Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu

"Biar ku tebak, karena itu kalian ingin aku menggantikannya, begitu?" Tanyaku lagi. Rasanya sedikit menyakitkan saat aku menjadi pengganti seseorang di dunia yang gila ini.

Mereka berdua diam dan itu menegaskan jika tebakanku benar. Aku tak bisa melakukan ini, aku tak ingin menjadi pengganti seseorang yang kehadirannya hanya dibutuhkan saat orang lain sudah tiada. Aku tak bisa. Persetan dengan semua hal gila ini, aku rasa aku ingin pulang. Aku tahu dua orang ini pasti bisa mengembalikanku pulang.

"Bisakah kalian memulangkanku ke tubuhku yang asli? Aku tak ingin berada di sini." Ucapku.

Mereka berdua tampak terkejut mendengar ucapanku.

"Kau mau pergi kemana? Ini adalah rumahmu, sayangku." Kata si wanita. Lama-lama dia mulai terlihat panik. "Ibu akan memberimu apapun, apapun itu, cintaku. Ibu mohon, tolong jangan tinggalkan ibu lagi." Sambungnya, sebelum kembali menangis. Ia berusaha mendekat ke arahku namun berhenti setelah beberapa langkah.

"Ini rumahmu, nak. Sekarang ini adalah rumahmu." Si pria menimpali.

"Bukan! Aku bukan Yrina. Aku hanya jiwa tersesat yang kalian panggil ke sini untuk menggantikan puteri kalian yang sudah mati. Aku tak mau! Aku ingin pulang! Kembalikan aku!" Kataku setengah berteriak, aku berdiri dari dudukku.

"Yrina." Panggil mereka dengan suara mengiba.

"Berhenti memanggilku Yrina-Yrina terus menerus! Aku bukan Yrina dan aku mau pulang! Tidak tahukah kalian aku berusaha tidak gila sekarang?" Teriakku dengan kencang.

"Pulang? Kau ingin pulang ke tubuhmu yang sudah mati?" Teriak si pria.

Melihat suaminya berteriak, si wanita menenangkannya. Si wanita lalu marah kepada si pria. "Jangan membentaknya! Tolong mengerti keadaannya!"

Aku terdiam seketika dan tak terasa air mata mengalir di pipiku. Bodohnya aku. Seharusnya aku tahu, jika aku masuk ke dalam tubuh ini itu artinya sudah pasti tubuh asliku sedang tidak baik-baik saja di sana dan ternyata malah sudah mati. Jadi, aku benar-benar mati karena menyelamatkan gadis kecil itu. Bagaimana keadaan tubuhku di sana? Siapa yang mengurusku? Apakah tubuhku sudah ditemukan?

"Ayah minta maaf, nak, karena sudah berteriak kepadamu." Si pria terlihat menyesal. "Kalian adalah jiwa yang sama dengan kehidupan yang berbeda. Kami hanya memanggil jiwamu ke sini karena ini memang tempatmu. Ayah tahu ini terdengar egois. Kau bisa membenci kami sepuasnya. Ya, kau benar, kami memanggilmu karena jiwa Yrina yang asli sudah mati. Tapi, ini adalah tempatmu sekarang dan kami tak masalah dengan hal itu. Mau kamu adalah jiwa Yrina yang asli atau bukan, yang kami tahu, kau adalah puteri kami." Ucap si pria lagi. Dia juga mulai menangis.

Aku terdiam. Tak tahu harus apa. Haruskah aku bersyukur atau semacamnya atas hal ini? Aku tak tahu. Rasanya aku sudah gila.

"Kamu adalah kamu, kamu adalah Yrina. Memang bukan Yrina yang dulu namun kamu tetap Yrina. Puteriku, cintaku." Ucap si wanita.

Pandanganku menggelap lagi dan aku terjatuh ke belakang, kehilangan kesadaranku untuk kedua kali.

Saat kembali sadar, aku kembali terbaring di atas tempat tidur. Saat aku kembali membuka mata, mereka masih ada di dekatku, duduk di samping tempat tidur. Aku tak tahu harus berkata apa. Perutku terasa sangat lapar dan makanan yang letaknya tak jauh dariku terlihat dan tercium sangat menggoda. Melihatku melirik ke arah makanan itu. Si wanita lalu mengambilnya dan menyuapiku. Sepotong roti bawang putih mentega dan sup krim yang hangat.

Aku menolak disuapi dan memilih untuk memasukkan sendok demi sendok makanan itu sendiri ke dalam mulutku dengan tangan yang gemetar. Perasaanku sudah lebih baik dan ku rasa aku sudah menemukan kembali kewarasanku. Kepalaku juga sudah tidak pening lagi. Ku rasa aku harus menghadapi semua ini, semua kegilaan yang ada ini. Aku bahkan tak tahu bagaimana keadaan tubuhku di duniaku yang asli saat ini. Ku rasa sekarang ini adalah duniaku.

"Aku ingin bertanya banyak hal." Ucapku. Memandang mereka berdua bergantian.

Mereka berdua mengangguk mengiyakan.

"Mengapa aku bisa ada di sini?" Tanyaku.

