Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik

"Kak, namanya siapa?" Tanyaku kepada Galliard, menengok ke belakang dan menghentikan langkahku.

"Siapa? Yang mana? Yang kau pandangi atau Putra Mahkota?" Tanya Galliard, dia bingung namun terlihat antusias.

"Si Putra Mahkota."

"Anthony, namanya Anthony." Katanya sambil berbisik.

Aku mengacungkan pelan jempolku dan mengedipkan satu mataku kepada Galliard. Baiklah, lalu aku kembali berjalan ke depan dan aku akan memainkan peran yang mengesankan.

Aku memasang wajah yang sangat marah dan berjalan tergesa-gesa menghampiri mereka. Lalu saat aku sampai beberapa langkah di depan mereka aku memandangi mereka berempat satu persatu.

Ratu berbicara lebih dulu, "Bagaimana kabarmu, Nona Lavien? Aku ikut senang mendengar jika kau sudah bangun dari koma. Tadinya aku ingin langsung menemuimu namun ternyata aku malah mengadakan acara minum teh hari ini jadi aku minta maaf karena telah membuatmu menunggu." Ratu tersenyum melihatku. Senyum yang sangat palsu. Dia bahkan tak mempersilahkan aku duduk. Jika dia memang benar senang, bukan ekspresi terganggu yang akan ia tunjukkan. Anak bayi juga tahu jika dia sedang berbohong. Aktingnya kurang bagus, seharusnya ia memelukku dan menangis, walaupun hanya pura-pura. Aku jadi sebal duluan.

Ah, tak apa-apa, lah. Aku jadi tak menyesal mengakhiri pertunangan dengan Anthony.  Aku tak bisa membayangkan hidup di bawah satu atap yang sama dengan Ibu Mertua sepertinya. Aku takkan merugi jika mengakhiri hubungan kami. Aku masih punya keluargaku dan orang-orang di Menara Sihir yang mulai tersenyum saat aku menyapa mereka. Walau kebanyakan tetap langsung berlari menjauh sekuat tenaga. Aku tak menggigit, kok. Setidaknya sekarang aku tak menggigit, beda dari yang dulu.

Aku lalu memberinya hormat seperti yang dicontohkan Mama tadi pagi. "Terima kasih, yang mulia. Senang mendengar hal itu dari anda."

Dari tadi aku sengaja tak berkedip agar air mata cepat mengalir ke pipiku namun yang ada mataku malah semakin kering dan air mataku tak kunjung turun padahal aku ingin menampilkan citra jika aku benar-benar sedih dan menangis. Aku lalu melirik ke arah gadis yang duduk di samping ratu sekaligus duduk berhadapan dengan putra mahkota. Dia menunduk, tak menatap ke arahku. Dia gadis yang mungil dan begitu cantik, dengan bibir semerah darah, kurasa warna lipstiknya. Jadi seperti ini selera putra mahkota hingga ia tergila-gila padanya.

Tentu saja, dia sangat berbeda denganku yang memiliki tubuh menjulang tinggi dan raut wajah yang terkesan jahat. Gadis di hadapanku ini sangat manis dan terlihat lembut. Jadi dia Margareth Thatcher. Haruskah aku memanggilnya si wanita ketiga yang merebut kekasihku? Ah tidak, kurasa itu terlalu berlebihan. Aku akan mengacuhkannya saja. Aku tak ingin memperbanyak musuh. Aku kan sedang mempersiapkan masa pensiunku. Yup, The Villainess wants to retired. Atau haruskah aku menyebut diriku 'Fake Villainess'?

"Ayo pergi, Yrina! Aku tahu kau ingin bicara denganku. Aku minta maaf karena tak sempat menjengukmu kemarin karena aku sangat sibuk, sejujurnya aku ingin mengunjungimu sekarang namun ternyata kau sembuh lebih dulu. Aku sangat senang kau sudah bangun." Cerocos Si Putra Mahkota sambil bangkit dari duduknya.

Dia kira aku bodoh, ya?  Perkataannya sungguh dingin tak berekspresi dan tentu saja itu kebohongan yang luar biasa. Pada kenyataannya dia malah menghabiskan waktu dengan Margareth di sini. Ibu dan anak ini sangat tak pandai berakting. Dia kira aku akan menurut padanya begitu? Maaf saja! Aku bukan Yrina yang tergila-gila pada orang sepertinya.

Lalu aku mengambil gelas berisi anggur di atas meja dan menuangkan isinya ke atas kepala gadis itu. Tentu saja semua orang terkejut bahkan Putra Mahkota berteriak marah. Lalu aku merasa jika Galliard menahan tangan kananku yang kugunakan untuk menuangkan anggur ke gadis itu. Sempurna. Ini saatnya bermain peran, aku lalu menjerit dan pura-pura menangis tersedu-sedu. Akhirnya aku berhasil mengeluarkan air mataku setelah mataku kemasukan banyak debu dan terasa benar-benar kering. Ya, setidaknya aku berhasil menangis meskipun karena kelilipan. Aku bahkan menepis tangan Galliard dan menjatuhkan diri ke lantai. Pura-pura terluka dan frustasi.

