. "Kami hanya sedikit berdebat, Mama dan Papa tak perlu mengkhawatirkan hal ini. Kami baik-baik saja." Jawabku sambil tersenyum.

Mama dan Papa langsung terlihat lega dan sedikit tersenyum. Aku tak tahu mengapa, mereka terlihat sangat khawatir. Mungkin mereka takut jika aku tak bisa berbaikan dengan Galliard. Lalu aku teringat tentang mimpiku saat itu.

"Mama, Papa, bisakah kita berbicara sebentar?" Tanyaku.

Papa mengangguk setuju dan meminta para pelayan dan staf penginapan meninggalkan kami bertiga. Mereka yang dari tadi berdiri di sekeliling kami pun satu per satu menunggu ruangan.

"Apa yang ingin kau bicarakan, puteriku?" Tanya Papa.

Awalnya aku ragu mengatakannya. Aku takut jika mimpi itu hanya bunga tidur semata, namun aku harus menceritakan hal itu kepada mereka. "Aku bermimpi bertemu dengan Yrina." Ucapku dengan pelan.

Suasana hening seketika. Papa dan Mama terlihat terkejut dan saling pandang. Mereka lalu kembali menatapku dengan lembut.

"Benarkah?" Tanya Mama.

Aku mengangguk. "Ia adalah anak yang sangat manis." Jawabku.

Suasana masih hening karena tenggorokanku terasa tercekat. Aku tak tahu harus melanjutkannya atau tidak. Aku takut, jika mereka membuangku dan meminta Yrina yang asli kembali ke tubuh ini.

"Puteriku." Panggil Papa.

Aku sedikit mendongak dan melanjutkan ucapanku lagi, "Dia adalah gadis kecil yang ku selamatkan di malam itu. Gadis yang hanyut di sungai." Aku kembali menelan ludah, tenggorokanku masih kering kerontang. "Semakin aku mencoba mendekatinya, dia semakin menjauh. Aku ingin menanyakan banyak hal kepadanya namun aku malah menangis." Lanjutku.

Mama lalu bangkit dan mendekat ke arahku.

"Apakah dia marah karena aku menempati tubuhnya?" Tanyaku sambil menangis. Aku tak tahan lagi.

Kumohon, aku tak ingin dibuang lagi. Mama lalu memelukku dengan erat sambil ikut menangis. Aku membalas pelukan Mama dan kami menangis bersahutan.

"Kurasa dia hanya ingin menemuimu, nak." Kata Papa. "Apa dia mengatakan sesuatu?" Sambungnya.

"Dia bilang hiduplah dengan baik dan lebih baik darinya.  Papa, apakah kalian akan mengembalikanku ke asalku jika ia kembali?" Tanyaku.

Mama dan Papa memandangku dengan keterkejutan. Mereka lalu menangis.

"Tidak, cintaku. Tempatmu bersama kami sekarang, dia pasti juga bahagia jika tahu kembaran jiwanya hidup dengan baik di sini." Kata Mama sambil terisak.

Papa lalu mendekat dan memeluk kami berdua. Emosiku tumpah. Aku senang berada di sini. Aku tak ingin pulang. Duniaku dulu menakutkan dan menyakitkan. Jika boleh, Yrina, aku ingin menjadi dirimu. Kau sangat beruntung dikelilingi keluarga yang sangat mencintaimu tanpa syarat.

Setelah hatiku lega dan kami selesai meluapkan emosi. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan bersama Catherine ke pasar untuk kedua kalinya. Aku meneguhkan hatiku. Jika memang suatu hari nanti aku harus pergi dari tubuh ini dan Yrina yang asli kembali, maka biarlah, aku akan pergi dengan sukarela karena dari awal semua ini memang miliknya, bukan milikku. Namun sebelum itu, aku akan menikmati setiap detik di sini, mencintainya, mensyukurinya dan memperbaiki semua kesalahan yang telah ia buat.

Kami kembali pergi ke Toko Peralatan Sihir waktu itu dan aku tak melihat Dimitry di sana, aku membeli beberapa tongkat sihir dan bola kristal. Setelah pulang ke menara sihir besok, aku akan belajar sihir. Lalu aku mengajak Catherine membeli gula-gula di suatu toko manisan. Tentu saja semua mata tertuju padaku, si gadis beracun. Aku hanya memandangi mereka balik sambil tersenyum ramah. Mereka yang ku pandangi balik lalu berbisik-bisik. Aku tak peduli, mereka pastinya akan bergunjing tentangku. Ini sudah biasa. Dibandingkan dengan apa yang ku alami dulu di duniaku, ini tak ada apa-apanya. Saat aku hendak berbalik dan keluar dari toko, aku mendengar nama Yvanna disebut. Aku menoleh dan langsung menghampiri gadis-gadis yang menyebut namanya.

