Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati

"Jadi namanya Dimitry, apa dia temanmu?" Tanyaku dengan penuh antusias.

"Thatcher."

"Hah?"

"Dimitry Thatcher, Putera Tertua Keluarga Thatcher."

Aku menganga tak percaya, pria tampan itu dari Keluarga Thatcher? Bagaimana bisa? Tunggu. Jika ku ingat-ingat lagi saat itu dia juga langsung memeluk Margareth dan marah kepadaku.

"Dia kakaknya Margareth?" Tanyaku dengan penuh penekanan dan kehati-hatian.

"Tentu. Bukankah mereka mirip?"

Sial! Mata biru dan rambut keemasan, bagaimana bisa aku tak sadar akan hal itu? Selain itu bentuk mata mereka memang mirip. Aku sungguh tak percaya.

"Dia juga membenciku?"

"Iya. Setelah semua yang terjadi, tentu saja dia membencimu. Apalagi setelah kejadian di pesta minum teh itu. Dia bahkan enggan bertatap muka denganku."

Aku langsung merasa menyesal, karena ulahku maka Galliard juga harus menanggungnya.

"Aku minta maaf, kakak. Aku tak tahu hal ini akan merepotkanmu juga."

"Kau tak perlu khawatir, bukankah kau bilang jika kau akan memperbaiki semuanya?" Katanya sambil tersenyum. "Atau yang kau ucapkan saat itu hanya omong kosong semata?" Sambung Galliard.

Aku bisa merasakan nada menantang dari ucapannya. Aku juga ikut tersenyum, "Kau tak bisa meremehkanku! Aku sudah berjanji dan tanpa janji itu pun aku akan memperbaiki semuanya. Kau hanya perlu menonton dan menikmati hasilnya, hehehe." Aku tertawa.

Senyuman Galliard semakin lebar dan ia membelai pucuk kepalaku. "Aku masih tak mengizinkanmu mendekati Dimitry!" Katanya dengan senyuman yang hilang dari wajahnya.

Aku tertawa lagi. Kami menghabiskan waktu bercakap-cakap dan bercanda malam itu. Sungguh maaf, Galliard. Semakin dilarang maka aku akan semakin mendekatinya. Dimitry benar-benar menarik.

Keesokan harinya, setelah sarapan aku meminta Catherine mengajakku berkeliling di sekitar penginapan. Aku ingin melihat-lihat apa saja yang ada di sana. Kami duduk-duduk di taman dan membeli makanan manis meskipun aku tak suka. Aku hanya memakannya sepotong dan memberikan yang lain kepada Catherine. Aku sudah mulai terbiasa dengan tatapan sinis orang-orang terhadapku. Aku tak tahu jika Yrina sepopuler itu. Namun, dibandingkan dengan neraka yang ku alami di duniaku yang sebelumnya. Ini tak semenyakitkan itu. Setidaknya aku di sini memiliki cinta dari keluarga. Aku akan hidup bahagia sekarang dan memperbaiki semua kesalahan Yrina yang asli perlahan-lahan. Tak peduli betapa sulitnya hal itu. Setelah puas menikmati sinar matahari pagi di taman, aku mengajak Catherine ke pasar. Mama sudah memperingatkanku agar tak pergi terlalu jauh dan setelah dari pasar, aku akan kembali ke penginapan.

Aku menikmati waktuku. Melihat-lihat benda-benda unik dan tak biasa yang dijual di sana. Di dunia ini tongkat sihir dan bola sihir diperjualbelikan seperti barang umum, seperti saat membeli alat mandi di duniaku dulu. Aku takjub. Di sini juga ada hewan-hewan "peliharaan" yang diperjualbelikan. Aku tak tahu jika kelinci di dunia ini bisa mengeluarkan api. Ada juga kucing yang bersayap. Aku melongo saat melihat hewan-hewan lucu yang tak biasa itu. Di jalanan pasar juga ada pemain musik jalanan yang memainkan musik klasik dengan harpa dan biola. Aku benar-benar masuk ke dalam dongeng. Aku memejamkan mata dan meresapi alunan biola yang dimainkan. Hatiku ringan. Aku merasakan kedamaian untuk pertama kali dalam tarikan napasku. Persetan dengan tatapan orang-orang kepadaku. Aku sedang menikmati hariku. Sangat. Aku akan memperbaiki semua kesalahan Yrina dengan perlahan. Aku tadi juga membelikan pita rambut merah muda untuk Catherine. Dia sangat senang dan langsung memakainya. Dia gadis yang manis.