"Bagaimana bisa anda melakukan ini kepadaku, Anthonyku tersayang?" Jeritku. "Tak ada satu orang pun aku cintai sedalam aku mencintaimu. Bahkan aku banyak berkorban untukmu dan hanya kamulah yang benar-benar kucintai namun apa kenyataannya? Kau memilih gadis ini dan kau berselingkuh dengannya padahal kau sudah punya aku. Di saat aku sedang terbaring koma, kau malah sedang bermesraan dengan gadis ini? Tadinya aku pergi ke sini karena aku sungguh merindukanmu, karena aku sangat mencintaimu, Anthonyku tersayang. Cukup sudah! Aku tak bisa menahan semua ini lagi! Cinta yang kuberikan padamu setulus dan sedalam samudera. Namun dengan teganya kau mencampakkan cintaku. Tega-teganya Kau berselingkuh dariku, Anthonyku tersayang.  Aku tak bisa menahan ini lagi, mulai hari ini hubungan kita berakhir! Kau bisa menghabiskan seluruh hidupmu dengan selingkuhan yang sangat kau cintai ini, wahai Anthonyku tercinta. Aku sudah lelah! Aku menyerah!" Aku lalu bangkit dari dudukku dan memperhatikan semua orang yang tampak terkejut. Orang-orang ini bangsawan berpengaruh dari seluruh kerajaan, sempurna.

Sempurna sekali. Bahkan Ratu juga sudah ikut berdiri dan berusaha menenangkanku. Aku tak peduli. Maaf, Yrina yang baru tidak mencintai Anthony si Putra Mahkota jadi tak masalah bagiku untuk melepaskannya. Aku lalu menoleh ke arah Margareth. Dia tampak begitu terluka dan menahan malu. Tentu saja, itu memang tujuanku. Aku ingin memutuskan pertunangan ini dan sejujurnya aku ingin membuat pasangan selingkuh ini merasakan akibatnya dan kurasa rencanaku berhasil. Para bangsawan lain yang sedang berkumpul mulai berbisik-bisik tentang apa yang baru saja mereka lihat. Aku sengaja menekankan kata selingkuh berulang kali agar mereka tahu jika meskipun Putra Mahkota membenciku, aku tetap tunangan sahnya dan pasti mereka akan selalu mengingat jika Putra Mahkota dan Margareth adalah pasangan selingkuh yang tega menyakiti dan mengkhianati perasaanku.

Untuk mendukung permainan peranku, aku bahkan berpura-pura pingsan, aku berpura-pura terkulai ke belakang yang langsung ditangkap oleh Galliard. Aku tak terkejut jika Anthony lebih memilih untuk membantu membersihkan anggur di rambut Margareth daripada membantuku.

Karena kesal aku lalu bangkit dari kepura-puraanku dan memandanginya dengan tajam. Sejujurnya aku memang sangat marah terhadap Anthony jadi aku menamparnya saat itu juga sebelum kembali pura-pura pingsan. Suara pekikan tertahan banyak orang terdengar. Rasakan itu! Saat aku memejamkan mataku aku bisa mendengar suara Galliard yang berteriak meminta pertolongan sambil sedikit menahan tawanya, suara Ratu yang terdengar panik dan juga suara mama yang perlahan mendekat.

Lalu Galliard membantuku berdiri. Untuk terakhir kalinya aku membuka sedikit mataku dan memandang ke arah pria tampan bermata biru tadi yang sekarang sedang terlihat memeluk Margareth dan menatap tajam ke arahku dengan tatapan seakan ingin membunuh. Ah rasanya puas sekali sekaligus penasaran.

Episodes
1 Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2 Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3 Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4 Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5 Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6 Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7 Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8 Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9 Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10 Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11 Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12 Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13 Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14 Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15 Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16 Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17 Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18 Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19 Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20 Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21 Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22 Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23 Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24 Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25 Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26 Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27 Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28 Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29 Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30 Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31 Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32 Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33 Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34 Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35 Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36 Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37 Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38 Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39 Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40 Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41 Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42 Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43 Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44 Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45 Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46 Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47 Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48 Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49 Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50 Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51 Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2
Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3
Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4
Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5
Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6
Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7
Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8
Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9
Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10
Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11
Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12
Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13
Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14
Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15
Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16
Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17
Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18
Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19
Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20
Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21
Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22
Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23
Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24
Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25
Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26
Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27
Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28
Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29
Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30
Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31
Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32
Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33
Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34
Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35
Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36
Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37
Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38
Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39
Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40
Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41
Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42
Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43
Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44
Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45
Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46
Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47
Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48
Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49
Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50
Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51
Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!