"Ada urusan apa kalian dengan adikku?" Tanyaku. Entah mengapa aku merasa marah.

Para gadis itu menunduk ketakutan dan menjawab dengan tergagap.

Setelah mendengar jawaban mereka. Aku segera pergi keluar toko dan bergegas ke kereta kuda.

"Dia tadi ada di Jalan Palem, di dekat danau. Dia dipermalukan oleh Keluarga Sacramento di sana."

Aku berjalan tergopoh-gopoh dan langsung menaiki kereta kuda menuju ke tempat yang mereka maksud. Kurang ajar! Berani sekali Keluarga Sacramento ini. Aku sama sekali tak masalah jika mereka membenciku dan memperlakukanku dengan buruk tetapi tidak dengan keluargaku dan orang-orang terdekatku. Mereka semua orang baik! Aku! Benci saja aku! Jangan mereka! Aku masalahnya, bukan mereka! Tak butuh waktu lama, kereta kuda yang kami tumpangi sampai di Jalan Palem. Aku segera turun dari kereta dan mataku menyapu sekeliling. Tak ada Yvanna di sana dan masih ada beberapa orang yang berkumpul seperti habis menyaksikan sesuatu. Saat sadar aku ada di sana, mereka langsung menatap takut dan berbisik pelan. Ada tiga orang yang terlihat menatapku dengan saksama. Seorang gadis muda, wanita paruh baya, dan seorang pria. Kedua wanita itu menatapku dengan marah sedangkan si pria menunduk, menghindari kontak mata denganku. Aku langsung menuju ke arah mereka yang seperti terburu-buru pergi ke salah satu kereta kuda yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. Ada lambang keluarga di kereta itu.

"Catherine, lambang di kereta itu, lambang keluarga mana?" Tanyaku pada Catherine yang mengikutiku dari belakang.

"Lambang itu adalah lambang Keluarga Sacramento, Nona." jawab Catherine.

Saat aku sampai di hadapan mereka, sang wanita paruh baya sudah masuk ke dalam kereta. Aku lalu menahan pintu kereta agar tetap terbuka.

"Turun!" Kataku dengan lantang.

"Apa yang kau inginkan, Yrina Lavien?" Kata si gadis Sacramento. Dia mencoba menepis tanganku yang menahan pintu kereta.

"Kau tuli? Turun sekarang!" Kataku bersikeras. "Kalian berhutang penjelasan kepadaku atas apa yang kalian lakukan kepada adikku!"

"Apa maumu? Jangan ganggu kami! Pergilah!" Kata si wanita paruh baya dari dalam kereta. Ia terlihat panik dan marah.

"Apa yang sudah kalian lakukan kepada adikku?" Tanyaku lagi. Aku menatap mereka bertiga bergantian.

"Nona," panggil Catherine dengan lirih.

Aku pun menoleh ke arahnya yang seperti menggenggam sesuatu. Sebuah kalung yang rusak dan batu delimanya pecah. Itu punya Yvanna!

Aku lalu kembali mengalihkan pandangan kepada mereka lagi. Ketiganya menghindari tatapanku dan bersikap angkuh. Sialan! Berani-beraninya mereka!

"Apa yang kau lakukan kepada adikku?" Tanyaku lagi sambil sedikit berteriak.

"Adikmu yang tidak tahu diri! Berani-beraninya mendekati kakakku!" Kata si Gadis Muda Sacramento.

Aku terdiam. Kakak? Yang mana? Aku langsung menatap ke si pria yang terlihat tertunduk takut. Pria ini? Yvanna menyukai orang ini?

Episodes
1 Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2 Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3 Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4 Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5 Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6 Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7 Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8 Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9 Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10 Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11 Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12 Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13 Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14 Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15 Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16 Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17 Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18 Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19 Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20 Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21 Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22 Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23 Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24 Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25 Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26 Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27 Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28 Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29 Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30 Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31 Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32 Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33 Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34 Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35 Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36 Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37 Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38 Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39 Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40 Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41 Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42 Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43 Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44 Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45 Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46 Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47 Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48 Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49 Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50 Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51 Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2
Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3
Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4
Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5
Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6
Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7
Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8
Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9
Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10
Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11
Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12
Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13
Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14
Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15
Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16
Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17
Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18
Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19
Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20
Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21
Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22
Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23
Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24
Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25
Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26
Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27
Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28
Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29
Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30
Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31
Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32
Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33
Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34
Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35
Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36
Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37
Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38
Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39
Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40
Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41
Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42
Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43
Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44
Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45
Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46
Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47
Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48
Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49
Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50
Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51
Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!