"Gadis beracun." Bisikan orang-orang mulai tertangkap telingaku saat aku mulai menjauh dari tempat musisi jalanan tadi.

Aku tahu benar jika mereka membicarakanku. Ingin rasanya aku mengatakan kepada mereka untuk bersabar, aku akan berubah secepatnya. Sang gadis beracun akan berubah. Aku bersumpah. Aku akan membuat kalian semua menyukai si gadis beracun ini. Aku juga mendengar bisikan mereka tentang pertunanganku yang berakhir. Pastinya Yrina dulu terlihat sangat kejam di mata mereka semua. Mereka seharusnya tak perlu khawatir, Margareth bisa memiliki kekasihnya sekarang. Si gadis beracun sudah tak menginginkan Si Putra Mahkota.

Lalu kami pergi ke kawasan toko peralatan sihir. Aku ingin melihat-lihat alat sihir yang mungkin akan kugunakan suatu hari nanti. Padahal aku sama sekali tak punya pengetahuan apapun tentang sihir di dunia ini. Kami memilih salah satu toko di ujung jalan dekat pasar. Catherine bilang aku jarang ke toko itu sebelumnya karena biasanya aku memakai peralatan sihir langsung dari menara sihir. Aku hanya penasaran dengan isinya. Tokonya seperti toko barang antik. Dari luaran toko, ada ornamen kayu coklat sebagai papan nama toko. Pintunya terbuat dari kayu jati yang dicat coklat tua. Tinggi pintu lebih dari dua meter. Saat aku hendak membuka pintu tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu itu dari dalam toko. Jadi aku sedikit terhuyung dan mundur ke belakang karena tak ingin menabrak orang yang baru saja keluar dari toko, dan saat aku mendongak ke arah orang itu, dia adalah Dimitry. Aku langsung tersenyum saat melihatnya sementara dia langsung menatapku dengan pandangan tak suka. Belum sempat aku mengatakan selamat pagi dan dia langsung menghindariku lalu bergegas menjauh dari toko. Tak tinggal diam, aku lalu mengikutinya, dengan Catherine yang berulangkali menghentikanku. Maaf, tetapi aku sungguh tertarik kepadanya. Matanya sungguh indah. Bertemu dengannya sungguh membuatku gembira. Dia semakin mempercepat langkahnya dan menghiraukan suaraku yang terus memanggilnya. Aku senang bisa berpapasan dengan Dimitry di sini. Aku ingin melihatnya lebih lama.

"Tuan Thatcher, bisakah kita berbicara sebentar?" Kataku berulang kali, sambil sedikit berlari kecil di belakangnya dan mengikuti langkahnya.

Tiba-tiba dia mendadak menghentikan langkahnya dan aku menabrak punggungnya dengan keras. Dia lalu menoleh ke belakang.

"Apa maumu, Yrina Lavien?" Kata Dimitry. Wajahnya menahan emosi.

Aku tersenyum manis. "Bagaimana kabarmu?" Tanyaku.

Dimitry terdiam sebentar. Matanya menelisik. Rambut keemasan yang disirami cahaya matahari dan mata biru sedalam lautan nampak sungguh indah. Bagaimana bisa ada pria setampan dia? Mengapa Yrina malah menyukai Anthony dan bukannya Dimitry?

"Langsung katakan ada perlu apa denganku."

"Bagaimana kabarmu?"

Dia memandangku tanpa berkata apapun. "Apa maumu?" Tanyanya pada akhirnya.

Aku menghilangkan senyumku agar dia tahu aku bersungguh-sungguh lalu berkata, "Aku tahu banyak hal buruk yang kulakukan kepada adikmu, aku minta maaf atas semua itu. Kupastikan aku tidak akan pernah mendekatinya lagi."

Dia diam tak menjawab. Pandangan matanya masih tak suka dan dia terlihat menahan marah.