"Kami memanggilmu. Dua bulan lalu, puteri kami koma dengan sangat tiba-tiba. Kami sampai sekarang juga tak tahu apa sebabnya. Keadaannya semakin memburuk setiap harinya. Hingga satu minggu lalu, dia berhenti bernapas. Kami tak tahu harus apa. Aku tahu saat itu bukanlah hari dimana seharusnya puteriku meninggal. Aku tak terima puteriku meninggal seperti itu. Kami mulai berdoa dan melakukan ritual untuk melihat bintang-bintang. Berusaha mencari jiwanya di sana namun hasilnya nihil. Jiwa yang sudah mati, takkan pernah bisa kembali lagi. Lalu suatu ketika, kami merasakan jiwa yang sama di suatu bintang yang sangat jauh. Jiwamu, jiwa yang sama dengan puteri kami. Kami menemukanmu, jiwa kembar puteri kami. Kami melihatmu menangis dan ketakutan di suatu tempat basah yang sempit. Kau begitu kecil dan sangat menderita. Ada seseorang yang berulangkali mnyiksamu. Aku berusaha menarikmu ke sini saat itu namun gagal. Aku tak mau melihatmu sedih dan tersiksa seperti itu di sana." Kata si wanita.

Aku diam mendengar ucapannya. Dia tidak bercanda kan? Kejadian itu sudah lima belas tahun yang lalu. Saat ibuku berusaha menenggelamkan kepalaku di dalam bak kamar mandi. Bagaimana dia bisa tahu?

"Kami tak bisa melakukan apapun, kami hanya bisa melihatmu dari sini dan berdoa untukmu. Semoga kau baik-baik saja. Dan malam itu, kau hampir meninggal. Aku tak mau melihat puteriku meninggal dua kali. Aku berusaha menarikmu ke sini namun gagal lagi dan akhirnya kami hanya bisa memanggilmu. Setelah berkali-kali mencoba panggilan itu berhasil dan kamu tiba. Jiwamu masuk ke dalam ragamu yang di dunia ini." Pungkas si wanita.

Aku diam lagi, mencoba mencermati ucapannya. "Kapan kau melihatku menangis di kamar mandi?" Tanyaku.

"Lima hari lalu." Jawab si pria.

"Kejadian itu terjadi saat aku masih lima tahun, bagaimana bisa?" Tanyaku lagi. Aku sangat tak percaya.

"Waktu di dunia ini dan duniamu berbeda. Itu sebabnya seperti kedipan mata melihatmu tumbuh besar dengan sangat kuat di sana. Kami minta maaf, kami terlalu lemah dan tak bisa membawamu ke sini lebih cepat."

Aku kembali menangis. Orang-orang ini sudah memperhatikanku sejak lama. Ini tak terasa seperti jika mereka sedang berbohong.

"Jangan menangis, sayang. Kamu sudah bersama kami sekarang. Ibu mohon, jangan menangis, jangan bersedih, cintaku." Ucap si wanita memelukku dengan erat.

Aku melepas pelukannya dengan perlahan dan menghapus air mataku.

"Aku minta maaf." Ucapku, seraya memperhatikan ekspresi mereka berdua. "Aku tahu kalian memanggilku ke sini karena kalian pikir aku adalah Yrina, namun kami berbeda. Aku tak memiliki sifat dan sikap yang sama dengannya dan bahkan aku mungkin takkan pernah bisa menjadi Yrina. Ku harap kalian mengerti hal ini. Aku tak ingin kalian berharap lebih dariku. Aku bukan Yrina yang asli."

Mereka berdua tersenyum dan memelukku bersama-sama. Rasanya hangat dan menenangkan.

"Mau bagaimanapun kamu, kamu adalah puteriku, kamu tak perlu berpura-pura dan menjadi orang lain. Kamu adalah kamu. Dirimu. Kami takkan pernah meminta apapun atau berubah." Kata si wanita.

"Sudah bisa bertemu denganmu saja adalah berkah yang tak terkira untuk kami, nak. Kami hanya akan menjagamu dan melindungimu. Sisanya, itu terserah kamu. Apapun yang akan kamu lakukan akan kami dukung. Hiduplah dengan baik dan bahagia mulai sekarang di sini bersama kami. Ini rumahmu sekarang, nak. Rumahmu. Duniamu." Kata si pria.

Aku kembali menangis. Aku tahu ini gila namun bohong rasanya jika aku tak bersyukur bertemu mereka. Cinta, ini cinta yang luar biasa. Aku tak salah lagi, ini cinta. Cinta mereka untuk Yrina, puteri mereka yang mereka lihat dalam diriku. Jadi rasanya seperti ini dicintai orang tua. Seperti ada aliran deras cinta yang mengalir ke diriku. Aku memeluk mereka dengan erat. Maaf, ku rasa aku akan tetap di sini dan takkan pulang. Ini sangat indah, hatiku terasa begitu hangat.

Yrina, kamu benar-benar dikaruniai orang tua yang sangat mencintaimu, terima kasih sudah menunjukkan apa itu cinta dari keluarga kepadaku.

Terpopuler

Comments

Retno Isma

Retno Isma

🌹🌹🌹

2025-03-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2 Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3 Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4 Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5 Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6 Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7 Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8 Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9 Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10 Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11 Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12 Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13 Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14 Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15 Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16 Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17 Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18 Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19 Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20 Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21 Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22 Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23 Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24 Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25 Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26 Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27 Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28 Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29 Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30 Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31 Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32 Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33 Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34 Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35 Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36 Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37 Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38 Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39 Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40 Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41 Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42 Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43 Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44 Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45 Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46 Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47 Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48 Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49 Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50 Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51 Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2
Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3
Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4
Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5
Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6
Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7
Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8
Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9
Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10
Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11
Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12
Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13
Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14
Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15
Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16
Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17
Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18
Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19
Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20
Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21
Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22
Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23
Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24
Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25
Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26
Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27
Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28
Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29
Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30
Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31
Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32
Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33
Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34
Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35
Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36
Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37
Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38
Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39
Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40
Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41
Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42
Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43
Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44
Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45
Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46
Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47
Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48
Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49
Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50
Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51
Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!