"Aku bersungguh-sungguh, Tuan Thatcher. Aku takkan pernah mendekatinya lagi." Kataku.

"Apa pikirmu semua ini lelucon?" Tanya Dimitry.

"Bukan, sama sekali bukan. Aku tak menganggap begitu. Aku hanya ingin meminta maaf dan aku ingin memperbaiki hubungan denganmu."

"Aku tak punya waktu untuk omong kosongmu. Menjauhlah dariku!" Katanya kemudian berbalik dan pergi meninggalkanku.

"Tunggu dulu, Tuan Thatcher."

Aku mengejarnya dan menahan lengannya yang langsung ia tepis. Ia lalu berbalik lagi ke arahku.

"Tolong berhentilah, Yrina Lavien!" Kata Dimitry. Ia lalu menatap sekeliling dan aku mengikuti arah pandangannya.

Semua orang yang ada di sekitar kami sedang menonton kami seakan kami adalah tayangan televisi.

"Apapun yang sedang kau rencanakan dan jika itu menyangkut adikku, maka akan kupastikan kau akan menanggung akibatnya." Katanya. Aku bisa melihat dia menekan giginya kuat-kuat.

"Tak ada yang ku rencanakan dan aku takkan menyakiti adikmu lagi. Aku juga akan menanggung semua perbuatan yang sudah kulakukan. Semuanya. Aku akan menebus semuanya. Semuanya. Kau tak perlu khawatir." Kataku dengan mantap. Aku bersungguh-sungguh. Aku tertarik kepadanya dan aku tak ingin bermusuhan dengannya.

Dimitry terlihat gusar dan kembali melihat sekeliling lalu menarik lenganku membawaku mendekat ke kereta kuda yang letaknya tak jauh dari jalanan tempat kami berdiri. Dia lalu membuka  pintu kereta dan mengarahkanku untuk masuk ke dalam. Bahkan caranya membantu seorang wanita masuk ke dalam kereta seperti pria sejati yang penuh kelembutan meskipun dia setengah mati membenciku. Aku hanya menurut saja karena aku yakin dia takkan melukaiku. Aku sedikit tersipu dan kemudian kehilangan senyumku lagi. Kenapa aku jadi bersikap bodoh begini? Dia takkan melukaiku, kan? Aku menelan ludah karena ketakutan. Sial! Kenapa aku membiarkan orang asing menarikku masuk ke kereta kuda? Aku bodoh sekali! Tak peduli betapa tampannya orang itu seharusnya aku memberontak.

"Nona Yrina!" Panggil Catherine sembari sedikit berlari. "Lepaskan nonaku sekarang juga, Tuan Thatcher!" Teriak Catherine sambil berusaha menarik lenganku yang lain agar menjauh dari Dimitry. "Anda akan dihukum karena memperlakukan Nona Yrina seperti ini!" Sambung Catherine.

Dimitry terlihat terganggu, dan segera meminta salah satu pengawalnya untuk memegangi Catherine sebelum akhirnya ia juga ikut masuk ke dalam kereta.

"Sampaikan kepada Galliard jika aku mengajak adiknya berjalan-jalan sebentar, aku akan mengembalikannya dalam waktu dekat." Pungkas Dimitry.

Kami duduk berhadapan, saling pandang, dan dia menatapku dengan tajam sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Kereta kuda lalu mulai berjalan.

Episodes
1 Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2 Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3 Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4 Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5 Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6 Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7 Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8 Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9 Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10 Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11 Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12 Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13 Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14 Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15 Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16 Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17 Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18 Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19 Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20 Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21 Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22 Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23 Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24 Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25 Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26 Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27 Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28 Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29 Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30 Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31 Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32 Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33 Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34 Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35 Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36 Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37 Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38 Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39 Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40 Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41 Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42 Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43 Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44 Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45 Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46 Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47 Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48 Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49 Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50 Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51 Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2
Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3
Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4
Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5
Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6
Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7
Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8
Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9
Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10
Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11
Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12
Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13
Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14
Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15
Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16
Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17
Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18
Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19
Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20
Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21
Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22
Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23
Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24
Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25
Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26
Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27
Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28
Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29
Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30
Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31
Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32
Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33
Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34
Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35
Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36
Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37
Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38
Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39
Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40
Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41
Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42
Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43
Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44
Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45
Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46
Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47
Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48
Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49
Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
50
Bab 50 : Bayangan di Balik Tirai Kekacauan
51
Bab 51 : Jika Aku Bersalah, Dimana Buktinya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!